10. Kaiya sayang

1.1K 85 7
                                    

Happy reading all~!

Gemuruh suara hujan dan petir saling bersahutan diatas langit gelap pagi ini. Caka tengah bersiap untuk berangkat kesekolah sebelum benda pipih berbunyi.

Yak! Caraka!

"Kenapa?" Tanyanya pelan.

Kau tidak membaca pesan grup?

"Huh? Emangnya ada?"

Dasar! Mangkanya rajin buka hp, bukannya malah belajar.. terus. Kau tidak belajar pun aku jamin dapat seratus, ahay!

Caka menjauhkan ponselnya sejenak dari telinga, "gila memang," gumamnya pelan.

AKU MENDENGARMU!

"Oh,"

Terserah kau sajalah, yasudah.. dah! Aku dipanggil ayahku.

"Hm.. dah," panggilan suara itu tepat terputus setelah kata terakhirnya. Caka menghela napas. Lalu dirinya melihat grup dengan banyak pesan bertuliskan 'baik, Bu.. Terimakasih banyak atas informasinyaa.' pantas saja temannya ini menelponnya. Hari ini libur, karena guru guru akan mengadakan rapat komite.

Sia-sia sekali ia menggunakan seragam, membuang waktu saja.

Caka menatap jendela, hujannya sangat deras sekali. Pasti ibu sedang menjemur pakaian diatas karena hujan lebat yang tidak memungkinkan untuk menjemur di luar.

"Kalau gini kan, sejak tadi aku membantu ibu.." gumamnya pelan. Dirinya beranjak mengganti pakaian dengan sweater hangat dan celana panjang biasa.

Remaja lelaki itu berjalan menuju kamar Bumi, memastikan bahwa Bumi tidak terbangun karena hujan deras. Saat pintu dibuka, ternyata anak itu telah bangun dari tidurnya dan bermain sendiri di tepian kamar. Kulitnya muncul bintik-bintik merah, ah.. pasti karena AC yang masih menyala dan cuaca diluar sangat dingin.

Segera Caka mematikan AC dan mengambil salep kecil yang memang sudah disediakan dikamar Bumi. Bumi nampak melihat kedatangan kakaknya pun tersenyum manis sangat manis. Seolah-olah tengah berkata di ekspresinya, 'Bumi nggak papa, kakak..' dan 'haloo kakak Caka,'

Caka membalasnya dengan senyuman. Mendekat dan mengoleskan salep pada kulit Bumi. Anak itu sedang bermain mobil-mobilan yang mana dulu bekas mainan miliknya dan Taka. Ah, ia jadi rindu dengan sahabatnya ini.

"Kakak, kakak..!" Panggil Bumi. Caka menjawabnya dengan sebuah deheman, tangannya itu masih mengoles ke seluruh tubuh Bumi yang hanya terbalut kaos dalam dan Pampers. Mungkin ini salah satu alasan juga mengapa kulitnya bisa muncul bintik merah.

"Hujan kakak.." tutur Bumi menghadap jendela tepat dimana hujan sedang mengguyur tempat tinggalnya.

Lalu anak itu tiba tiba mengacir keluar meninggalkan Caka dengan seruannya untuk menyuruh Bumi balik.

"Heh! Kamu mau kemana?! Ayo masuk!" Seru Caka. Hingga punggung anak itu telah tidak terlihat, Caka masih berada di kamar. Siapa tau anak itu hanya memanggil ibu untuk membuatkannya susu.

Namun, sudah hampir 15 menit anak itu belum kembali, Caka menjadi sedikit khawatir. Ia menaruh salepnya dan bergerak ke arah lemari. Diambilnya baju langsungan milik Bumi dan segera berlari kecil menyusuri setiap rumah.

DIARY BUMI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang