Pandangan mata mereka bertaut, keduanya saling menolak untuk melepaskan.
Ada kebingungan dimata Nara, begitu juga Zachary, bingung dengan keadaan, bengung dengan perasaan.
Sebenarnya, apa arti mereka pada satu sama lain? Siapa Zachary untuk Naraya? Pria yang sudah membeli rahimnya? Pria yang mengisi hatinya hanya karena sentuhannya yag mampu membuai Nara sampai terlena? Atau kakak iparnya? Zachary tidak bisa menjadi semuanya sekaligus. Nara harus memilih salah satunya, dan melepaskan yang lain.
Begitu juga dengan Zachary, apa posisi Nara didalam hidupnya? Apakah Naraya delta yang berhasil membuat Zachary hampir gila karena keberadaannya? Atau adik iparnya? Nara tidak bisa menjadi keduanya sekaligus. Situasi seperti itu hanya akan membawa mereka pada kegilaan baru yang mungkin tidak ada ujungnya.
Hari ini, saat ini, mereka berdua harus memutuskan bagaimana keduanya akan melangkah kedepan. Berdamai dengan keputusan masa lalu.
“Apa maksud tuan?” tanya Naraya, ada getaran terselubung dalam nada bicara delta itu.
Nara tau semuanya harus diluruskan secepatnya, dia tau kalau posisinya dan Zachary, perasaan keduanya, harus diselesaikan secepatnya, tapi ada ketidakrelaan disana.
Entah kenapa, semuanya terasa menjadi semakin berat bagi Nara.
“Nara, saya yakin kamu tau persis apa yang saya maksud.” Ujar Zachary, suaranya pelan, datar, tapi Nara bisa melihat didalam mata pria itu, jika Zachary juga merasakan ketidakrelaan yang sama dengannya.
“sebaiknya kita selesaikan secepatnya. Saya tidak ingin menyakiti kamu lebih lama lagi.” Sambung Zachary.
Mata Naraya berkaca, “kenapa harus seperti ini?” bisik Naraya. “Kenapa harus dengan anda?” lanjutnya.
Kenapa harus dengan Zachary Naraya merasakan perasaan ini? Kenapa sekarang?Kenapa harus dengan pria yang tidak bisa dia jangkau?
Kenapa harus dengan suami kakaknya sendiri?
“Nara….”
Zachary terdiam, berusaha mengontrol reaksinya, menyaksikan kedua bola mata gelap itu meneteskan air mata.
Ingin sekali Zachary mengangkat tangannya, menyeka cairan bening itu dari kedua pipi berisi Naraya. Zachary ingin menjadi pria yang bisa berada di samping delta itu. Tapi Zachary sadar jika hal itu tidak mungkin, tidak bisa.
Naraya bukan haknya.
“Nara… saya… saya yakin kamu tau perasaan saya saat ini. Tapi ini salah, kita tau ini salah. Sebesar apapun keinginan saya untuk memiliki kamu, saya harus menahannya.”Zachary memandangi Nara dengan dalam "Semua kesalahan ini adalah perbuatan saya, saya yang menyebabkan semuanya. Jadi saya juga yang akan memperbaikinya." Ucapnya, lalu Zachary menghela nafas lelah, "saya tidak ingin memaksakan keadaan, memaksakan apa yang tidak seharusnya. Cukup sampai disini Nara, biar perasaan saya ini saya hilangkan dan terkubur dalam. Agar tidak ada lagi kesalahan lain yang saya sebabkan karenanya."
Nara mengangguk, mengiyakan ucapan Zachary. “sebesar apapun keinginan saya untuk berdiri di samping tuan. Saya tidak akan menyuarakannya. Biar apapun yang kita mulai di malam itu, selesai sampai disini. Sebaiknya jangan diungkit lagi. Demi kebaikan kita semua.”
Naraya memandangi sedih gundukan perutnya. Bayi yang sedang di kandungnya.
Bayi malang yang akan terlahir hanya dalam beberapa bulan lagi.
Bayi yang sudah diam-diam Naraya sayangi sepenuh hatinya.
Naraya sedikit tersentak ketika tangan Zachary meraih perutnya. Lalu pria itu meletakkan telapak tangannya tepat diatas pusar Naraya, merasakan tendangan-tendangan kecil kuat diatas permukaan perut Naraya.
Ini adalah kali pertama Zachary menyentuh perut Naraya, menyentuh bayinya.
Jantung Naraya berdetak sakit, menyesakkan nafasnya.
“Saya akan memperbaiki semuanya Nara. Saya janji.” Ujar Zachary.
Mata pria itu fokus memandangi perut Naraya, ada tekad kuat didalam pandangan pria itu.
Nara terkesiap. Jantungnya berdebar hebat.
Ada harapan, harapan yang tidak bisa dia suarakan yang timbut akibat tatapan kuat Zachary itu.
“Tuan?”
“Saya mungkin tidak akan bisa memperbaiki yang sudah terjadi. Tapi saya akan memastikan, saya akan meluruskan semuanya. Ini adalah permintaan maaf saya untuk kamu…. Dan bayi ini.”
Ujar Zachary, matanya memandangi perut Naraya berat, penuh emosi yang tidak bisa Naraya gambarkan.
“tuan….”
“Dan jangan panggil saya dengan sebutan itu lagi. Kamu bukan lagi Naraya, ibu surogasi yang saya pekerjakan untuk mengandung penerus saya. Kamu Naraya, adik ipar saya, posisi kamu tidak lebih rendah dari saya Nara, ingat itu.”
Zachary menyunggingkan senyuman ragu, yang dibalas dengan ranggukan ragu dan tertahan oleh Naraya.
“ka-kalau begitu… ma-mas? Mas Zachary?” coba Naraya.
Zachary terlihat tertegun sejenak. Tapi akhirnya sebuah senyuman kecil tersungging diwajah tampan pria itu. Zachary melangkah mundur, menjauhkan tubuh keduanya, dan akhirnya berbalik, berjalan menjauh meninggalkan Naraya yang masih berdiri didepan pintu kamarnya.
“Terimakasih Naraya.” Ujar Zachary terakhir kalinya, sebelum Naraya sama sekali tidak bisa melihat punggung pria itu lagi.
Terdiam, dan akhirnya menghela nafas.
Nara tidak tau perasaannya saat ini. Lega, atau perih?
Nara tidak bisa memastikannya, yang jelas ini adalah akhir dan juga awal yang baru untuk Naranya.
Dan juga Zachary.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semalam Bersama Mr. Pruk
FanficNara bersedia meminjamkan rahimnya untuk pasangan suami istri Mr. Dan Mrs Pruk yang sulit untuk mendapatkan keturunan demi imbalan uang dalam jumlah besar. Pikirnya, urusan mereka hanya akan sampai disini saja dan setelah dia melahirkan bayinya Nara...