17. Maaf

421 31 2
                                    

Happy reading~!

"Loh? adeknya kenapa, kak?"

Semua menoleh secara bersamaan kearah wanita paruh baya dengan rok selutut bercorak bunga-bunga.

Bumi langsung menangis histeris, kedua tangannya melayang di udara isyarat meminta untuk digendong.

"Ibuu.. Hiks, mau ibuu!" Jerit anak itu seolah-olah Caka telah melakukan sesuatu yang membuatnya ketakutan. Dan sikap itu membuat Sera heran, biasanya Bumi akan bersemangat atau sangat menempel pada Caka ketika bersama. Namun saat ini..?

Tanda tanya besar muncul dikepalanya.

Meski sedang bingung, tak ayal ia menggendong Bumi agar anak itu lebih tenang. Dilihat dari caranya menangis, Bumi hampir kesusahan bernapas karena terlalu banyak menumpahkan kesedihannya. Sera yakin ada yang salah, Bumi yang Sera kenal bukan seperti ini. Dan jika sudah seperti ini, berarti ada yang mengganjal dihati maupun pikiran Bumi.

"Heii, nggak usah nangis ibu di sini.. Sakit loh dada nya, iya kan?"

"Bumi boleh nangis, tapi jangan sampai yang sesegukan gini, sayang.. yuk diatur napasnya.. Bumi nggak mau kan kambuh lagi?" Lanjutnya seraya mengusap pelan dada Bumi.

Bumi menggeleng keras, ia ingat sakitnya saat kambuh. Itu benar-benar menyiksanya.

Selagi terus menenangkan Bumi, tatapannya tak lepas dari Caka, ingin bertanya apa yang terjadi.

"Adeknya diapain, kak?"

"Kok nangisnya sampai sesegukan kayak gini?"

Caka menggeleng sebagai jawaban, "Nggak tahu, Caka cuma bilang kalau semisal Bumi lupa wajah daddynya Bumi harus siap, karena mereka cuma ketemu sekedar di dalam mimpi, bukan dunia nyata," Mendengarnya, Sera menghela napas berat.

"Caka.. Kakak harusnya tahu situasi dong, adeknya lagi senang ketemu daddy walau cuma di dalam mimpi malah kakak ucapin kayak gitu," Jelasnya memberi pengertian.

"Coba kalau kakak diposisinya adek deh, lagi senang mimpiin mama tiba tiba adek ngucapin apa yang kakak ucapin tadi, takut ngga?"

"Kenapa jadi bahas mama, sih?" Sahut Caka sedikit tersinggung.

"Kakak udah dewasa, harusnya udah tahu dong mana yang baik dan buruk,"

"Kalau misalkan adeknya lagi senang nya ikut senang, kalau adeknya sedih itu dihibur, bukan malah ditakut-takutin,"

"Adek itu wajar kalau kangen sama daddy mommy nya, kakak juga kok.. Kalau kangen itu wajar,"

"Nggak ada yang salah, ibu malah senang kalau salah satu anak ibu cerita bertemu dengan kedua orang tuanya dalam mimpi.. Karena itu berarti anak anak ibu masih mengingat mereka,"

Caka terus menunduk saat Sera menjelaskan panjang lebar, ia tahu bahwa ucapannya salah, namun itu kan bukan sepenuhnya salah Caka. Caka hanya mengucapkan agar Bumi siap bila lupa mimpi itu, tidak marah ataupun menangis karena lupa.

Hanya itu maksudnya..

"Caka mau minta maaf sama Bumi," Celetuknya saat suasana sedang hening.

DIARY BUMI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang