"Jangan kurang ajar ya, dia appamu!". Kata Taeyong.
Jaehyun melenggang, ia merebahkan dirinya di nakas kingsize milik Taeyong.
"Ah iya iya maaf, appa pasti sangat sibuk di perusahaan. Kudengar perusahaannya akan bangkrut!". Kata Jaehyun dengan kedua tangan yang dijadikan bantalan, pandangannya fokus ke langit langit kamar itu.
Taeyong masih terdiam di tempatnya, ia ingin menghindar namun Jaehyun mengantongi kunci kamarnya. Melihat tak ada pergerakan dan respon dari Taeyong, Jaehyun mengalihkan fokusnya ke Taeyong.
"Kemarilah!". Kata Jaehyun sambil menepuk nepuk tempat di sebelahnya.
"Bubu kemarilah, aku ingin tidur bersamamu seperti waktu kecilku!". Rengek Jaehyun layaknya anak kecil.
Entahlah, Taeyong bergidik ngeri melihat Jaehyun seperti itu, anaknya itu tidak bisa diprediksi, Jaehyun selalu bersikap impulsif dan seenaknya sendiri.
"Kenapa bubu diam? Bubu tidak mau menemani Jeje?". Kata Jaehyun lagi.
Jeje, itulah panggilan Taeyong untuknya ketika kecil dulu.
"Apa lagi kali ini yang kamu lakukan?". Tanya Taeyong.
"Bukankah kamu ingin kupanggil bubu? Aku sudah memanggilmu seperti itu. Apa yang salah?".
"Apa yang salah? Kamu akan bersikap manis setelah berhasil melakukan sesuatu. Sama seperti dulu. Kamu akan selalu merengek setelah berhasil memanipulasi dan menyakiti orang lain!". Kata Taeyong yang masih saja berdiri di tempatnya.
Jaehyun merubah posisinya menjadi duduk bersila di atas nakas. Ia menjadikan satu tangannya sebagai tumpuan kepalanya.
"Aku tidak melakukan apapun!". Jawab Jaehyun dengan lugunya.
"Bibi Nam, kamu kan yang mencelakainya?".
"Kenapa aku harus? Polisi sudah mengatakan bahwa itu kelalaiannya sendiri!".
"Malam itu kamu tersenyum seakan kamu yang melakukannya!".
"Ah..... Hatiku sangat sakit. Bubuku selalu saja menyalahkanku!". Kata Jaehyun dengan raut sedih yang dibuat buat.
"Kemarilah! Aku juga sudah bilang kan kalau T Hotel itu kuberikan untukmu, kepemilikan hotel itu adalah namamu. Itu hadiah untuk pertunangan kita!".
"Jaehyun aku ini bubumu. Mana mungkin kamu melamar bubumu sendiri!".
"Dimana cincinmu pakai sekarang!". Titah Jaehyun sambil turun dan berdiri di sebelah nakas.
"Aku sudah membuangnya!". Jawab Taeyong.
"Aku sudah terlalu banyak bicara. Pakai cincin itu sekarang!". Kata Jaehyun.
"Aku sudah bilang aku membuangnya Jaehyun!".
Jaehyun merubah wajahnya yang hangat menjadi datar, tatapannya kepada Taeyong juga berubah menjadi tatapan yang tajam.
"Pakai sekarang Jung Taeyong!".
Taeyong merasa gemetar mendengar suara berat nan mengintimidasi milik Jaehyun.
"Aku tidak suka mengulangi perkataanku!". Kata Jaehyun sambil berjalan mendekat ke arah Taeyong.
Taeyong memundurkan tubuhnya, ia merasa ketakutan melihat putranya itu.
"Dimana kamu menaruh cincin itu?". Tanya Jaehyun.
"Di di laci itu!". Kata Taeyong sambil menunjuk meja kecil di sebelah nakas.
Jaehyun membuka laci itu, mencari sebentar dan menemukan cincin yang seminggu lalu ia sematkan di jari manis Taeyong.
KAMU SEDANG MEMBACA
NO TITTLE | JAEYONG
Fanfiction"Seberapa besar kamu menginginkanku Jaehyun?". Bisik Taeyong. "Aku tidak tahu. Tapi satu hal yang harus kamu tahu. Sejak aku lahir aku hanya mencintai satu orang. Yaitu dirimu!". Jawab Jaehyun. WARNING! BXB JAEYONG SHIPPER HOMOPHOBES STEP ASIDE