Sejak kejadian malam itu, hubungan bubu dan anak itu semakin canggung. Sebenarnya bukan Jaehyun yang merasa canggung, tapi Taeyong. Ia merasa salah tingkah dan malu sendiri jika berpapasan atau berkumpul di meja makan dengan anaknya itu. Berbeda dengan Jaehyun, Jaehyun terlihat biasah saja seperti tidak pernah terjadi sesuatu di antara merek berdua.
Malam ini, Taeyong sedang duduk menunggu anggota keluarganya untuk makan malam bersama di ruang makan. Beberapa saat kemudian, Jaehyun menyusul duduk tepat di hadapan Taeyong. Taeyong enggan bersitatap dengan Jaehyun, karena sungguh saat ini ia bingung menaruh mukanya di mana.
Jaehyun nampak mengamati jemari Taeyong. Tak terlihat cincin pertunangan darinya di sana.
"Kamu melepas cincinnya?". Tanya Jaehyun.
Taeyong tersentak dan terpaksa menatap Jaehyun yang sedang duduk bersidekap dada di depannya itu.
"Ahh... Aku sangat kecewa padamu. Di mana janjimu semalam?". Kata Jaehyun memasang wajah kecewanya.
Taeyong mengernyit, mencoba mengingat lagi kejadian memalukan semalam. Samar samar Taeyong mulai mengingat semua kejadian semalam.
"Yak, dasar kamu anak kurang ajar! Aku ini bubumu. Mana mungkin kamu melamar bubumu sendiri!". Kata Taeyong dengan kesal.
Mendengar jawaban itu, membuat Jaehyun semakin merasa emosi.
"Kamu berpikir aku bercanda?". Kata Jaehyun datar.
Beberapa saat kemudian, Yunho datang dengan wajah yang begitu lelah. Menyadari hal itu Taeyong menjadi khawatir. Berbeda dengan Jaehyun, bahkan kedatangan ayahnya itu tak menarik sama sekali. Ia hanya fokus terhadap setiap ekspresi wajah Taeyong yang berubah menjadi khawatir itu.
"Ada apa sayang?". Tanya Taeyong.
Taeyong melirik Jaehyun setelah melontarkan pertanyaan untuk suaminya itu. Jaehyun terlihat menatap Taeyong tajam layaknya seorang kekasih yang sedang menahan rasa cemburu.
"Perusahaan sedang mengalami masalah!". Jawab Yunho sambil memijat pangkal hidungnya.
"Masalah?". Tanya Taeyong kembali untuk memastikan.
"Perusahaan terancam bangkrut!". Kata Yunho.
Yunho terlihat sangat frustasi sekarang. Jaehyun bahkan tak memiliki keinginan untuk bergabung dengan percakapan kedua orang tuanya itu.
"Kenapa bisa begitu?". Tanya Taeyong penuh kekhawatiran.
"Aku tidak tahu. Kalian makanlah!". Kata Yunho sambil berdiri dari duduknya dan pergi dari sana.
Taeyongpun juga berdiri berniat menyusul suaminya, namun,
"DUDUK!". Titah Jaehyun.
Taeyong menoleh dan menatap Jaehyun yang menatapnya tajam.
"Aku bilang duduk dan temani tunanganmu ini makan!". Kata Jaehyun.
"Jaehyun, jaga ucapanmu. Aku ini bubumu aku yang melahirkanmu!". Kata Taeyong.
"Aku tidak peduli, duduk dan temani aku!".
"Appamu sedang mengalami kesulitan, aku ha...!".
Braaaak
Taeyong berjenggit kaget tatkala Jaehyun menggebrak meja makan itu. Jaehyun merasa sangat emosi sekarang. Ya benar, Jaehyun terbakar api cemburu. Taeyong terdiam, ia tak menyangka bayi kecil yang dulu ia lahirkan kini tumbuh seperti ini. Jaehyun layaknya sebuah bomerang yang ia lempar dan menyerang kembali ke sang empunya. Jaehyun tidak berubah, bahkan Jaehyun sekarang lebih berbahaya.
Tak ingin terintimidasi oleh anaknya, Taeyong mengepalkan tangannya, ia harus menolak Jaehyun apapun yang terjadi. Ia tidak boleh terjebak dengan kelicikan anaknya sendiri. Sungguh miris, anak itu menginginkan bubunya sendiri. Taeyong tak mengindahkan ucapan Jaehyun, ia tetap melangkahkan kakinya pergi untuk menyusul suaminya.

KAMU SEDANG MEMBACA
NO TITTLE | JAEYONG
Fanfiction"Seberapa besar kamu menginginkanku Jaehyun?". Bisik Taeyong. "Aku tidak tahu. Tapi satu hal yang harus kamu tahu. Sejak aku lahir aku hanya mencintai satu orang. Yaitu dirimu!". Jawab Jaehyun. WARNING! BXB JAEYONG SHIPPER HOMOPHOBES STEP ASIDE