BAB 02. Terpesona

1.2K 54 8
                                    

               ✨HAPPY READING✨

Keesokan harinya

"Gio bangun dengan perasaan campur aduk di pagi hari. Dia tahu bahwa hari ini adalah hari yang akan mengubah arah hidupnya. Mama membangunkannya dengan lembut dan memberikan semangat untuk hari yang baru."

"Gio bangun, Nak. Hari ini adalah awal kamu masuk pesantren . Semangat ya!" Ujar Ratna semangat

"Iya, Ma." Ujar Gio dengan lesu

"Setelah sarapan pagi, Gio dan orang tuanya bersiap-siap untuk pergi ke mall. Mereka membeli baju koko, sarung, peci, dan barang-barang lain yang diperlukan untuk Gio saat di pesantren. Meskipun hatinya masih berat, Gio mencoba menerima segala persiapan ini sebagai bagian dari perubahan hidupnya."

"Di dalam mall, mereka berjalan-jalan mencari perlengkapan yang sesuai. Gio memilih baju koko dengan warna yang disukainya dan mencoba peci yang membuatnya terlihat lebih dewasa."

"Setelah perjalanan yang cukup jauh, Gio dan orang tuanya akhirnya tiba di pesantren Al-Iman. Mereka disambut oleh Nyai Siti Rahayu, istri dari Kyai Abdul Rahman, pemimpin pesantren."

"Nyai Siti Rahayu: Assalamualaikum, selamat datang di pesantren Al-Iman. Saya Nyai Siti Rahayu, istri dari Kyai Abdul Rahman. Silakan masuk." Ajak Nyai Siti

"Waalaikumsalam, terima kasih Nyai. Kami sangat senang bisa berada di sini." Jawab Hartono dan Ratna senang

"Gio merasa sedikit gugup ketika bertemu dengan Nyai Siti Rahayu. Namun, senyum hangat dari Nyai Siti Rahayu membuatnya merasa lebih sedikit nyaman."

"Selamat datang nak Gio, nak Gio adalah salah satu santri baru kami. Kami sangat senang datang ke di sini. Pesantren Al-Iman adalah tempat yang akan membantu nak Gio tumbuh dan berkembang dalam agama dan ilmu pengetahuan. Kami akan memberikan dukungan dan bimbingan yang nak Gio butuhkan." Ujar Nyai Siti sambil tersenyum

"kyai Abdul Rahman datang membawa surat
setelah selesai mengisi formulir pendaftaran santri"

"Ada seorang wanita membawa 5 cangkir teh hangat. Wanita itu adalah anak tunggal kyai Abdul Rahman dan Nyai Siti Rahayu. dia mengunakan baju gamis dengan cadar berwarna hitam"

"Gio terpesona dengan kecantikan salsa walaupun hanya terlihat matanya saja tetap terlihat cantik."

"Gio melihat Salsa sampai tidak berkedip Hartono yang menyadari itu langsung menyenggol lengan Gio"

"Eh! Gio, tidak sopan!" Tegur Hartono

"Gio tersadar dari lamunannya dan tersenyum malu."

"Setelah mengisi formulir pendaftaran, orang tua Gio langsung pulang karena masih ada pekerjaan lain"

"Gio berjalan menuju kamar nya yang di antar oleh Adam yang akan teman sekamar dengan Gio"

"Gio tiba di kamar yang akan dia tempati bersama dengan Adam, teman sekamarnya. Namun, dia merasa sedikit terkejut melihat kondisi kamar yang terlihat sederhana. Di dalam kamar, terdapat kasur tumpuk yang terlihat cukup sederhana."

"Ini kamar yang bakal gue tempati? Kok kasurnya tumpuk?" Tanya Gio terkejut

"Ya, memang kamar di pesantren ini sederhana. Tapi jangan khawatir, kak. Di sini kita akan belajar untuk menghargai sederhana dan hidup dengan apa yang kita miliki. Ini adalah bagian dari proses pembelajaran di pesantren.

"Ya udah lah, gue pengen istirahat capek" Ujar Gio

"Suara adzan Ashar berkumandang, menandakan waktu untuk sholat berjamaah di masjid. Semua santri sudah bersiap-siap untuk pergi ke masjid, termasuk Gio yang sedang tidur di kamarnya. Pengawas santri, Roy, yang dikenal galak, membangunkan Gio untuk ikut sholat."

"Ayo, bangun! Sudah waktunya sholat Ashar, kamu harus ikut berjamaah di masjid." Paksa Roy

Gio masih mengantuk dan tidak ingin bangun.

"Boleh nggak sih nggak ikut sholat" Tolak Gio

"Tidak boleh!, Di pesantren ini, kita semua diwajibkan untuk sholat berjamaah di masjid. Itu adalah aturan yang harus diikuti oleh semua santri." Ujar Roy marah

"Gio merasa enggan untuk bangun dan pergi ke masjid, terpaksa Gio harus melakukannya"

"Ya, ganggu orang tidur aja" Ujar Gio dengan nada kesal

"Bagus. Ingat, sholat berjamaah adalah salah satu kewajiban kita sebagai santri. Jangan pernah melupakan pentingnya ibadah dalam kehidupan kita di pesantren ini." Ujar Roy dengan sedikit nasehat

"Gio, meskipun masih mengantuk dan enggan, akhirnya bangun dan pergi ke masjid untuk sholat berjemaah."

"Di dalam masjid, Gio melihat semua santri sudah berkumpul dan siap untuk melaksanakan sholat. Mereka berbaris rapi dan khusyuk dalam ibadah mereka. Gio merasa sedikit canggung karena dia masih belum terlalu familiar dengan tata cara sholat, namun dia berusaha untuk tetap fokus dan mengikuti gerakan yang dilakukan oleh para jamaah."

Balapan Cinta Di Pesantren {HIATUS}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang