Malaika memandangi tajam pada salah satu bodyguard yang di tugaskannya untuk menjaga Nara, pria itu terduduk di lantai, dengan sedikit getaran di punggungnya, menandakan jika dia tau persis apa yang sedang dihadapinya kali ini.
“katakan lagi, secara beruntun. Siapa yang sudah kamu lihat sebelum Naraya menghilang?” ucap Malaika, dingin, sambil menyodorkan ponselnya mendekati mulut pria itu.
Di sebrang ponsel terdengar hening, tapi bodyguard itu tau persis siapa yang sudah bersiap untuk mendengarkan ucapannya. Pria itu menelan liur pahitnya sesaat, sebelum mengatakan dengan jujur siapa yang sudah menculik delta yang di jaga ketat oleh tuannya itu.
“saya… saya tidak mengetahui nama pria itu tuan, tapi saya sering melihatnya. Mengawal kepala rumah kedua tuan… pria itu berwajah ramah dan selalu tersenyum.” Tuturnya.
Sesaat, bodyguard itu mengira penjelasannya sia-sia, dan tidak ada siapapun yang mendengarkan ucapannya di sebrang telpon, tapi sesaat kemudian, suara yang menandakan sambungan telpon terputus menyadarkannya. Tuannya, mendengar setiap perkataannya dengan jelas, dan pria itu sedang marah, marah besar.
Malaika memnggeretakkan giginya, berusaha untuk tetap tenang walaupun jantungnya berdetak menyakitkan sejak tadi. Ada rasa cemas, panik, dan juga bimbang yang bercampur menjadi satu didadanya. Ketakutan terbesar Malaika dan Zachary sudah terjadi hari ini, rumah kedua mengetahui keberadaan Naraya dan seberapa pentingnya dia untuk mereka, satu-satunya harapan Malaika, orang-orang itu tidak benar-benar mengetahui identitas sebenarnya delta itu.
Tidak ada pilihan lain bagi Malaika, selain menunggu dan berharap jika Zachary berhasil membawa kembali adiknya yang pernah hilang itu.
“sementara itu…” gumam Malaika, lalu memandangi sekitarnya. “kumpulkan semua pelayan di rumah ini.” Perintah Malaika pada salah satu bodyguardnya.
“sepertinya aku sudah dengan senang hati memelihara tikus tidak tau diri di rumahku sendiri.”
Kalau tidak, bagaimana mungkin ada orang luar yang mengetahui tentang Naraya? Bagaimana mungkin adiknya itu di rebut lagi, untuk yang kedua kalinya dari Malaika?
Malaika mungkin pesakitan dengan jantung yang semakin melemah, tapi dia masih pemimpin klan Song. Dan dia, tidak akan segan menggunakan kekuatan yang ada dibelakangnya untuk membuat perhitungan pada orang-orang yang mencuranginya.
=
Nara melirik pada pria yang duduk tenang di sampingnya, kedua tangannya memeluk erat gundukan perutnya dengan tangan yang bergetar. Nara tau, seramah apapun pria yang duduk disampingnya terlihat, ada sesuatu yang meneriakkan ‘bahaya’ pada pandangan ramah pria itu.Di luar, pemandangan rumah menjadi semakin jarang, hamparan laut yang menunjukkan tepi kota menjadi semakin terlihat jelas, dan seiring dengan itu, detakan jantung Naraya menjadi semakin kuat, memburu.
Dan seakan bayinya sadar jika Naraya sedang tidak baik-baik saja, si kecil pun mulai menendang-nendang dinding perut delta itu, memberikan sensai menggelitik, yang jika saja dirasakan Naraya di lain waktu akan menimbulkan senyuman manis pada wajah cantiknya, sayangnya, sensasi menggelitik itu hanya menambah ketakutan Nara saat ini.
“sebentar lagi kita akan sampai.” Ucap pria ramah yang sejak tadi tidak mengeluarkan suara sedikitpun.
Dan Nara memilih untuk tidak menanggapi pria itu, matanya memandangi hamparan laut dengan gelisah.
“jangan khawatir, segala kebutuhanmu, kenyamananmu, akan terjamin. Tuanku menawarkan kondisi hidup yang lebih baik dibandingnya yang sudah diberikan oleh Zachary.” Ucap pria itu, ramah, matanya memandangi perut Naranya sekilas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semalam Bersama Mr. Pruk
FanfictionNara bersedia meminjamkan rahimnya untuk pasangan suami istri Mr. Dan Mrs Pruk yang sulit untuk mendapatkan keturunan demi imbalan uang dalam jumlah besar. Pikirnya, urusan mereka hanya akan sampai disini saja dan setelah dia melahirkan bayinya Nara...