Chapter 1

6.3K 371 28
                                    

Pertemuan

Haechan sedari tadi mondar mandir di depan ruang kaprodi untuk meminta tanda tangan surat pengajuan penelitian, tapi sudah satu jam dia berdiri disini, pihak yang bersangkutan belum juga keluar dari ruangan.

"Anjing, katanya disuruh tunggu, kok ga keluar-keluar sih?" Gerutunya, penampilanya sudah acak-acakan, karena pusing dengan skripsinya yang akan memasuki tahap penelitian, tapi kaprodi yang sialnya adalah pembimbingnya belum juga memberikan tanda tangan pengesahan surat izin penelitian.

"Lo ngapain? kusut banget?"

"oh Mark, gue lagi nunggu kaprodi mau minta tanda tangan." Haechan menunjukan selembar surat di tangan nya.

"lah? gue dapet info dari pak Ian katanya dosen lagi rapat evaluasi, lo yakin mau nunggu?"

"Lah? gue udah nunggu satu jam anjir?"

"kata gue lo balik, minta besok aja" Saran Mark

"yaudah deh, thanks ya" Mark hanya mengangguk dan meninggalkan Haechan sendirian.

"tau gini ga gue tungguin, lagian tadi ngapain disuruh tunggu sih" Haechan akhirnya membereskan berkasnnya dan memasukannya kembali kedalam totebag dengan perasaan gondok, hal tersulit dari mengerjakan skripsi adalah menemui dosen. kata Haechan.

belum reda amarahnnya, ponselnya berdering saat dia baru saja memasuki mobilnya, Haechan segera merogoh kantongnya dan melihat siapa yang menelfon, sialan sekali.

"halo mae?" Nadanya berubah ceria, pura-pura doang, aslinya masih gondok, tapi lebih baik seperti ini dari pada dia mendapatkan wejangan dari Kanjeng ratu, soal 'sopan santun '

"..."

"ga jadi, dosennya lagi rapat, kenapa?"

"...."

"oke"

Haechan mematikan sambungan telefon dan memacu mobilnya untuk membelah jalanan kota, menuju rumah Mae nya, Haechan memang memilih tinggal sendiri di Apartment nya yang memang di sediakan oleh Daddynya supaya dia tidak perlu pulang balik terlalu jauh dari rumah utama ke kampus.

setelah memakan perjalanan hampir satu jam lamanya, Haechan sampai di kediaman utama, memarkirkan mobilnya, kemudian berjalanan memasuki rumah, disana ada dua orang maid yang tengah membersihkan kaca ruang tengah.

"MAEEEEEEE!"

"Ga usah teriak-teriak bocah sinting"

"Hehe"

"Hallo mae ku yang cantik, anak tampan mu pulang" Ujar Haechan kelakar

sedangankan Mae hanya memberikan tatapan jijik pada putra bungsunya, tak mengindahkan sapaan si bungsu, Mae nya Haechan malah lebih memilih mendudukan dirinya di sofa ruang tengah.

"kenapa Mae nyuruh kesini?" tanya Haechan, setelah ikut mendudukkan dirinya di samping sang ibunda, biasanya juga kalau dia sering pulang Mae nya misuh-misuh, dan menyuruhnya segera kembali ke Apartment, katanya mengganggu ketenangan bumi.

"teman Mae besok mau ke Canada untuk beberapa waktu, jadi dia minta tolong nitipin anak nya beberapa waktu, mungkin 1 bulan, jadi Mae minta tolong Haechan aja ya?"

"Loh kok Haechan? kan Haechan lagi sibuk skripsi Mae, lagian walaupun besok libur semester Haechan harus tetap bimbingan dan ngurus keperluan lain di kampus, mana bisa Haechan stay disini terus?" Haechan tidak terima, kenapa jadi di limpahkan padanya?

"Bisa! anaknya ga nakal kok, nanti bawa ke Apart aja, Mae ga bisa soalnya banyak kegiatan" Jawab Mae masih bersikukuh untuk Haechan merawat bayi itu.

"Haechan ga bisa rawat bayi Mae, gimana nanti kalau anak nya mati?"

Baby Renjun ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang