17 Februari
.
.
."Panggilan kepada saudara Wei Wuxian siswa kelas dua penghuni kamar nomor enam puluh sembilan, silahkan ambil paketnya di depan".
Pagi itu Wei Wuxian mendapat paket dari rumahnya. Pesanannya sudah dikirim oleh sang ayah. Sebuah kotak kardus berukuran agak besar tergeletak di tengah-tengah kamar asramanya. Kardus itu sangat berat sampai ia meminta bantuan para penjaga untuk membawanya sampai kamar.
Wei Wuxian mengunci pintu kamarnya terlebih dahulu sebelum membuka kardus itu.
Itu tersegel dengan stempel khusus milik keluarganya.
Remaja itu mengambil pisau cutter yang ada di meja belajarnya, dan mulai membuka kardus itu.
"Woah~". Wei Wuxian berseru ketika melihat tumpukan buku-buku yang sangat banyak di dalam kardus itu. Buku-buku itu terlihat sudah tua dan kuno namun masih tetap terjaga dengan baik.
"Aku baru tahu kalau sejarah keluargaku membutuhkan beberapa jilid seperti ini. Nah, harus mulai darimana aku?". Gumamnya bersemangat.
Ia sendiri tidak tahu kenapa bisa bersemangat seperti ini, normalnya seorang Wei Wuxian sangat anti dengan buku-bukuan apalagi buku sejarah seperti ini. Dan ini seperti bukan dirinya.
Wei Wuxian mengulurkan tangannya untuk mengeluarkan buku-buku itu satu persatu. Setiap buku memiliki judul yang berbeda di depannya. Dan sepertinya ia menemukan apa yang ia cari.
Sebuah buku yang berjudul 'Leluhur'.
"Astaga, buku ini sangat tua". Gumam Wei Wuxian.
Halaman demi halaman ia buka sembari membacanya sekilas, semua yang ada di buku itu menceritakan kisah hidup para Wei terdahulu secara singkat. Dan ia baru tahu kalau ternyata dirinya bukan orang asli Yunmeng. Melainkan semua Wei berasal dari Yiling.
Hingga Wei Wuxian sampai pada halaman terakhir yang diberi pembatas halaman dengan kertas warna hitam. Berjudul :
'Yiling Laozu - Wei Wuxian'.
BRUUUKK!!
Remaja berusia tujuh belas tahun itu menjatuhkan buku yang ia pegang karena terkejut dengan apa yang ia baca.
"Ba- Bagaimana bisa? bagaimana bi- bisa namanya persis dengan namaku?". Gumam Wei Wuxian dengan nada sedikit bergetar.
Dengan cepat ia meraih ponsel miliknya kemudian mendial nomor sang ayah.
"Halo nak? Apa paketnya sudah sam— ".
"AYAH!!".
Di sebrang sana tuan Wei hampir menjatuhkan ponsel yang sedang ia genggam karena putranya tiba-tiba saja berteriak dengan suara keras dan sedikit bergetar.
"Wow, nak. Tenanglah. Ada apa?". Tanya tuan Wei.
"Ayah, aku ingin bertanya". Ujar Wei Wuxian dengan nada serius alih-alih menjawab pertanyaan sang ayah.
"Ada apa ini? Tidak seperti kau saja, biasanya kau akan langsung bertanya". Tuan Wei merasa bingung dengan sikap putranya akhir-akhir ini.
"Lupakan! Pokonya aku mau bertanya".
"Iya, iya tanyakan saja". Ujar tuan Wei dengan malas.
"Atas dasar apa ayah memberiku nama Wei Wuxian?". Tanya remaja itu dengan nada sedikit bergetar, dan sang ayah menangkap nada itu di telinganya.
"Tentu saja karena kau seorang Wei nak". Jawab tuan Wei.
"Astaga maksudku kenapa harus menamai ku Wuxian?". Tanya Wei Wuxian lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Handsome Ghost [WangXian] END
Fiksi PenggemarRumornya sekolah asrama itu angker. Wei Wuxian seorang anak nila bernasib sial, akibat kenakalannya dirinya harus bersekolah disana atas perintah sang ayah. Setelah lonceng malam berbunyi di hari pertamanya, di sana Wei Wuxian bertemu dengan sosok t...