part 2

1.9K 136 1
                                    

Aeris saat ini tengah berada di rooftop, bersandar di pembatas, menatap lurus ke depan, sembari menyuapkan roti rasa keju ke mulut kecilnya.

"Gue lihat-lihat, lo selalu dateng kesini,"
Ucap seseorang yang tengah berdiri di belakang Aeris.

Ia menatap tajam pada Aeris yang tidak menjawab pertanyaannya, dan mengabikan keberadaannya.

"Lo budek ya?, "
Ujarnya lagi.

Merasa jika dirinya ditatap dengan intens dari belakang, Aeris pun berbalik, dan menatap balik pada laki-laki itu.

Ah ternyata Jack, teman Zay, dari drama, sifatnya memang menyebalkan, mana sekelas lagi.
Ucap Aeris dalam hati.

"Lah emangnya kenapa kalo gue sering dateng kesini, masalah buat situ?, "
Jawab Aeris.

"Asal lo tahu aja yang bisa dapet izin masuk ke rooftop, cuman orang-orang yang punya kekuasaan di sekolah ini, atau setidaknya orang-orang yang pernah jadi donatur di sekolah ini, "

"Dan Lo? , bukannya lo orang miskin yang sering disuruh-suruh sama guru, "
Lanjutnya, menatap rendah pada Aeris dari ujung rambut sampai ujung kaki.

"Cuman rooftop doang, masa butuh izin sih, "
Jawab Aeris, mengerutkan dahinya heran.

Ia memang tidak tahu banyak mengenai aturan kelas sosial dalam sekolah ini.

"Rooftop doang kata lo?, coba lo lihat baik-baik sekeliling lo, ada gak fasilitas yang murah, "
Ucapnya.

Aeris kemudian melirik ke sekelilingnya, dan memang benar ada fasilitas mewah, mulai dari sofa, kulkas, meja billiard, komputer untuk bermain game, tv, bahkan rooftop nya memiliki atap yang bisa menutup secara otomatis jika ada hujan.

Teknologi di dunia yang ia tempati sekarang memang lebih maju dari dunianya sebelumnya.

Aeris sebagai Revela memang sudah terbiasa hidup di kelilingi barang mewah, sehingga membuatnya tidak menyadari sekitarnya.

"Keluar lo dari sini,! "
Ucapnya, menarik kasar tangan Aeris, menyeretnya pergi dari rooftop, dan mendorong paksa Aeris masuk ke dalam lift.

Aeris meringis pelan, saat merasakan sikunya terluka akibat di dorong paksa masuk ke dalam lift.

Aeris pun berdiri, lalu menekan tombol lift ke lantai kelasnya, ia memilih untuk pergi saja, dari pada berhadapan dengan bocah tantrum.

"Fuck!, "
Ucap Aeris pada Jack, sembari memberikan jari tengah pada Jack.

Meskipun ia mengalah dan pergi, namun Aeris harus tetap menjaga harga dirinya.

Setelah kejadian itu Aeris pun memilih untuk bolos, dan pulang ke mansion, ia tidak malas jika harus bertemu dengan Jack di kelas, moodnya untuk belajar juga sudah hilang.

"Aeris pulang, "
Ucap Aeris, sembari melangkahkan kakinya masuk ke mansion.

"Selamat datang kembali Nona muda, "
Ucap sang kepala pelayan, dengan senyum manisnya, ia berjalan ke arah Aeris, diikuti oleh para pelayan di belakangnya.

Aeris pun memberikan tas nya pada salah satu pelayan.

"Nona hari ini ada kabar dari tuan muda, katanya beliau akan pulang minggu depan, "
Ucap pak Rian.

"Kenapa kakak tidak mengatakan langsung pada saya, dia punya nomor saya kan, kenapa selalu mengabari saya lewat kepala pelayan, "
Ucap Aeris, ia merasa bingung karena di ingatan Aeris yang asli, benar-benar tidak ada sedikitpun tengang Vizans kakak angkatnya.

Jadi ia tidak tahu seperti apa hubungan Aeris dan kakak angkatnya.

"Nona anda sendirilah yang melarang tuan muda untuk bicara dengan anda, "
Jawab sang kepala pelayan.

"Benarkah, saya lupa, kalau begitu apa pak Rian bisa ceritakan lebih banyak lagi tentang hubungan kami, "
Tanya Aeris, sembari berjalan ke ruang makan, yang memiliki jarak lumayan jauh dari ruang tamu.

"Tentu Nona, hubungan Nona dan tuan muda, memang tidak pernah baik, bahkan sejak awal tuan muda datang ke rumah ini, tuan muda di adopsi pada usia 10 tahun, beliau sudah belajar bisnis, dan sekolah bisnis dari kecil untuk membantu mengurus perusahaan, sehingga hal itu membuat Nona semakin tidak suka pada tuan muda, karena merasa jika nyonya dan tuan besar, tidak mengharapkan anda menjadi penerus perusahaan karena sakit, "
Jelas pak Rian.

"Anda bahkan bersikap kasar pada tuan muda, "
Lanjutnya.

"Bersikap kasar?, seperti apa?, "
Tanya Aeris, penasaran.

Kini ia sudah sampai di ruang makan, lalu duduk di kursi, sembari menunggu pelayan menyiapkan makan siangnya.

"Seperti melemparkan piring ketika makan bersama, berkata kasar, sampai menyumpahinya, lalu nona juga pernah melukai tuan muda dengan pisau makan, "
Jawab pak Rian.

"Apa lukanya parah?, "
Tanya Aeris lagi.

"Tidak parah, namun lukanya melukai dahi tuan muda, sehingga harus dijahit, "

"Kenapa dia tidak menghindari nya, apa dia bodoh?, "
Kesal Aeris, merasa heran bagaimana bisa seorang laki-laki dewasa bisa terluka karena gadis kecil.

"Tuan muda tidak pernah menghindari apapun perbuatan buruk yang nona lakukan padanya, "
Jawaban itu membuat Aeris memejamkan matanya, sembari menggeleng kepala pelan, ia tak habis pikir, dengan pola pikir kakak angkat Aeris.

"Lalu ada urusan apa kakak pulang minggu depan?, "
Ucap Aeris, lalu mulai melahap makan siangnya.

"Tuan muda memang akan pulang 2 bulan sekali untuk mengecek kondisi nona muda, beliau pasti senang mendengar berita kesembuhan nona, "
Ujar sang kepala pelayan dengan senyum hangatnya, masih setia menemani disamping Aeris.

Sedangkan Aeris hanya menanggapi dengan anggukan kepala.

___

Di sebuah kota yang tengah sibuk dengan aktifitas malamnya, seorang laki-laki dengan stelan piyama tidurnya, menatap fokus pada layar laptop yang terletak di atas meja kerjanya.

Ia menyesap pelan kopi yang ada di genggaman tangan berurat nya.

Mata legam itu tak bisa lepas dari sosok yang ada di layar laptopnya, menampilkan segala aktifitas seseorang di dalamnya.

"Hmm, "
Gumamnya, dengan senyum miring, sembari mengetuk ngetuk jari di atas meja kerjanya, seperti tengah menimbang suatu pilihan.

Aeris JoevannaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang