part 6

1K 92 11
                                    

Seorang gadis dengan surai terurai berwarna coklat, tengah duduk terperangah, mata dengan netra hitam itu terus mengikuti setiap pergerakan kecil yang dilakukan oleh seseorang yang beberapa menit lalu mengambil perhatiannya.

Bagaimana bisa aku lupa tentang kehadiran kamu di dalam dunia ini?,

Apa itu kamu?,
Ucapnya dalam hati.

Helaan nafas berat yang keluar dari celah bibir ranumnya, diikuti oleh matanya yang kini berubah menjadi merah, ia sekuat tenaga menahan genangan air di pelupuk matanya, mengadahkan kepalanya ke atas berharap genangan air sialan itu masuk kembali ke tempatnya berasal.

Lagi, dan lagi Aeris bertemu dengan orang yang pernah hadir di hidupnya saat menjadi Revela.

Dia adalah seseorang yang dulu menjadi cameo, dalam drama yang Revela mainkan.

Aeris terus meyakinkan dirinya, bahwa orang itu hanyalah karakter dalam dunia drama ini, sama sekali bukan orang yang memiliki banyak kenangan dengannya.

Saat ini Aeris tengah berada dalam cafe tempat ia sering menunggu jemputan supir pribadinya.

Sebelumnya Aeris sama sekali tidak memperhatikan siapapun yang ada di dalam lingkungan cafe itu, hanya saja beberapa menit yang lalu secara kebetulan orang yang mengantarkan pesanannya, adalah orang yang wajahnya tidak mungkin bisa hilang dari ingatannya.

Setelah menyadarkan dirinya, Aeris bangkit dari kursinya mengabaikan makanan, dan minuman yang telah ia pesan, ia pun berlari keluar dari ruangan yang membuat dadanya terasa sesak itu.

"Revela kamu harus sadar, dia,"
Ucap Aeris dengan napas yang terengah-engah.

"Dia bukan orang itu, dia bukan orang itu, aku harus berpikir dengan jernih, baiklah pertama-tama aku harus menjauh dari tempat ini, "
Sambungnya masih dengan ritme napasnya yang tidak teratur, bahkan nada suaranya terdengar gemetar.

Saat Aeris sudah melangkahkan kakinya berlari sejauh mungkin, tiba-tiba saja sekilas tengang adegan dalam drama terlintas di ingatannya.

Membuat langkahnya terhenti, ia memejamkan matanya erat-erat, dengan tangan yang terkepal.

Apa yang harus aku lakukan?,
Gumamnya dalam hati, kemudian ia menggelengkan kepalanya sembari berucap,

"Tidak, pikirkan konsekuensinya nanti saja, aku harus menyelamatkannya, "

Setelah mengucapkan kalimat itu, Aeris akhirnya memutuskan untuk kembali ke cafe, ia pun berlari secepat yang ia bisa untuk mengubah sebuah adegan.

Padahal sebelumnya Aeris sama sekali tidak peduli dengan banyaknya adegan drama yang akan terjadi di dalam dunia ini, hanya saja kali ini ia merasa benar-benar harus ikut campur.

Masih dengan langkah kaki yang cepat, Aeris menerobos masuk kedalam cafe, mengabaikan ringisan orang-orang yang ia tabrak dengan sembarangan.

Dengan napas yang terengah-engah, dan ritme jantung yang semakin cepat, kakinya lagi-lagi melangkah dengan tergesa-gesa sesaat setelah matanya berhasil menangkap atensi seseorang yang ia cari-cari.

Sementara itu seorang pelayan Cafe yang sedang membawa pesanan dengan nampan ditangannya nampak berjalan dengan tidak seimbang, entah apa yang membuat langkah kakinya terlihat gemetar, sehingga hampir terjatuh.

Namun baru saja pelayan itu bernapas lega, tiba-tiba saja ada pelanggan yang tidak sengaja menabrak bahunya, sehingga membuat nampannya terlepas dari genggaman, dan mengakibatkan kopi panas yang ada dalam nampan itu terpental sampai mengenai seseorang.

"Akhirnya berhasil, hampir saja aku terlambat, "
Gumam Aeris, meskipun awalnya meringis, namun kini ia merasa napasnya tak lagi terasa berat.

Aeris memang berhasil mengubah sebuah adegan, dimana seharusnya orang yang terkena siraman kopi panas itu adalah Zay Averus sang pemeran utama dalam drama.

Dalam adegan asli sang pemeran utama yang terkena siraman kopi panas akan menghajar habis-habisan pelayan itu, hingga membuat pelayan malang itu masuk ke rumah sakit, dan dipecat dari pekerjaannya.

Semua adegan tidak adil itu terjadi demi mendapatkan sebuah adegan romantis untuk sang pemeran utama,
dimana nantinya Cia sang pemeran utama akan mengobati luka bakar yang ada di tangan Zay.

Namun kini adegannya sudah berubah, orang yang mendapatkan luka bakar ditangannya, bukanlah Zay melainkan Aeris.

"Maaf saya ceroboh, apa ada luka lain selain ditangan?, "
Tanya pelayan itu, melangkah cepat mendekati Aeris, dan dengan rasa khawatirnya ia mengambil kedua tangan Aeris untuk memastikan tidak ada luka lain, selain luka bakar yang ada ditangan kanan Aeris.

Masih saja begitu lembut, suara yang terdengar manis, sorot mata teduh yang sebelumnya tidak pernah aku bayangkan bahwa aku bisa kembali melihatnya, Duan.
Gumam Aeris dalam hati.

"Nggak ada luka lain, cuma luka bakar ringan aja, "
Jawab Aeris, dengan suara yang terdengar sedikit gemetar, ia berusaha keras menahan dirinya, ia harus bersikap wajar, seperti orang yang baru pertama kali bertemu.

Benar, aku harus bersikap seperti orang asing dihadapannya.
Gumam Aeris dalam hati.

"Mana manajer Cafenya?!, orang ceroboh gini harusnya jangan dikasih kerjaan!, "
Ucap seorang laki-laki yang sedari tadi berdiri di belakang Aeris.

Aeris hampir melupakan kehadiran seseorang yang harusnya menerima luka yang ada ditangannya.

"Gak usah lebay deh, orang dia gak sengaja, "
Balas Aeris, kini mengubah arah tubuhnya, menatap sinis pada Zay.

"Lebay apanya, tangan lo melepuh tu, gue cuman mau berterimakasih, karena lo udah nyelametin gue, kalo lo gak cepet-cepet lari ke gue tadi, pasti gue yang ada diposisi lo sekarang, "
Ucap Zay, kini ia juga melakukan hal yang sama seperti yang sebelumnya dilakukan oleh pelayan tadi, mengambil tangan Aeris, dan mengecek apakah ada luka lain.

Namun Aeris dengan segera menarik kembali tangannya, karena merasa tidak suka jika orang lain dengan sembarangan menyentuhnya.

"Bener, ini luka karena nyelamatin lo, jadi lo harus tanggungjawab dan bawa gue ke rumah sakit, "
Ujar Aeris, kemudian menyeret Zay keluar dari Cafe, tentunya tidak dengan cara menarik tangan Zay, tapi menarik lengan bajunya saja.

Aku harus bawa Zay keluar dari Cafe, sebelum dia manggil manajer, ucap Aeris dalam hati.

"Yaudah gue bawa lo kerumah sakit, gue ambil mobil dulu, "
Ucap Zay, kemudian pergi menjauh dari Aeris.

"Kak maaf saya beneran ceroboh tadi, gimana kalo saya aja yang bawa kerumah sakit, gimanapun yang udah numpahin kopinya kan saya, "
Ucap pelayan tadi, yang tiba-tiba muncul di depan Aeris.

"Gak usah, saya pergi sama temen saya aja,"
Ucap Aeris, ia sebenarnya ogah pergi dengan Zay, hanya saja Aeris harus benar-benar memastikan Zay menjauhi pelayan yang menumpahkan kopi panas tadi.

"Tapi saya gak enak, gimana kalo biaya, "

"Lo denger gak sih, gue bilang gak usah ya gak usah, "
Potong Aeris, kemudian berlari mendekati mobil yang baru saja tiba di depan Cafe, sesuai dugaannya mobil itu adalah milik Zay.

Aeris pun segera menarik pintu mobil, dan masuk ke dalam, ia sesegera mungkin ingin menghilang dari jarak pandang Pelayan cafe itu.

Maaf berbicara dengan suara yang keras Duan, ucap Aeris dalam hati.





















Aeris JoevannaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang