VIII. Unexpected Encounter

89 6 0
                                    

⚠️ Peringatan: Cerita ini hanyalah karya fiksi dan tidak dimaksudkan untuk merefleksikan situasi nyata. Tema-tema sensitif seperti depresi, bunuh diri dan bullying digunakan dalam konteks imajinatif semata. Penting untuk diingat bahwa kesehatan mental adalah hal serius, dan jika anda atau seseorang yang anda kenal membutuhkan bantuan, silakan mencari dukungan dari profesional kesehatan mental atau organisasi yang dapat membantu.

***

Pada hari itu, suasana terasa cerah, khususnya di hari libur seperti ini di mana Arga telah merencanakan kegiatan yang akan dilakukannya. Satu jam sebelumnya, Arga telah menyelesaikan tugas membersihkan rumahnya yang cukup besar, dan kemudian dia menyempatkan diri untuk mandi. Setelah selesai mandi, rasa lapar mulai menghampiri Arga, namun dia tersadar bahwa persediaan makanannya sudah habis, hanya tersisa bumbu dapur dan beberapa butir telur.

Arga akhirnya memutuskan untuk menggunakan tabungannya untuk pergi keluar dan membeli beberapa makanan yang dibutuhkannya. Dengan langkah santai, ia berjalan menuju mini market yang terletak dekat rumahnya. Di sana, ia membeli beberapa paket mie instan, minuman dingin, serta beberapa bahan makanan lainnya yang diperlukannya. Berdasarkan perkiraannya, uang yang dibawanya cukup untuk memenuhi kebutuhan makanannya.

Ketika Arga keluar dari mini market, tanpa sengaja ia menabrak seseorang sehingga hampir membuat orang itu jatuh terduduk. Arga memperhatikan bagaimana gadis di depannya merengut dengan ekspresi kesal. Meskipun awalnya tampak akan memprotes Arga, ekspresi kesalnya langsung berubah menjadi senang saat menyadari bahwa yang menabraknya adalah seseorang yang dikenalnya.

"Arga?!"

Arga menyusuri tubuh gadis di depannya dengan perhatian, seolah-olah sedang memeriksa keadaannya sebelum menjawab dengan senyuman, "Iya? Gak apa-apa? Ada yang sakit gak?" Tanya Arga sambil mengalihkan pandangannya ke kedua mata berbinar gadis tersebut.

"Gak papa kok, gak sakit cuman kaget aja tadi." Ucapannya disertai senyuman yang terus mengembang di wajahnya, bahkan membuat matanya sedikit menyipit karena kebahagiaan yang terpancar dari senyum itu.

"Mau belanja? Masuk aja," ujar Arga sambil menyingkir, mempersilahkan Senja untuk memasuki mini market tersebut.

"Kamu udah selesai belanjanya?"

"Udah, nih," jawab Arga sambil mengangkat kantong plastik berisi belanjaannya, yang membuat Senja mengangguk-angguk mengerti.

"Kamu mau tunggu aku bentar, gak? Bentar aja aku belanjanya," ucap Senja, yang kemudian hanya disambut dengan singkat anggukan oleh Arga. Kemudian, dia melangkah cepat meninggalkan Arga di luar, sementara Arga terlihat menunggu dengan sabar, sesekali melihat Senja melalui jendela mini market, memastikan gadis itu tetap dalam pandangannya.

Arga tersenyum tipis melihat Senja selesai berbelanja dan keluar dari mini market, sambil memberikan senyuman indahnya. Setelah tiba di depan Arga, Senja tampak menyodorkan satu corn ice cream kepadanya, dengan wajah penuh keceriaan.

"Aku beliin ice cream, suka gak?" Senja bertanya sambil tersenyum manis. Tidak ada alasan bagi Arga untuk menolak pemberian dari Senja, terutama saat melihat senyum yang terus mengembang di wajahnya. Maka, Arga mengambil ice cream tersebut dengan senang hati dan mengucapkan terima kasih. Senja masih menatapnya dengan penuh perhatian, tatapan gadis itu membuat Arga merasa sedikit gugup dan bingung.

"Kenapa, Senja?"

Tatapan berbinar di mata Senja berubah menjadi teduh, lalu dia menggeleng dan kembali tersenyum lebar. "Enak gak?" tanyanya mencoba mengalihkan perhatian. Arga mengerti bahwa Senja mencoba untuk memperbaiki suasana hati, namun dia memilih untuk tidak menanyakan lebih lanjut.

alive | jenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang