part 3

1.8K 145 1
                                    

Seperti biasa vote ygy

______

Hari ini seperti biasanya Aeris akan berangkat ke sekolah, dengan cara berjalan kaki dari persimpangan yang agak jauh dari sekolahnya.

Sesampainya di depan kelas, yang bertuliskan kelas 3B di atas pintunya, Aeris mulai melangkahkan kakinya ke dalam kelas.

Aneh suasana kelas kek gak biasanya, apa perasaanku aja ya?,
Gumam Aeris dalam hati.

Sebab sejak dia melangkahkan kakinya ke dalam kelas, orang-orang yang biasanya menganggapnya seperti tembus pandang, kini menatapnya dengan sinis.

Aeris terkekeh lalu tersenyum miring, saat melihat meja, dan bangkunya yang dipenuhi oleh coretan, dengan banyak kata-kata mutiara di atasnya, ditambah lagi setumpuk kertas-kertas sampah juga menghiasi mejanya.

"Aishh!, anjing sial banget, "
Gumam Aeris, yang tentu didengar oleh orang-orang didalam kelasnya.

Ia memutar bola mata malas, lalu menyingkirkan sampah itu hingga berserakan di bawah lantai.

Sebelum menjadi Aeris, dulu Revela adalah seorang pembuli di sekolahnya, dia termasuk murid nakal yang suka membolos di kelas.

"Bilang sama gue sekarang!, siapa yang ngerjain meja gue?!, "
Tanya Aeris sembari menggebrak kasar mejanya, ia merasa kesal, biasanya dialah yang selalu memandang rendah orang lain, sekarang bisa-bisanya dirinyalah yang malah direndahkan, ia merasa harga dirinya di injak-injak.

Matanya menatap dingin setiap orang di kelas, yang malah menatap remeh padanya.

Ah~ apa karena aku dikira orang miskin, jadi mereka mengabaikan perkataan ku, ternyata dimana saja kita berada uang adalah segalanya,
Gumamnya dalam hati, sembari menghela nafas jengah.

Kemudian atensinya teralihkan pada 3 orang perempuan, dengan 2 perempuan yang dandanannya menor, dan satunya terlihat cupu, yang masuk ke kelas Aeris, mereka pun melangkah mendekatinya.

Lagi-lagi Aeris tersenyum miring, ia tahu siapa pelakunya sekarang, sudah dipastikan pasti mereka bertigalah yang melakukannya, akan tetapi Aeris tidak ingat pernah berurusan dengan mahluk halus merepotkan seperti mereka.

"Gimana baguskan karya kita, "
Ucap salah satu dari mereka, yang nampaknya adalah pemimpin dari kawanan bitch itu.

"Gue gak inget pernah nyinggung lo pada?, "

"Ada masalah apa lo sama gue?, "
Tanya Aeris sembari menahan amarahnya, ia menggenggam erat kepalan tangannya, hingga kuku kukunya memutih.

Aeris menatap remeh pada name tag yang dikenakan mereka, orang yang berdiri di tengah namanya Keren Aldela, yang di kiri monica, dan yang dikanan adalah fecila.

"Eh miskin, kita cuman pengen ngingetin posisi lo ya anjing, gak usah deket-deket sama jack, lo gak pantes buat orang sekelas jack, "
Ujar perempuan dengan name tag monica.

"Buta mata lo, siapa juga yang deket sama dia, "
Jawab Aeris.

"Apaan buktinya kemaren Cila ngelihat lo pegangan tangan di rooftop sama Jack, gak usah ngelak deh, lagian ngapain sih orang miskin kayak lo ke rooftop sekolah, kan yang bisa masuk cuman anak donatur sekolah aja, "
Ujar keren.

"Lo lihat pakek mata kaki hah?!, lagian lo lihat dari mana sih, perasaan gak ada orang lain deh di rooftop, "
Ujar Aeris penuh emosi.

"Gu-gue lihat dari gedung sebelahnya,"
Ucap perempuan bernama Cila, sembari memperbaiki kaca matanya.

"Itu tangan gue diseret terus gue ditendang ke dalam lift ya anjing, lagian yang bersentuhan cuman tangan BUKAN WLOWELO, gak usah lebay lo pada, "
Jawab Aeris.

"Yang dia omongin bener Cila?, "
Tanya Monica pada Cila, menatap nyalang pada teman cupunya itu.

"Ga-gak tahu Mon, soalnya kemaren aku juga lagi gak pakek kacamata, jadi kurang jelas ngelihatnya, "

"CILAAAA, LO BIKIN MALU KITA TAHU GAK!?"
Teriak keren.

"Yang bener ajaa Cilaaa, "
Ujar Monica.

"Yaa maaf, "
Jawabnya, sembari menunduk karena merasa bersalah.

Akhirnya mereka bertiga pun keluar kelas dengan berlari karena merasa malu.

Aeris pun akhirnya memilih untuk membolos saja hari ini, ia pun pergi ke taman yang ada di belakang gedung sekolah.

Ia kini berdiri di depan sebuah pohon rimbun, melemparkan tasnya ke atas dahan pohon yang tidak terlalu tinggi, setelahnya ia pun menyusul tasnya, dan naik ke atas pohon.

"Jam 9.15, hari rabu, kayaknya bakal ada adegan seru bentar lagi, lumayanlah buat ngembaliin mood gue, "
Gumam Aeris, sembari mengeluarkan permen karet dari kantongnya, kemudian mengunyah permen karet nya dengan semangat.

Dan benar saja adegan yang ia tunggu pun terjadi, dimana Zay menghajar Jack habis-habisan karena sengaja menggoda Cia di depannya secara terang-terangan.

Padahal Jack hanya bercanda, karena sebenarnya dia sama sekali tidak ada rasa ketertarikan sama sekali pada Cia, ia hanya ingin membuat sahabatnya itu sadar tentang perasaannya sendiri.

Sedangkan Aeris ia sama sekali tidak ada niatan untuk melerai mereka, ia tidak ingin ikut campur, lagipula Aeris cukup senang melihat Zay memukul Jack dengan berutal, hitung-hitung mewakili rasa kesalnya pada Jack yang telah bersikap kasar padanya kemarin.

"Gak mereka bukan orang yang gue kenal, "
Gumam Aeris sembari menggelengkan kepalanya, ia harus meyakinkan dirinya bahwa yang ada dibawah pohon itu adalah orang lain, bukan para aktor yang menjadi rekannya dalam drama, itu semua karena wajah mereka yang benar-benar sama.

Setelah selesai menghajar Jack sampai babak belur, Zay pun meninggalkan Jack yang sudah terbaring lemas di taman itu.

Aeris memejamkan matanya sejenak, jujur saja ia merasa pusing sejak pagi, akibat rentetan drama yang ia hadapi, padahal 3 minggu belakangan ini hidupnya sangatlah damai.

Sedangkan Jack masih terbaring di atas rerumputan sembari menghela nafas gusar, dengan mata terpejam.

Kemudian ia pun membuka matanya perlahan, saat merasa sebuah bayangan menghalangi sinar matahari yang sejak tadi membuat matanya silau.

"Nih ambil aja buat lo, "
Ujar Aeris, melemparkan sebuah kotak kecil yang berisikan betadine, dan juga handiplast.

Kotak itu memang selalu dimasukan oleh pak Rian ke dalam tasnya, entah apa alasannya.

Setelahnya Jack pun mengubah posisinya menjadi duduk, menatap datar pada punggung Aeris yang mulai menjauh.

Sedangkan Aeris sendiri memutuskan untuk pulang ke mansion nya, setelah Pak Rian mengabari jika kakaknya mempercepat kepulangannya, dan
akan tiba malam ini, lagipula ia sudah tidak mood untuk belajar.

Seperti biasa Aeris pulang dengan jalan kaki hingga ke persimpangan, setelahnya ia pun menunggu jemputan supirnya, dan kebetulan di sana ada kafe, sehingga Aeris bisa menunggu dengan santai.

"Maaf terlambat Nona muda,"
Ujar sang supir yang baru saja tiba, dan menghampiri Aeris yang tengah duduk di bangku luar Kafe.

"Tak apa, kita pergi sekarang pak,"
Ujar Aeris, bangkit dari duduknya, sembari membawa minum ditangannya.

"Kita langsung pulang nona, atau anda ingin berbelanja terlebih dahulu, "
Ujar sang supir.

Mendengar hal itu, Aeris akhirnya memutuskan untuk pergi berbelanja ke Mall terlebih dahulu baru pulang ke mansion.

Mansion keluarga Joevanna terletak cukup jauh dari kota, hingga membutuhkan waktu 45 menit untuk sampai.

Tanpa Aeris sadari ada seseorang yang sedari awal membuntutinya hingga ia masuk ke wilayah hutan keluarga Joevanna.

Mansion Joevanna di kelilingi oleh hutan pinus, bahkan sebelum memasuki kawasan hutan itu terdapat sebuah gerbang masuk yang harus dilewati, jika sudah berhasil melewati hutan selama 15 menit, barulah mansion akan tampak.







Aeris JoevannaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang