6. About Bumi

1.6K 117 2
                                    

Happy reading all~!
\⁠(⁠^⁠o⁠^⁠)⁠/

Anak-anak panti satu persatu pulang dari sekolahnya. Begitu juga dengan Bumi dan Nono, mereka pulang urutan nomor 5 dari banyaknya anak yang ada.

Sera terlihat menunggu di depan rumah.

Nono dan Bumi baru saja keluar dari bis yang membawa mereka pulang, "ibu!" Pekik mereka kesenangan.

Alih-alih memeluk mereka, Sera menatap dalam luka yang terpampang jelas di dahi Nono.

"Ini kenapa?" Tanya Sera.

"Nono jatuh, ibu.." sahut Bumi. Anak itu terlihat sangat semangat saat menceritakan bagaimana caranya Nono bisa jatuh.

"Oh, begitu.. Nono, are you okay?"

"Ya, i'm fine!"

~•🌍•~

Seorang anak lelaki duduk santai di halaman belakang rumah besar. Anak itu tampak menikmati malam berangin kencang hari ini.

Kalian bisa menebaknya,

Itu Bumi.

Bumi pergi tanpa sepengetahuan siapa-siapa. Saat semua orang telah tertidur, Bumi mengendap-endap menuju halaman belakang yang dipenuhi rumput hijau.
Dia sedang bad mood sekarang, karena tadi sore.. penyakitnya kembali kambuh. Benar-benar sangat menyusahkan.

Bumi hingga tidak bisa berbuat apa-apa, tubuhnya demam tinggi sore tadi dengan napas pendek disertai nyeri tajam pada dadanya. Sakit, Bumi tidak kuat jika ibu tidak berada bersamanya untuk meyakinkan bahwa semuanya baik-baik saja.

"Ibu.. maaf.." lirihnya.

Bahkan hingga saat ini, Bumi masih demam tinggi namun dirinya tetap nekat pergi keluar rumah. Alasan? Karena Bumi merasa jika di dekat ibu dirinya seperti anak manja.

Katakan bahwa Bumi dewasa sebelum waktunya.

"Bumi?" Celetuk seseorang dari arah belakang.

Bumi menengok. Itu kakaknya, Caka.

"Kakak.. belum tidul?" Tanyanya.

"Kamu sendiri? Kenapa belum tidur?" Caka balik bertanya, dirinya ikut duduk di samping Bumi.

Rambut yang sedikit bergelombang milik Bumi sudah panjang rupanya hingga menutup setengah mata anak itu.
Mungkin, besok Minggu Caka akan memotongnya.

"Ndak bisa.." lirih Bumi.

"Bumi demam?" Tanya Caka, dirinya terkejut saat membenarkan rambut yang menutupi wajah Bumi. Hawa panas menguar dari tubuhnya.

Bumi mengangguk.
"Iya, Bumi Ndak mau nelepotin ibu.. jadi Bumi kesini.."

Caka bangkit dari duduknya, dirinya dilanda kepanikan karena napas Bumi terdengar tersendat. Tapi anak itu malah santai berbaring di tumpukan rumput hijau segar halaman rumah.

"Bumi! Ayo kedalam.. kamu demam begini masih keluyuran! Nanti ibu bisa marah!"

Caka menarik lengan anak itu, lalu Bumi langsung menepisnya. Dia menatap manik mata kakaknya serius.

"Kalau kakak Ndak bilang.. ibu Ndak bakal tau.. ibu Ndak malah!" Serunya.

"Kamu sakit, Bumi.. ayo, masuk.. dingin diluar.."

"Ndak mau," kekehnya.

Bukan apa, tapi saat ini dirinya benar benar tidak ingin bangkit dari tidurnya. Rasa nyaman dari hawa dingin malam berangin membuat dirinya betah. Tubuh nya terasa lebih dingin dari biasanya.

"Kalau kamu sakit gimana Bumi?"

Sakit? Bumi udah sakit.. sakit nya buat Bumi mau menyelah aja.

"Ndak,"

Caka tak punya pilihan lain, dirinya langsung menggendong Bumi dan membawanya masuk. Bumi memukul punggung Caka dan memberontak turun tetapi Caka hiraukan.

"Diam! Atau kakak bilang ibu." Ancamnya.

Malam itu menjadi malam menakutkan bagi Bumi. Karena kak Caka tidak pernah marah padanya sebelumnya. Mungkin kak Caka akan membencinya keesokan hari.

♪°♪

Annyeong!!

Pas seminggu kan?

Gimana kabar aunty en uncle semua?? Semoga sehat selalu..

400 kata lebih.

Sedikit banget😭

Biasanya Sybill nulis 500-600 kata.

Gatau nih, Sybill lagi kehilangan bakat Sybill. HUHUHU, SO SAD..

Kenapa? Karena Sybill lebih suka baca dibanding menulis akhir-akhir ini.

pokoknya jangan tiru Sybill yah??

Jangan lupa vote dan komen 😘

I lop yuu..

DIARY BUMI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang