⋆ sebelas

86 15 2
                                    

Author POV

Sore harinya, Abizar dan Raka kembali bersiap untuk latihan terakhir kali sebelum mulai tanding lusa.

Mereka bertemu di gor pada sore harinya, Abizar sampai lebih dahulu. Dia mulai melakukan pemanasan sebelum menunggu kedatangan Raka.

Mereka berdua sudah hampir tidak bertemu hampir dua minggu, karena sekolah sudah diliburkan.

Ketika ia sedang fokus melakukan pemanasan, Raka datang memakai kaos olahraga hitam miliknya, dengan celana training abu-abunya.

Raka yang sudah melihat Abizar sudah memulai pemanasan itu pun mengawasinya dengan cermat.

Percakapan terakhir mereka berdua cukup canggung dan dia tidak tau bagaimana dengan raut wajah Abizar ketika mereka berpapasan.

Ia tidak mau atmosfer mereka menjadi canggung, mereka akan tanding lusa. Tidak mungkin mereka menjadi canggung.

Raka ingin menyapanya, hanya saja tidak tau apa yang harus mereka bicarakan.

Tanpa rasa takut, ia berdehem supaya berharap Abizar menoleh. Namun nihil, tidak ada balasan.

Ia pun mencoba lagi berdehem cukup keras dan mulai berbicara. “Ini kita mau pura-pura lupa sama obrolan terakhir atau masih mau dibahas?”

Suara Raka memberhentikan Abizar yang sedang berlari 2 putaran itu. Ia pun mulai menghampiri Raka yang masih ada di pinggir lapangan, “gak penting juga sih,” katanya cuek.

“Lo masih suka cewek kan?”

Ini adalah pertanyaan yang sudah ada di pikirannya sejak kejadian menarik beberapa belakangan itu.

Dan Raka juga berharap perasaan ini tidak hanya terjadi kepadanya, tetapi kepada Abizar juga.

Abizar berdehem, mengalihkan pandanganya dari Raka, masih sedikit terkejut karena pertama kalinya ada orang yang menanyakan hal tersebut. 

“None of your business,” ketusnya.

“Sori.”

Mereka berdua diam.

Abizar memandang ke segala arah kecuali Raka. Ia tidak ingin Raka memandangnya, karena ia bisa merasakan sesuatu yang aneh pada sorot mata bulatnya itu.

Ketika mata mereka bertemu, yang Abizar bisa pikirkan ialah keinginannya untuk terus terang kepadanya.

Melihat ekspresi Raka yang begitu tenang itu membuatnya untuk jujur, tetapi ia juga tidak mau terlalu berterus terang kepadanya. Tuhan, kenapa harus Raka sih?

“Gua juga bisa dibilang gak suka cewek,” ungkap Raka tiba-tiba, “kalau misal itu yang buat lo ngerasa malu.”

Abizar berkedip, otaknya berhenti bekerja mendengarnya.

“Sejak kapan?”

Suaranya pelan, masih berusaha mencerna omongan Raka. Ia masih tidak menyangka, ia jujur kepadanya soal hal seperti ini.

Raka mengangkat bahunya, nampak sangat santai dengan hal ini. “Setahun yang lalu.”

“Kalau gua dari tiga tahun lalu.”

Mereka diam lagi.

Raka bisa melihat raut koflik dari wajah Abizar yang begitu kentara. Sudah jelas baginya kalau ini adalah pertama kalinya pemuda itu berterus terang tentang orientasi seksualnya kepada orang lain.

“Baru gua doang?”

Meski pertanyaan Raka samar-samar, Abizar paham.

“Pertama kali ya cerita sama orang lain?”

second chance ★ jikyu (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang