⋆ delapan

59 18 7
                                    

Abizar POV

Ia duduk menyandar di kursinya sambil bermain Free Fire dengan serius. Jam kosong masih tersisa tigapuluh menit lagi, dan ia akan menggunakan waktu itu dengan sebaik-baiknya sebelum masuk ke pelajaran selanjutnya.

Alisnya tanpa sadar mengerut serius, tangannya sibuk menekan tombol yang ada di smartphone sampai tak menyadari ketukan di meja tempat duduknya.

“Apaan?” sahutnya tanpa menoleh.

“Ditungguin tuh di depan.”

“Hah?” balasnya masih belum sepenuhnya fokus.

“Anak ipa kesukaan lo itu ada di depan,” kata temannya.

Ia langsung menaruh ponselnya kasar dan menoleh ke temannya melongo, “Hah?”

Temannya itu berdecak, “Anak ipa kesayangan lu.”

“Siapa anjir?!” balasnya gak sabaran.

“Si Raka lah, emang siapa lagi anjir? Anak ipa kesayangan lo kan?”

Ia menelan ludahnya kasar dan berdehem pelan, sontak kepalanya menunduk untuk menyembunyikan pipinya yang terasa panas sekarang mendengar ucapan temannya itu. Dengan cepat, ia menetralkan dirinya, kembali mendongak kepada temannya, “sendirian?”

“Iyalah gila,” sewot temannya.

“Biasa aja dong.”

“Pertanyaan lu aneh,” sahut temannya, “buru sana temuin, abis itu suruh pergi.”

“Iye iye bawel,” kata Abizar lalu segera beranjak dari tempat duduknya dan berjalan keluar menghampiri Raka yang sudah berdiri menyender menunggu kedatangannya.

Ia berusaha menyembunyikan senyumnya, sudah tau alasan kenapa dia ada disini sekarang. Raka dengan muka kesal dan bibirnya yang mengerucut tanpa disengaja.

“Ngapain kesini?” tanyanya, sambil berjalan mendekati Raka dengan tangan bersidekap dada.

Raka menegakkan tubuhnya, memandangnya dengan raut amarah yang bisa dibilang sudah terlalu sering diperlihatkan kepadanya. “Itu lo kan?!”

“Apa?” balasnya kalem.

“Ulah lo beneran kan?!”

Rasanya Abizar ingin tertawa melihat ekspresi Raka saat ini tapi dia berusaha menahannya dan mengeluarkan muka datarnya, “Ulah apa sih, Raka? Lu ngomongin apa?” tanyanya kalem.

Abizar bisa melihat raut wajah Raka yang semakin mengerut akibat balasannya, ia berusaha keras menahan bibirnya untuk tidak membuat lekungan ke atas saat ini.

“Abizar..” gerutu Raka.

Ia menaikkan satu alisnya, “Apa? Ngomong yang jelas dong.”

“Alah stop basa-basi. Gua tau itu kelakuan lo, siapa lagi coba orang yang masukkin gua ke list tanding basket?”

“Oh.”

“Oh?! OHH?! Gitu doang respon lo?!” murka Raka.

Tak bisa menahan tawanya lagi, Abizar terkekeh melihat raut wajah Raka yang sudah memerah dan siap untuk mengajaknya duel kapan saja. Ia tersenyum kekanak-kanakan, terasa puas karena berhasil membuat Raka seperti ini.

“Tanya dong kenapa gua lakuin ini.”

Raka mempelototinya, tangannya ikut bersidekap dada, “Lo mau mempermalukan gua ya?”

Ia menaikkan satu alisnya, senyum kenanakan-kanakan itu masih setia bahkan semakin melebar, “tepat sekali.”

*

second chance ★ jikyu (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang