Handsome Ghost [WangXian] END

25 - Hantu senja

6 Maret

.
.
.

Tiga bulan kemudian setelah kebangkitan sang adik sekaligus kehilangan sang paman, Lan Xichen mengumumkan kepada publik bahwa dirinya memiliki seorang adik laki-laki.

Berawal dari potret paparazi yang beredar di sosial media, dimana dirinya terlihat sedang bersama sang adik di depan gedung perusahaan.

Beruntung sebelum kepergiannya, Lan Qiren telah menyiapkan identitas untuk Lan Wangji. Sebagai adik Lan Xichen yang tinggal diluar negeri.

Tiga bulan yang lalu, pemakaman Lan Qiren dilakukan secara tertutup. Dan selama satu bulan, Lan Wangji mendapatkan perawatan. Namun sekarang semuanya telah kembali seperti semula.

Si putra pertama memutuskan untuk memberikan jabatan kepala sekolah yang kosong kepada sang adik. Karena ia tahu, Lan Wangji tidak bisa berada jauh dari Jingshi.

Pria tampan yang menginjak usia dua puluh tujuh pada tahun ini berdiri di depan dinding kaca di ruangannya. Memperlihatkan pemandangan di kota besar yang padat, tidak seperti pemandangan di sekitar Gusu Lan high school.

"Sekarang semuanya sudah selesai. Ayah, ibu, paman, beristirahatlah kalian dengan tentang. Dimanapun reinkarnasi kalian berada, semoga kalian selalu disertai kebahagiaan. Dan aku berharap kita semua bisa berkumpul bersama di kehidupan selanjutnya".

Lan Xichen menutup matanya sejenak kemudian berbalik dari sana setelah mengulas senyuman tipis menatap langit cerah dengan matahari yang terik. Namun tiba-tiba meredup, cahayanya tertutup awan. Angin yang berhembus memberikan kesan sejuk kepada mereka yang sedari tadi berada diluar ruangan sembari mengeluh kepanasan.

Jiang Cheng mendengus pelan, mendengar para murid lain bergosip sebenarnya sedikit memuakan baginya.

Dirinya bukan Nie Huaisang si tukang gosip yang selalu tahu informasi terbaru yang up-to-date meskipun sumber informasinya tidak jelas.

"Hei kau tahu rumor tentang hantu senja?".

"Maksudmu hantu wanita yang selalu muncul saat senja diatas gerbang itu?".

"Ah kau benar! Katanya, itu hantu dari siswi kelas sebelas yang bernama Luo Qingyang".

"Qingyang?".

"Ah kau murid baru ya? Pantas tidak tahu".

"Ceritakan lebih banyak!!"

"Luo Qingyang itu— ".

"Hump! Memuakan. Kasihan sekali orang yang sudah meninggal jika digosipkan terus". Gumam Jiang Cheng sembari mengaduk minumannya.