Catatan!
Jika ada kesamaan baik nama, latar, alur, atau mungkin jalannya cerita, itu hanya kebetulan semataHargai sebagai sesama penulis maupun pembaca, dilarang plagiat, no copy paste
Hard word / typo bertebaran
Sider's jauh-jauh sana
Jangan lupa vote komennya, bikin author seneng gak susah kok
_____________________________Brak
"JAGA MULUT LO SIALAN!"
Seperti dugaan Rui. Memang ada sesuatu yang terjadi. Dan itu tepat saat ini.
Ishaq yang sedari tadi diam terlihat menggebrak meja kantin dengan keras dan menatap tajam siswa yang dengan senyuman remeh itu memandang nya sinis.
"Apa? Yang gue bilang bener kok, dia kan emang anak haram. Gak punya orang tua, murid beasiswa lagi, kan gue cuma memperjelas doang siapa tau dianya hilang ingatan dan tiba-tiba manggil orang asing ayah ibu kan gak lucu"
Beberapa siswa maupun siswi yang mendengarkan ucapan sarkas siswa tadi terlihat tertawa pelan seolah menyetujui ucapannya.
Ishaq semakin terpancing emosi. Ia bahkan mengeraskan rahangnya mendengar ucapan nya tadi.
"Lo—"
Set
Ishaq reflek bungkam saat melihat kode tangan dari Rui yang memintanya duduk kembali.
Dan dengan berat hati ia mendudukkan dirinya dan berusaha tenang.
"Haha, kenapa? Yang gue bilangin bener kan? Nyatanya dia bahkan gak keberatan kan? Benerkan Rui?"
Kreekk
"Arghh!"
Para siswa yang awalnya hanya menonton kini menatap ngeri dimana siswa tadi yang hendak menyentuh Rui dengan cepat di cengkram kuat tangan nya dan terdengar suara seperti patah tulang mungkin.
"Iya"
Kompak seisi kantin tersentak saat mendengar nada bicara yang begitu datar dan mengintimidasi itu.
Ishaq dan Ary yang sejak tadi menonton terlihat bergidik ngeri sendiri melihat live action yang di lakukan Rui tidak tanggung-tanggung.
"Bener, gue anak yang gak punya orang tua. Tapi seenggaknya tanpa didikan orang tua gue bisa ngebedain mana binatang mana manusia"
"Seenggaknya gue gak nurunin harga diri gue buat ngehancurin hidup seseorang, bahkan kalau gue gak di sekolah, hari ini juga lo bakal ngeliat dunia ini buat yang terakhir kalinya"
Ucapan Rui membuat siswa tadi bergetar ketakutan. Tidak! Bukan ini yang ia harapkan! Ia kemari untuk mempermalukan Rui, tapi kenapa ia yang kena imbasnya.
"Dan mungkin ada orang yang gak sabar buat ketemu lo detik ini juga"
Siswa tadi membulatkan matanya terkejut saat melihat nomor telfon ayahnya yang tersambung pada ponsel Rui. Jadi sejak tadi Rui sudah menghubungi ayahnya? Gawat! Ini bahaya untuknya.
“Kamu sudah berani menentang Raka?! Apa kau tidak tau orang yang kau hadapi itu Tuan Besar? Jika sampai terjadi sesuatu pada perusahaan, ayah tidak akan segan-segan untuk menyelesaikan kamu!”
Suara itu terdengar jelas olehnya. Ia bahkan bisa merasa jika ayahnya di seberang sana juga sedang menggigil ketakutan. Lantas ia menatap Rui yang saat ini menatap nya tajam, tapi tak berselang lama akhirnya ia menundukkan kepalanya lantaran aura dan tekanan Rui sangat menekannya.
"Gue gak akan segan-segan buat ngehancurin hidup kalian kalau aja lo sejak tadi gak nekat bikin ribut disini"
"Lo bisa baca, bahkan bisa tau jelas ini kantin. Tempat para siswa buat istirahat sekaligus makan, apa lo gak di ajarin tata krama kalau lagi makan gak boleh ada keributan?"
Pfftt
Serempak para siswa menoleh menatap seorang siswa yang duduk di salah satu kursi di sana yang sedang menahan tawanya.
"Ekhem, gak papa lanjutin aja" Ujarnya seraya berdehem untuk mengurangi kegugupan nya.
"Sekali lagi gue tau ada keributan di tempat ini dan penyebab nya adalah bocah kurang etika kaya kalian, gak cuma tangan" Rui mengarahkan tangan kirinya yang sedang memegang ponselnya membuat garis lurus melintang pada lehernya.
"Bahkan gue bisa aja langsung nyelesain lo kalau aja ini bukan sekolah, gue bahkan gak ragu buat naro kepala lo nantinya di depan pintu rumah lo"
Rui segera menjauhkan diri seraya mematikan ponselnya yang masih terhubung ke panggilan. Ia segera mengambil buku catatan nya lagi lalu menghampiri Andara yang baru sampai.
Mengambil roti tawar pesanan nya lalu beranjak pergi meninggalkan suasana kantin yang sunyi.
_____________________________
__________________________
_____________________
_____________
________T
B
C
KAMU SEDANG MEMBACA
[Transmigrasi] "Who Am I?"
Teen FictionJudul sebelumnya : Transmigrasi Leo X Rui. Deandra Leonardo Lelaki dingin yang tak tersentuh, acuh pada sekeliling, bahkan tak jauh dari kata kejam ber transmigrasi ke tubuh remaja SMA yang sedang koma karena adanya tragedi di sekolahnya (Pembullyan...