Happy reading all~!
Caka hampir saja ketiduran dengan posisi duduk jika saja tidak ada suara gumaman yang memecah keheningan kamar. Bumi masih belum membuka matanya, tapi mulutnya terus bergumam "sakit, sakit.. Janan.."
Remaja lelaki itu awalnya hanya mencoba menepuk pelan dada Bumi agar lebih tenang dan nyaman tidur, namun semakin lama Bumi semakin bergerak ricuh hingga didalam tidurnya saja Bumi meneteskan air mata.
Caka semakin tidak tenang, ibu sedang berbicara dengan dokter Shena sedari tadi.. dia sendiri disini. Tanpa berpikir panjang, Caka menekan tombol merah di samping brankar.
Tidak perlu menunggu lama, para perawat dengan dokter berbondong-bondong memasuki ruangannya. Caka ingin melihat, namun salah satunya menahan dan menggiring Caka untuk tetap di luar selagi dokter masih menangani Bumi-nya.
Waktu terus berlalu, tak terasa sudah tiga puluh menit ia menunggu di luar ruangan sendirian. Matanya menatap sayu, Caka mengantuk sekali. Tapi kadang suara perawat yang berlarian keluar-masuk ruangan membuatnya tetap terjaga.
Di dalam kepalanya kembali muncul pertanyaan.
Bumi ini sebenarnya kenapa?
Ia masih tidak mempunyai jawaban untuk itu, dan ia juga masih menggunakan jawaban sebelumnya. "asma"
Mungkin saja ibu benar, Bumi hanya kambuh Asma.
Namun..
Apa jangan-jangan ibu berbohong?
Lamunan itu buyar karena dokter berdiri dihadapannya, menatap Caka sendu.
"Untung saja kau cepat memanggil kami, kondisi adikmu menurun drastis.. untuk saat ini dan kedepannya Bumi akan dipasangkan alat pernafasan agar lebih leluasa untuk menghirup oksigen, dan.. adakah ibu atau ayahmu disini? Saya akan menjelaskan lebih lanjut mengenai kondisinya."
Caka mengangguk, "baik, terimakasih dokter.. tapi Ibu sedang berbicara dengan dokter perempuan. Kalau kulihat dari nametag nya, namanya dokter Shena,"
Dokter di depannya mengangguk, "ah.. begitu ya, Shena dan dokter satu tim yang ditugaskan untuk bertanggung jawab pasien ini, adikmu. Ya sudah, nanti akan dokter jelaskan pada Shena sekalian bertemu dengan ibumu, oh ya.. mari kita berkenalan, nama dokter, Liam.. Dokter Liam, namamu?"
"Namaku..? Ah-ya n-namaku Caraka, panggil saja Caka.. salam kenal, Dokter...Liam?" Jawabnya gugup.
Liam tertawa, "hahaha.. kau anak yang lucu, Caka.. salam kenal juga,"
"DOKTER LIAM!!"
"Ah, sepertinya aku dipanggil.. baiklah, sampai jumpa, Caka..!" Liam berlari seraya melambaikan tangannya pada remaja yang masih linglung ditempat.
"Wah.! Dokter Liam ternyata sangat ramah.. dan juga, orang kedua yang mau berteman denganku.. setelah Lave," tuturnya polos.
Benar. Caka adalah anak yang sulit berinteraksi dengan teman sebaya di sekolahnya yang membuat dirinya tidak mempunyai teman sejak kecil. Namun salah satu dari mereka mencoba berinteraksi dengan Caka secara pelan-pelan.. itu Lave, si remaja incaran guru BK di sekolahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIARY BUMI
Randommembantu ibu panti menjemur pakaian, mencuci piring kotor, menjaga adik-adiknya, ikut berjualan, bukankah itu sudah dikatakan hebat bagi anak seusia bumi? Lantas, mengapa tidak ada yang mengadopsinya? Bumi juga ingin seperti adik dan kakaknya yang m...