LXR 11

2.1K 168 0
                                    

Catatan!
Jika ada kesamaan baik nama, latar, alur, atau mungkin jalannya cerita, itu hanya kebetulan semata

Hargai sebagai sesama penulis maupun pembaca, dilarang plagiat, no copy paste

Hard word / typo bertebaran
Sider's jauh-jauh sana
Jangan lupa vote komennya, bikin author seneng gak susah kok
_____________________________

.
.
.
.
.
.
.....

"Bagaimana?"

"Sulit, ternyata tempat nya cukup terpencil dan sangat sulit di selidiki, untuk kali ini aku akui dia cukup cerdik"

Leonel Naryatama. Pria berkepala empat itu terlihat menatap dengan seksama layar laptopnya. Ia benar-benar khawatir saat mendengar kabar dari pesan anonim yang tidak ia ketahui siapa, yang mengatakan jika putranya di culik.

Tapi anehnya ia malah diminta untuk menunggu di kediamannya nya bersama dengan keluarga Indratama yang datang juga dengan nasib yang sama dimana putra mereka juga di culik.

Dan mereka sangat bersyukur karena tidak ada luka serius pada kedua putranya yang baru saja kembali itu.

Tapi mereka di buat bingung dengan sikap keduanya yang jadi murung pasca kejadian itu. Hingga sulung Indratama mengambil alih dan menanyakan apa yang terjadi.

Mendengar jika teman mereka yang menolong kedua nya, kedua pihak sama-sama membantu untuk mencari dimana pemuda itu berada.

Namun sayang nya sedari tadi belum ada jawaban. Bahkan Ishaq dan Andara sempat menyerah karena mereka kurang yakin Rui teman mereka akan baik-baik saja.

"Aku mendapatkan nya"

Mereka yang ada di sana kompak menoleh menatap kepala keluarga Indratama itu, Rafandra Indratama. Pria itu terlihat menatap dengan serius laptopnya yang kini menampilkan titik koordinasi seseorang. Yang ternyata bergerak mendekati kediaman.

"Dia menuju kemari?" Heran bungsu Indratama saat melihat titik koordinat yang ia lihat bergerak semakin mendekati tempat mereka semua berada. Naka Indratama.

"Tapi, bagaimana caranya datang kemari? Bukankah mereka bilang dia terluka parah?" Sahut putra ketiga Naryatama. Daniary Naryatama.

"Mung—"

Brak

Belum selesai Tama berucap, mereka di kejutkan oleh suara pintu kediaman yang di dobrak oleh seseorang. Dan ternyata itu adalah Andara dan Ishaq. Saat mendengar Rui menghampiri kediaman keduanya bergegas memaksakan tubuh mereka untuk bergerak dan pergi keluar untuk melihat bagaimana kondisi Rui.

"Rui!"

Benar saja. Rui memang datang ke sana dengan membawa dua kantong plastik hitam yang entah apa isinya.

Yang pasti mereka cukup lega melihat kedatangan nya.

"Ru, lo gak papa kan? Gak ada luka serius kan? Lo—"

"Ruru, lo kok bisa kesini? Lo naik apa kalau kita tadi naik mobil? Dan lagi kenapa muka lo berantaka—"

Baik Andara maupun Ishaq keduanya sama-sama bungkam memilih diam, saat Rui menatap dingin keduanya.

Hingga tak lama Rui melunakkan tatapan nya dan menatap ke belakang kedua temannya dimana keluarga mereka menatap mereka bertiga.

"Ini barang kalian yang ketinggalan" Ujar Rui seraya memberikan dua kantong plastik tadi.

Karena penasaran keduanya pun membuka kantong tersebut dan seketika merasa bersalah karena itu berisi ponsel, buku pelajaran, dan beberapa benda penting mereka yang tak sempat mereka kemasi sebelum kembali.

Mereka berdua jadi merasa bersalah karena membuat Rui harus kembali hanya untuk mengambil benda-benda itu.

"Ruru, lo yakin gak papa kan?" Tanya Ishaq sekali lagi, ia jadi ragu sendiri saat melihat tangan Rui yang gemetaran saat memberikan kedua kantong plastik itu.

"Gak papa, kalian balik masuk aja, gue bakal langsung pulang" Ujar Rui yang hendak beranjak pergi.

"Nak! Tunggu sebentar"

Sebelum suara Leo menghentikan langkah nya. Ia kembali berbalik dan menatap bingung ayah dari Ishaq itu.

"Kamu yang menyelamatkan kedua anak kami?" Ujar Leo bertanya seraya menelisik setiap inci tubuh Rui dari atas sampai bawah.

"...."

"Hanya sebagai bentuk balas budi, lagipula orang itu mengincar saya, jadi saya bergerak untuk menolong mereka. Saya yang terlibat dalam kasus ini jadi saya minta maaf sudah melibatkan kedua putra mu dalam kasus ini" Rui menatap penuh ketegasan pada Leo.

Tak ada raut ragu di wajahnya, dia bahkan dengan suka rela jika harus di jadikan samsak tinju oleh salah satu dari mereka karena melibatkan putra mereka.

Puukk

Tapi apa ini?

Kenapa... Jadi begini?

_____________________________
__________________________
_____________________
_____________
________

T
B
C

[Transmigrasi] "Who Am I?"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang