Happy reading all~!
\(^o^)/Bumi dan Sera berjalan santai di tepian sungai. Mereka baru saja keluar dari rumah sakit tempat Bumi melakukan perawatan. Anak itu sesekali melompat, entah kenapa dirinya sangat senang hari ini.
"Ibu.. ayo pulang," pintanya.
Sera menulikan pendengarannya. Ia sama sekali tidak mendengar permintaan Bumi. Dirinya asik melamun. Kata-kata dokter Shena terus terngiang-ngiang di kepalanya.
Kesehatan Bumi menurun, Sera.
Kalau tidak sering datang, bisa-bisa kesehatan dan daya tahan tubuhnya turun drastis. Kau tahu? Aku sahabatmu, sudah lama sejak kita berkenalan.. jadi percaya padaku, oke?Kau bisa membawanya check up minimal satu kali seminggu. Minimal, Ser.
Aku tahu ini berat, maka dari itu kita jalani ini bersama. Aku pun juga tahu alasan orang tua Bumi menitipkannya padamu. Aku teman baik Matahari, sepertimu.
"Ibu!!" Bumi berteriak lebih keras. Wajahnya sudah dibanjiri oleh air mata saat Sera menunduk. Sera lantas berjongkok, menyamakan tingginya dengan Bumi.
"Anak ibu kenapa nangis? Ada yang sakit?" Tanya Sera seraya bolak-balik mengecek tubuh gempal Bumi. Bumi menjawab dengan gelengan. Dia tidak sakit, dia khawatir pada ibunya karena melamun sejak tadi.
"Ibu diam.. Bumi takut.." Isak anak itu. Semula-mula hanya isakan kecil, tapi kelamaan berubah menjadi tangisan kencang. Tangis bocah tiga tahun itu pecah. Bukan berarti dirinya cengeng. Dirinya adalah anak yang peduli pada sekitar, maka dari itu ia sangat-sangat mengkhawatirkan ibunya. Ia hanya takut, takut kehilangan seseorang secara mendadak seperti dulu karena dirinya acuh pada sekitar. Bayang bayang kehilangan itu masih Bumi rasakan hingga saat ini.
Sera menghapus air mata Bumi menggunakan ibu jarinya, "maaf ya? Ibu tadi hanya kepikiran sesuatu," ucapnya sendu. Dan Bumi memaafkannya.
~•🌍•~
Mereka sudah sampai di panti asuhan sore hari menjelang Maghrib, keduanya melihat mobil mengkilap yang terparkir di halaman panti. Sera dan Bumi pasti tahu itu mobil milik siapa. Tuan Arta.
Bumi berjalan memasuki panti dengan riang, "Dadaa!! Dada datang!!" Teriaknya heboh. Sejenak, ruangan yang awalnya begitu ramai mendadak sunyi melihat kedatangan Bumi. Semuanya menatap Bumi datar dan sedikit terpatri kebencian di mata mereka, hanya saja mereka menutupnya.
Tuan donatur, maksudku Arta, membawa Bumi kedalam dekapannya dan memangkunya.
Yang paling tua tertawa, "kenapa jadi sunyi begini?" Tanya Caka. Lantas, ruangan itu kembali ramai oleh tawa riang anak-anak panti. Bumi tidak sepolos dan sebodoh yang mereka kira. Bumi tahu, mereka membenci dirinya. Bumi juga sama. Bumi benci sekali..
Dengan dirinya.
Tidak usah ditutupi, Bumi terima dengan ikhlas kok. Ini juga memang salahnya. Sakit-sakitan, menyusahkan ibu, membuat 'dia' pergi meninggalkan semuanya tanpa berpamitan.
Bumi memaksakan dirinya untuk tersenyum, lalu dirinya berusaha turun dari pangkuan Arta. Disampingnya, istri Arta, Yuna, menatap Bumi bingung.
"Kenapa turun? Bumi capek? Bumi lapar?" Tanya Yuna.
Bumi menjawabnya dengan gelengan. "Bumi.. Bumi mau tidul.. Bumi capek.." jawabnya.
Yuna berdiri, "mama temani ya?" Lantas Bumi memberikan jawabannya dengan anggukan.
Bumi berada di kamarnya bersama Yuna disampingnya. Yuna bercerita tentang kancil kecil yang mencuri sebuah timun.
"Mama," celetuk Bumi. Lantas Yuna menoleh.
"Kenapa?"
"Tenapa cuma Bumi yang boleh bilang Dada sama mama? Tenapa yang lain bilang na tuan atau om, nona(nyonya) atau Tante?"
Yuna memejamkan matanya. Sudah dia duga Bumi akan menanyakan hal ini.
"Karena Bumi anak kesayangan Dada dan mama," jawabnya. Bumi menggeleng.
"Bumi tan butan anak mama Dada.."
"Udah yuk, Bumi tidur aja.."
Sore menjelang malam itu berakhir sekarang. Bumi akan bangun keesokan paginya seperti biasa. Manik matanya sudah tertutup. Bumi jujur kalau dirinya lelah. Seharian ini banyak yang terjadi. Yang tidak Bumi pikirkan dan harapkan.
♪°♪
Annyeong haseo, Sybil imnida. Maaf loh Sybill baru publish chapter 3 sekarang. Otak ku mendadak buntu😩
Btw, selamat membaca aunty en uncle.. Bumi sudah menanti kalian. Semoga suka.
Voment nya mantemaan.
I lofyu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIARY BUMI
Randommembantu ibu panti menjemur pakaian, mencuci piring kotor, menjaga adik-adiknya, ikut berjualan, bukankah itu sudah dikatakan hebat bagi anak seusia bumi? Lantas, mengapa tidak ada yang mengadopsinya? Bumi juga ingin seperti adik dan kakaknya yang m...