⋆ tujuh

73 17 5
                                    

Author POV

Pagi ini kelas Raka ada kelas pagi olahraga. Pikiran Raka pagi ini tidak terfokus pada penjelasan guru mereka, melainkan ia memikirkan pesan terakhir Abizar tempo hari. Dia bingung cara ngomong ke Arlo, karena menurutnya Arlo gak salah.

Lagipula, kalau masalah Abizar ada di Arlo kenapa tidak ngomong langsung sama sendiri sama orangnya? Kenapa harus suruh dia untuk bilang ke Arlo buat minta maaf?

Jika begini Raka beranggapan kalau Abizar seorang pengecut.

“Raka!” teriak Arlo mengagetkan lamunan Raka.

Raka berdiri dan sedikit berlari ke arah Arlo, “Apaan?”

“Daripada bengong di pinggir lapangan mending join tim gua sini, kita main.”

“Duh, males,” balas Raka.

“Sekali doang, serius.”

Raka menghela napas, “Ya udah dah.”

Dengan terpaksa, Raka pun bermain sepak bola bersama teman kelasnya yang lain dalam setengah jam kedepan. Keringat sudah mengucur ke baju mereka semua, terlebih pada Raka yang biasanya duduk di pinggir lapangan sekarang harus bergerak kesana-kemari untuk merebut bola.

Setelah dikira cukup, Raka meminta Arlo untuk istirahat. Dia berjalan kembali ke kelasnya untuk minum. Karena sudah terkena suhu dingin kelas, Raka jadi mereasa enggan untuk beranjak dari kelasnya untuk beberapa menit kedepan, maka dari itu dia duduk anteng disana.

Beberapa menit kemudian, pintu terbuka menampilkan Arlo yang terkekeh melihat tingkah Raka yang berdiri di bawah AC. “Gerah banget ya lo?” tanya Arlo masih terkekeh.

Raka nyengir, “Parah.”

Hening. Arlo berjalan ke mejanya sedangkan Raka tetap berdiri dibawah AC.

“Arlo,” panggil Raka tapi dia tidak menoleh kebelakang, namun dia merasakan sang pemilik nama berjalan mendekat ke arahnya.

“Kenapa?” jawab Arlo ketika sudah mendekat pada Raka.

“Lo ada ngelakuin sesuatu sama kelas Abizar, gak?”

Arlo menaikkan satu alisnya, “Gue?”

Raka mengangguk.

“Kagak tuh.”

Raka menghela napas, “Jangan boong dah.”

“Ya emang beneran.”

Raka menghela napasnya lagi, kali ini menoleh ke arah Arlo yang ada di sampingnya. “Gua serius. Kalau lo ada masalah sama kelas Abizar ngomong sekarang.”

“Bukannya kelasan kita emang selalu ada masalah sama kelasan Abizar?”

“Kali ini beda. Mereka marah banget sama gua, padahal gua gak tau salahnya dimana.”

“Mereka? Siapa aja?”

“Gak penting,” balas Raka cepat. “Seriusan lo gak ada ngomong jelek ke kelasan Abizar sebelum class meet?”

Arlo terdiam untuk sementara. “Ada sih kayaknya.”

Raka berusaha mengeraskan rahangnya tanpa terlalu jelas dari pandangan Arlo, namun sayangnya lawan bicaranya bisa melihat perubahan ekspresi itu dengan jelas.

“Eh, lo ngapa?”

Raka menggeleng, “Minta maaf sana.”

Arlo memandangnya dengan tatapan seolah Raka baru saja memintannya untuk bunuh diri di jurang. “Ogah anying! Ngapain minta maaf?”

“Gara-gara lo, gua jadi kena imbas.”

Arlo terdiam.

“Gara-gara lo, gua diejek abis-abisan sama kelasan Abizar. Kali ini gua gak ngomong macem-macem, tapi yang kena tetep gua,” jelas Raka. “Abizar mau lo minta maaf.”

second chance ★ jikyu (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang