part 8

272 35 7
                                    

Sebuah mobil hitam berhenti di depan mansion mewah, seorang supir turun dari mobil lalu membuka pintu untuk tuannya.

"Nona Aeris kita sudah sampai, "
Ujar sang supir, setelah membukakan pintu.

Aeris turun dari mobil dengan sebuah jaket yang ia bawa ditangannya, lalu melangkah masuk ke dalam mansion.

"Cuci dan keringkan jaketnya,"
Pinta Aeris, memberikan jaket itu pada salah satu maid di mansion.

Ia merasa kelelahan setelah berinteraksi dengan banyak orang hari ini, bertemu wajah mantan pacar lalu pergi bersama pemeran utama laki-laki, kemudian basa-basi dengan seorang dokter.

Energinya terasa disedot dari ubun-ubun.

Setelah membersihkan diri, seperti biasa ia akan makan malam, sebenarnya Aeris malas untuk turun ke ruang makan dan bertemu Vizans, entah kenapa setiap mereka bertemu Vizans pasti melakukan hal yang membuat Aeris kesal.

Saat pertemuan pertama ia diseret masuk ke mansion lalu dengan hebohnya Vizans memanggilkan dokter karena tangannya tergores sedikit.

Lalu terakhir kali Vizans membungkusnya dengan jaket dan mengusirnya dari tempat gym.

Aeris menghela napas, sembari memencet tombol lift, kali ini hal mengesalkan apa yang akan Vizans lakukan?.
Gerutu Aeris dalam hati.

Melangkah keluar dari lift, ia berjalan menuju ke ruang makan.

Namun saat masuk netranya tak menangkap siluet orang yang tengah ia pikirkan.

"Pak Rian, kakak belum datang?, "
Ujar Aeris, dengan rasa malas duduk di kursi yang telah di sediakan.

"Tuan muda akan terlambat pulang jadi Nona makan duluan saja, "
Ujarnya, sembari memberikan intruksi pada beberapa maid untuk segera menyajikan makan malam untuk Aeris.

Aeris menanggapi dengan menganggukkan kepalanya dan mulut membentuk huruf o.

Pada akhirnya Aeris hanya makan sendiri di ruang makan ditemani oleh para maid.

Setelah menyelesaikan makan malamnya kini Aeris memutuskan untuk kembali ke kamar.

Sekarang ia tengah berada di dalam lift bersama pak Rian yang berdiri di belakangnya.

"Pak Rian, apa kita punya piano di mansion?, "
Ujar Aeris pada pak Rian.

Aeris ingat bahwa beberapa hari lagi ada kelas tambahan, yaitu kelas musik, kelas ini akan menggabungkan seluruh anak kelas 3.

Kelas ini diadakan untuk hari perpisahan yang akan datang, sebab mereka sudah menginjak kelas 3 meskipun baru semester 1.

Didalam kelas musik mereka yang tidak bisa ikut bernyanyi dalam paduan suara, harus memainkan satu alat musik.

Aeris di kehidupan sebelumnya memiliki bakat bernyanyi dan bermusik sebab dia hampir menjadi idol, bisa dibilang ia sama seperti idol yang gagal debut.

Namun suara Aeris yang sekarang sangat tak enak didengar saat bernyanyi, jadi ia lebih memilih untuk memainkan alat musik saja.

"Tentu, tapi pianonya berada di paviliun samping yang jarang digunakan tempatnya memang selalu dibersihkan, tapi karena paviliun itu berada di tempat yang agak jauh di dalam hutan, "

Mendengar penjelasan Pak Rian membuat Aeris mengerutkan keningnya.

"Loh, kenapa diletakkan disana, seberapa jauh, bisa jalan kaki kan kalo mau kesana? , "
Tanya Aeris.

"Bisa Nona hanya perlu berjalan kurang lebih 10 menit saja, "
Ujar pak Rian.

Aeris pun menanggapi dengan menganggukkan kepalanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aeris JoevannaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang