Happy reading all~!
\(^o^)/Selepas maghrib, mereka semua berkumpul di kamar Bumi. Om Arta pulang terlebih dahulu karena istrinya yang mengomel kalau seharian ia pergi tanpa mengabarinya.
Di sinilah sekarang, di kamar Bumi yang cukup luas mereka tengah tertawa bersama, Bumi pun sama halnya. Mereka tertawa tanpa beban, menertawakan hal lucu di televisi yang menampilkan animasi sederhana.
Sembari menyuapi Bumi dan Nono, sesekali Sera menatap Caka. Anak yang sudah menginjak masa dewasanya itu tidak pernah tertawa lepas seperti saat ini selama ia berada di Panti Asuhan Harapan.
Hati Sera menghangat mendengarnya, Caka dan Bumi sudah kembali akrab layaknya kakak adik seperti dulu. Tidak ada lagi tatapan ketakutan di wajah Bumi, hanya ada ekspresi senang dan excited yang tertera.
Sera harap, ini bisa berlangsung lama. Perkataan Shena sungguh membuat perasaannya bersorak gundah. Ia tak mau, bagaimanapun, Bumi masih kecil.
~•🌍•~
Bumi sudah diperbolehkan pulang hari ini, maju sehari dari yang dijanjikan. Tapi Bumi masih harus dalam pengawasan ekstra. Tidak boleh lengah sedikitpun.
Kata dokter Liam, pneumonia Bumi sudah sembuh berkat perawatan semasa di rumah sakit. Tapi sera tidak yakin, sebab yang ia tahu pneumonia akan sembuh setelah melakukan pengobatan yang mahal harganya.
Entahlah, mungkin ia akan percaya. Untuk saat ini.
"Bubum mawu tulun, lepash kakak!" Ucapnya riang. Ia bergerak risuh dalam gendongan Caka meminta turun.
Tapi Caka menggeleng, "enggak ah, Bumi masih belum boleh capek-capek, nanti asmanya kambuh lagi," Katanya menolak.
Bumi yang mendengarnya langsung memajukan bibirnya beberapa centi. Ia ngambek pokoknya!
"Kan Bumi ndak lali-lali," Katanya berusaha meyakinkan. Namun, Caka tetap lah Caka. Jika pilihannya sudah bulat, maka tidak bisa diganggu gugat!
"Nggak, udah ayo tidur siang.. Ibu buatkan susu," Sera ikut menyahut. Dirinya melirik Bumi dari samping, terlihat jelas ekpresi tidak setuju yang si kecil tunjukkan tapi Sera abaikan.
Seraya menggendong Nono yang tertidur, Ia berjalan mendahului keduanya. Saat memasuki panti, tawa riuh anak-anak menyambutnya. Sera seperti hidup kembali, anak-anak mulai datang menyapa.
"Selamat datang, ibuu!" Sorak mereka semua. Sera tersenyum manis jadinya. Ia benar-benar rindu suasana seperti ini, ah jangan lupakan Kaiya si bocah manis yang berteriak paling semangat.
"Ibu ibu!" Pekiknya dengan tangan di udara. Berniat meminta gendong untuk ucapan selamat datang darinya. Sera hanya tersenyum dan menggeleng sebagai jawaban.
"Kak Nono lagi tidur, sayang.." Ucapnya memberi pengertian. Kaiya mencebikkan bibirnya kebawah. Ia ingin digendong juga.. Sudah lama sejak ibu menggendongnya.
Bumi yang melihat di belakang tersenyum, "Kaiyaaa~" Panggilnya dengan aksen lucu. Membuat Caka gemas sendiri jadinya.
"Kakak ndong," Beralih pada orang yang menggendong Bumi, Kaiya merentangkan tangannya meminta di gendong. Awalnya, Caka ingin menggeleng, namun, tiba-tiba saja Bumi meluncur turun dari gendongannya. Mempersilahkan bocah manis dengan kuncir pita itu untuk digendong oleh kakaknya.
"Pinter banget ya," Bumi cengengesan memperlihatkan deretan gigi susunya.
"Kakak ndoong!!" Pinta Kaiya kembali. Mau tak mau, Caka menggendongnya. Menatap Bumi dengan ekspresi tersenyum paksa.
"Anak itu!" Batinnya.
Padahal, Caka hanya berniat menggendong Bumi agar anak itu tidak kelelahan. Tapi ternyata si kecil Bumi lebih pandai memanfaatkan keadaan. Ia memanfaatkan Kaiya yang menginginkan dekapan hangat dari seseorang yang sudah lama ia tak jumpa.
"Bumi ndak lali-lali kok, kak.. Hehehe, Bumi di samping kakak aja," Kata anak itu dengan tangan yang melayang diudara, mengisyaratkan ia berjanji.
Pemuda berusia 17 tahun itu menghela napas pasrah, terserah apa kata sang adik ia akan melangkah masuk ke dalam.
Baru saja masuk, Caka disambut oleh Esppa yang tersenyum sangat manis. Seolah-olah ia akan memberitahu sesuatu hal baik.
"Halo, kak Caka.." Sapanya dengan nada lembut.
"Esppa? Tumben nyapa, biasanya langsung masuk ke kamar," Caka hapal sekali sifat-sifat semua anak-anak panti. Termasuk Esppa yang hari ini terlihat sedikit aneh dimatanya.
"Aku punya kabar baik, tahuu!" Esppa begitu semangat saat memberitahu Caka, membuat sang empu ikut merasakan energi positif yang diberikan.
"Oh ya, Apa itu? Coba kasih tahu kakak," Caka mendekatkan telinganya pada Esppa, saat anak itu membuat gestur ingin berbisik.
"Aku.. Mau diadopsi!"
Deg!
Senyuman yang terpatri diwajahnya hilang begitu saja. Perlahan, ia mencerna apa yang baru saja Esppa katakan. Adiknya, akan diadopsi! Oleh keluarga yang akan menyayangi Esppa nantinya. Dan seharusnya, Caka senang mendengar sang adik akan diadopsi.
Namun, kenapa hatinya menolak demikian?
Caka kembali menoleh pada adiknya yang benar-benar terlihat excited itu, "Beneran?! Kakak seneng banget.. Esppa pasti bakal disayang mama papa nantinya,"
"Kakak bohong ya? Kakak nggak suka denger berita ini kan?"
♪°♪
Halloww!! Anyone is here??
Sybill rasaa uhm, not bad, i like it!
Esppa itu.. Anaknya manis banget loh, dia juga nggak jahat. Esppa cuma mau dia diperhatikan, karena selama ini mereka fokus pada Bumi aja.
Kan, Esppa juga bagian dari keluarga panti, dia pantas dapat kasih sayang..
So, berikan banyak cinta untuk Esppa. Naresppa! Aku senang mendengarmu diadopsi.
Semoga kali ini, kamu betah dengan keluarga barumu ya!
Good luck!
See you next time~
Always sweet~sybilla
KAMU SEDANG MEMBACA
DIARY BUMI
Randommembantu ibu panti menjemur pakaian, mencuci piring kotor, menjaga adik-adiknya, ikut berjualan, bukankah itu sudah dikatakan hebat bagi anak seusia bumi? Lantas, mengapa tidak ada yang mengadopsinya? Bumi juga ingin seperti adik dan kakaknya yang m...