⋆ enam

77 17 4
                                    

Author POV

“Hai.”

Raka mengangkat satu alisnya, memandang Abizar aneh. Gimana tidak aneh, Abizar di depannya menyengir lebar—walau ada keraguan disana, tapi tetep aja. Dia bahkan memasang wajah polosnya itu.

“Hai?” ulang Raka.

“Iya, hai,” ulang Abizar, seolah sapaannya itu tidak salah. Dan itu semakin membuat Raka makin memandang Abizar aneh.

“Sakit lo?” hanya itu jawaban Raka.

“Lo block nomor gua ya?” tanyanya, “eh gak deh, kok lo bisa tau nomor gua dari mana?”

Raka memandangnya malas, “lo kesini, ke rumah gua cuma buat nanya itu?” balasnya. “Eh gak deh, kok lo bisa tau rumah gua dari mana?” lanjutnya mengikuti gaya bicara Abizar, tapi bedanya ia lebih ketus sekarang.

“Pertanyaan dibalas dengan jawaban, bukan pertanyaan,” kata Abizar, “gitu aja kok gak paham.”

Raka memutar bola matanya, “Iya gua block.” Dia tidak berniat untuk membalas pertanyaan yang satunya.

“Kenapa?”

“Gak penting,” balasnya cepat.

“Tapi nomor gua sama lo di save.”

“Kepedean amat?” tukas Raka. “Mana ada gua save nomor lo, ogah banget.”

“Ya udah percaya,” cibir Abizar. “Terus ngapain chat begitu?”

“Chat begitu apanya?”

“Ya itu. Gak perlu gua jelasin lagi lah. Lo bahkan ngetik panjang lebar di text, bikin sakit mata.”

Raka mendelik, “susah emang ngomong sama orang yang tingkat literasi rendah.”

“Gak nyambung lah,” seru Abizar, “gua maunya kita ngobrol langsung.”

Raka menggeleng, “Gua gak mau.”

“Tapi gua gak ngerti, Raka.”

“Lo ngerti,” tukas Raka cepat, “cuma males mikir aja.”

Abizar terdiam. Dia memandang Raka penuh tanya, masih belum paham sepenuhnya maksud dan tujuan dari sikap Raka selama ini. Dia menghembuskan napasnya dalam-dalam, “Masalah lo tuh apa sih?!”

Raka shock dengan nada bicara Abizar sekarang, “Apaan sih?!”

“Gua bela-belain balik dari GOR ketemu sama lo untuk bahas-”

“Gua gak minta lo dateng ke rumah gua,” potong Raka tajam.

“Karena yang mulai masalah ini tuh lo.”

“Gua?” ulang Raka, takut tidak salah dengar. “Jadi gua gitu yang salah?”

“Ya emang salahnya ada di lo, kan?”

“Makin ngelantur gak jelas lo” balas Raka ketus, “balik sana.”

“Tuh, gak jelas lagi kan.”

Raka memutar bola matanya, “dari awal harusnya lo tuh gak usah ikutin gua pas selesai class meet waktu itu!”

Mereka berdua diam. Saling pandang, bergeming.

Kejadian di lab kosong pun terulang kembali pada pikiran mereka masing-masing. Mereka berdua terdiam cukup lama.

“Titik awal masalahnya emang ada di kelas lo, jing.”

Raka semakin memandang tajam Abizar yang kini sudah emosi kembali, “gua cuma minta satu hal sama lo doang ya nyet. Sebut nama yang bikin lo marah-marah gak jelas begini.”

second chance ★ jikyu (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang