part 7

508 48 8
                                    

Lama gak Up jadi author lupa ama alur ceritanya wkwk, btw Vote juseyo

_________

Seorang wanita tersenyum usai menerima sebuket bunga di tangannya.

"Terimakasih, "
Ujarnya pada sang penjual bunga. Kemudian berlalu pergi.

Hari ini ia membolos dari lokasi syutingnya demi menemui sang kekasih.

Suara lift terbuka membuyarkan lamunan wanita cantik itu, ia menarik topinya kebawah, jaga-jaga jika ada orang yang mengenalnya.

Melangkahkan kakinya masuk ke dalam lift dengan perasaan tak sabar untuk segera berjumpa dengan kekasihnya.

Setelah sampai di lantai yang ia tuju, wanita itu keluar dari lift dan berjalan perlahan ke arah ruangan tempat kekasihnya di rawat.

Membuka pintu perlahan tanpa permisi seperti yang biasa ia lakukan, ia tersenyum untuk kedua kalinya saat melihat sang kekasih tengah tertidur lelap di atas ranjang.

Enggan untuk membangunkannya wanita itu memilih untuk melakukan hal lain, ia mengganti bunga yang ada di dalam vas bunga kecil di atas meja dengan bunga baru yang ia bawa.

Setelahnya ia duduk di samping laki-laki itu, meraih tangan kanannya lalu menggenggam perlahan tangan pucat itu.

Laki-laki yang berstatus sebagai pacar sejak ia memasuki sekolah menengah atas itu tengah terbaring sakit sejak 2 tahun yang lalu.

Disela-sela kesibukannya ia selalu menyempatkan diri untuk datang menjenguk sang kekasih hati.

"Duan, "
Lirihnya, menempelkan tangan sang kekasih ke wajahnya yang anehnya terasa dingin.

Tidur laki-laki itu terlalu lelap sampai membuat jantung sang wanita berdegup dengan kencang.

Dengan jantung yang berpacu cepat ia memberanikan diri menaruh jemari tangannya di hidung sang kekasih.

Tak ada hembusan napas yang bisa ia rasakan di jemarinya, membuat pikirannya seketika dipenuhi prasangka.

"Duan, "
Panggilnya sekali lagi pada sang kekasih, yang sama sekali tak bergeming.

Air mulai membendung di sudut matanya, ia memeluk sang kekasih sembari meneriakan nama dokter.

Hari itu menjadi hari terakhirnya memeluk sang kekasih.

_________

Mengingat kenangan menyakitkannya membuat kepala Aeris sedikit berdenyut sakit.

"Kenapa?, "
Tanya seorang laki-laki yang tengah duduk menyetir mobil di sampingnya.

Ia tampak khawatir saat melihat perubahan raut wajah gadis yang baru ia temui itu terlihat tengah meringis sembari memegang keningnya sendiri.

Saat ini Aeris tengah bersama Zay menuju ke sebuah rumah sakit.

Zay yang merasa harus tanggungjawab sebab beberapa menit yang lalu Aeris melindunginya dari kopi panas yang tak sengaja ditumpahkan oleh pelayan kafe.

"Gakpapa, "
Ujar Aeris menanggapi pertanyaan yang di ajukan Zay.

Setelah 15 menit mereka pun tiba di rumah sakit.

Aeris sudah siap turun mobil bahkan ia sudah membuka pintu mobilnya.

Namun pergerakan Zay yang tiba-tiba menghentikan dirinya untuk keluar mobil dengan cara menarik tangannya hingga ia masuk kembali ke dalam mobil membuat Aeris melayangkan tatapan sinis pada Zay.

"Apasih?!, "
Kesal Aeris.

"Pakek ini kalo mau keluar, lo gak sadar sama penampilan lo sekarang?, "
Ujar Zay, menatap tajam pada Aeris, sembari memberikan sebuah jaket miliknya pada Aeris.

Ucapan Zay membuat Aeris menelik kembali penampilannya, ia pun sadar saat melihat baju putihnya yang menerawang akibat basah terkena kopi.

"Kenapa gak daritadi lo minjemin gue jaket, lo sengaja ya?, "
Sinis Aeris, dengan nada suara tinggi serta tatapan nyalangnya, telunjuknya bahkan mengarah ke wajah Zay.

"Kalo gue sih gak kepengaruh, gak tau orang-orang di luar sana,"
Ucapnya mengangkat bahu acuh sembari menyingkirkan telunjuk Aeris dari depan wajahnya, lalu berlalu keluar dari mobil.

Zay berbohong, karena sebenarnya selama di perjalanan ia tidak memperhatikan Aeris, namun saat Aeris sibuk melepas sabuk pengaman Zay baru menyadarinya, ia bahkan mati-matian mengalihkan pandangannya.

"Gila!, dasar *****$##"
Berbagai sumpah serapah pun ia ucapkan akibat kekesalannya.

Setelah selesai memakai jaket milik Zay, Aeris keluar dari mobil dan dengan sengaja membanting pintu mobil milik Zay saat tengah menutupnya.

Kemudian setelah keributan itu Aeris mendapatkan perawatan dan di perbolehkan pulang sebab tangannya hanya mengalami luka kecil saja.

Saat sedang menunggu Zay yang tengah mengurus urusan administrasi, Aeris tak sengaja bertemu dengan dokter yang selama ini sudah merawatnya sejak kecil.

"Nona Aeris?, sedang apa di sini? , apa gejalanya timbul lagi? , "
Ujar sang dokter, mengulurkan tangannya ke bahu Aeris dengan perasaan khawatir yang terlihat dari tatapannya.

Aeris menggelengkan kepalanya demi mengusir kekhawatiran sang dokter, ia tahu bahwa dokter yang merawat Aeris sejak kecil itu menyanyanginya.

"Tenang aja Aeris gak ngerasain gejalanya lagi, Aeris kesini karena tangan Aeris gak sengaja ketumpahan kopi panas, Aeris disini nunggu temen, "
Ucap Aeris dengan senyuman yang terpatri di bibirnya.

Dokter pun bisa bernapas dengan lega setelah mendengar penjelasan Aeris.

"Gimana sekolah baru Nona?, saya denger Nona sekolah di Seins High School, anak saya juga sekolah disana namanya Erick masih kelas 2, kalo ada apa-apa Nona bisa minta bantuan sama anak saya, "
Ujar dokter itu panjang lebar, membuat Aeris merasa kurang nyaman sebab bagaimana pun dirinya bukanlah Aeris yang asli.

"Loh lo sekolah di sekolah yang sama sama gue?, "
Ujar seseorang dari belakang Aeris, membuatnya menolehkan kepala memberikan atensi pada sumber suara.

"Kelas berapa?, "
Tanya Zay, entah kenapa ia merasa ingin tahu.

"Gak penting juga kalo lo tahu,"
Acuh Aeris, ia malas berhubungan dengan orang yang sering membuat banyak masalah seperti Zay.

Sebuah mobil mewah mendekat ke arah mereka, lalu berhenti tepat di depan Aeris berdiri.

"Jemputan Nona udah sampai, saya tinggal ya, "
Ujar sang dokter, yang dibalas anggukan kepala oleh Aeris sembari tersenyum ramah.

"Udah ya gue mau pulang, jaket lo besok gue balikin, "
Ucap Aeris sembari melangkah masuk ke dalam mobil saat pintunya dibuka oleh supir pribadinya.

"Emang lo tahu kelas gue?, enggak kan?, biar gue aja yang ambil jaketnya ke kelas lo, "
Ucap Zay, masih menatap penasaran pada Aeris yang sudah tidak kelihatan dari luar mobil.

Aeris membuka kaca mobilnya perlahan.

"Gue tahu kok kelas lo, Zay Averus si cowok famous dari kelas 3A, "
Ucap Aeris sembari memutar bola mata malas. Lalu menutup kembali kaca mobilnya.

Mobil Aeris pun perlahan menghilang dari jarak pandang Zay.

"Aeris Joevanna, gue gak pernah denger nama itu, harusnya cewek kaya kayak dia cukup famous, tapi gue gak pernah denger namanya, "
Heran Zay, kemudian ia pun berlalu pergi dari rumah sakit mengendarai mobilnya.

Didalam perjalanannya Zay menyadari sesuatu.

"Joevanna?, perasaan cuman satu keluarga yang punya marga Joevanna, apa Aeris dari keluarga Joevanna yang itu?, "
Gumamnya dalam mobil.






Aeris JoevannaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang