IX. Confronting the Past

138 8 2
                                    

⚠️ Peringatan: Cerita ini hanyalah karya fiksi dan tidak dimaksudkan untuk merefleksikan situasi nyata. Tema-tema sensitif seperti depresi, bunuh diri dan bullying digunakan dalam konteks imajinatif semata. Penting untuk diingat bahwa kesehatan mental adalah hal serius, dan jika anda atau seseorang yang anda kenal membutuhkan bantuan, silakan mencari dukungan dari profesional kesehatan mental atau organisasi yang dapat membantu.

***

Siang itu, Arga dikejutkan dengan kedatangan tante Sera yang menjemputnya di depan sekolah. Kehadirannya sungguh tak terduga bagi Arga. Meskipun sempat ragu, Arga akhirnya memutuskan untuk menaiki mobil yang dibawa oleh tante Sera. Meski demikian, Arga merasa sedikit canggung saat duduk di kursi samping pengemudi, namun akhirnya ia pasrah dan duduk di sana, membiarkan kendali berada di tangan tante Sera. Suasana canggung dan kejutan masih menyelimuti pikiran Arga saat mobil melaju perlahan di jalan.

Arga sesekali melirik tante Sera saat mobil sudah mulai berjalan. Tante Sera terus menatap lurus ke depan dengan penuh konsentrasi, sepertinya benar-benar fokus pada jalanan. Meskipun Arga berada di sampingnya, tante Sera tidak sekali pun menoleh atau melirik Arga. Keheningan di dalam mobil semakin menambah kecanggungan di antara keduanya.

"Saya disuruh Adrian untuk menjemput kamu," kata Tante Sera akhirnya, suaranya tenang meskipun tatapan matanya masih terpaku pada jalanan.

"Tante, gak perlu repot-repot, Arga bisa pulang sendiri," jawab Arga dengan lembut, tapi Tante Sera malah terkekeh remeh.

"Kalau bukan karena saya berantem dengan suami saya, saya gak akan repot-repot kesini dan menjemput kamu. Kamu tau? Cuma gara-gara kamu, Adrian hampir berpisah dengan saya. Cuma karena kamu, Arga!" tanpa sadar atau memang sudah lama terpendam, emosi Tante Sera mulai memuncak.

"Kenapa selalu merepotkan keluarga kecil saya? Apa gak cukup dengan hutang orang tua kamu? Orang tua kamu sudah meninggal tapi masih menyisakan beban seperti kamu!"

"Tante, jangan bawa-bawa orang tua Arga," potong Arga cepat, ada rasa emosi dan kesedihan saat masa lalu orang tuanya diungkit kembali untuk menjadi senjata.

"Kenapa? Gak suka kalau saya bicara tentang orang tua kamu? Gak mau terima fakta bagaimana menyusahkannya masa lalu mereka?" Tante Sera menepikan mobilnya, penekanan pada emosi terdengar jelas.

"Arga dan orang tua Arga gak pernah minta dibantu, Tante. Papa Arga selalu berusaha menyelesaikan masalahnya sendiri, begitupun mamanya Arga—"

"Itu aja yang kamu tau tentang orang tuamu? Wah Aryan dan Tania ternyata sangat pandai menyembunyikan keburukan mereka dari anaknya."

"Tante!"

"Kamu tau gak kalau papa dan mama kamu itu udah gak saling mencintai? Kamu juga tau gak betapa jahatnya mereka satu sama lain? Dan apa kamu juga tau siapa simpanan mereka masing-masing?" pertanyaan-pertanyaan Tante Sera membuat Arga terdiam, kehilangan kata-kata.

Melihat reaksi Arga, Tante Sera tersenyum kecil, "Kamu gak tau apa-apa tentang orang tuamu, ya? Dari pertanyaan saya tadi, kamu bisa simpulkan kenapa keluarga kamu sangat membenci orang tua kamu. Bahkan gak pernah mau menyebutkan nama mereka. Orang tua kamu merusak nama keluarga, mereka yang membuat citra keluarga kamu buruk di mata orang sekitar." Tante Sera berucap panjang, meninggalkan Arga terdiam dengan rasa sakit yang semakin bertambah.

Arga tidak memiliki kekuatan untuk membalas, "Tante, boleh Arga turun di sini?"

Tante Sera menghela nafas, "Ya, turun aja. Tapi, kalau Adrian bertanya, saya sudah menjemput kamu atau belum? Jawab dengan benar. Jangan bikin saya dan suami saya bertengkar lagi karena kamu."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 04 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

alive | jenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang