24 - Pengakuan

2.4K 290 9
                                    

5 Maret

.
.
.

Cahaya semakin berpendar, membuat ruangan bawah tanah itu menjadi terang benderang. Baik Lan Xichen maupun Wei Wuxian, mereka memejamkan mata karena silau.

Setelah cahaya biru yang menyilaukan itu redup, terlihat siluet seseorang tengah duduk di atas altar dengan kepala yang tertunduk, Lan Xichen dan Wei Wuxian sama-sama berdebar melihatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah cahaya biru yang menyilaukan itu redup, terlihat siluet seseorang tengah duduk di atas altar dengan kepala yang tertunduk, Lan Xichen dan Wei Wuxian sama-sama berdebar melihatnya.

Apakah rencana mereka berhasil?

Ataukah gagal?

Sampai cahaya itu benar-benar redup dan kabut yang menghalanginya perlahan menghilang, pada saat itulah Wei Wuxian langsung berlari menubruk sosok yang tengah duduk dengan lemas di atas altar itu.

Remaja itu menangis tersedu-sedu, antara tangisan bahagia karena ritual mereka berhasil dan juga tangisan sedih karena mereka kehilangan sosok yang satunya.

Sementara itu Lan Xichen terduduk lemas diatas lantai, bibirnya menyunggingkan senyuman lega. Ia bahagia. Bahagia karena akhirnya, setelah penantian panjang akhirnya dirinya berkumpul kembali bersama sang adik. Dan juga ia bahagia, karena sang paman akhirnya bisa beristirahat dengan tenang setelah menebus dosanya.

"Wei... Ying...".

Lan Wangji berucap lemah sembari menengok patah-patah. Tangannya yang bergetar terangkat perlahan mencoba untuk menenangkan sang kekasih yang tengah menangis tersedu-sedu sembari memeluknya.

Wei Wuxian mengangguk ribut di dada Lan Wangji, air matanya deras mengalir.

Akhirnya, ia dapat mendengar kembali irama beraturan dari dada pria tampan itu.

Lan Wangji kemudian kembali menengokan kepalanya dengan gerakan lambat, memandang sang kakak yang tengah memandangnya balik dari bawah sana, si putra pertama terduduk lemas di atas lantai.

Tersenyum dengan mata yang tidak henti mengeluarkan airnya, menatap sang adik tercinta dengan perasaan lega.

Tiba-tiba seekor ular kecil berwarna hitam keluar dari balik jubah Lan Wangji, Wei Wuxian tersenyum lembut menatapnya.

Lan Wangji mengelus kepala ular itu pelan, kemudian berbisik.

"Terimakasih A-Yuan".

"Terimakasih A-Yuan"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Handsome Ghost [WangXian] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang