Catatan!
Jika ada kesamaan baik nama, latar, alur, atau mungkin jalannya cerita, itu hanya kebetulan semataHargai sebagai sesama penulis maupun pembaca, dilarang plagiat, no copy paste
Hard word / typo bertebaran
Sider's jauh-jauh sana
Jangan lupa vote komennya, bikin author seneng gak susah kok
_____________________________.
.
.
.
.
.
......Kalau boleh jujur, seumur-umur baru kali ini kedua keluarga yang sudah lama berkerabat ini sepanik dan sekhawatir ini.
"Luka pasien benar-benar buruk dan sangat parah. Ada satu luka tembak di lengan kirinya, satu pada bahu kanannya dan satu pada kakinya. Itu belum termasuk luka memar yang ia dapat dan banyaknya tusukan jarum pada tubuhnya, dan di sayangkan juga setiap luka tusukan jarum tadi mengandung racun yang bisa membahayakan nyawa nya, beruntung kalian membawanya tepat waktu hingga kami bisa segera menangani yang satu ini"
Penjelasan dari dokter membuat mereka benar-benar kalut. Apa yang terjadi jika saja mereka terlambat barusan? Apa yang akan terjadi padanya? Dan mereka juga bertambah khawatir saat melihat perban yang terlihat dari pakaian pasien yang Rui kenakan. Bahkan kepalanya yang ikut memakai perban karena luka di kepalanya yang lebih parah.
"Dan yang paling parah adalah kepalanya, kepalanya terbentur sesuatu dengan keras hingga membuat nya geger otak, ini cukup serius karena saraf motorik pada kepalanya juga sedikit terluka jadi untuk beberapa hari ke depan mungkin ia akan kesulitan menggunakan mata kirinya, tapi kami akan sebisa mungkin mengobati nya dengan segera"
Mereka benar-benar khawatir sekarang. Penjelasan dari dokter tadi masih terngiang-ngiang jelas di kepala mereka. Dan mereka jadi khawatir pada pemuda tadi.
Mereka memang baru mengenalnya, tapi melihat seberapa nekat nya dan berani nya ia untuk menolong putra mereka membuat sebuah perasaan melindungi tiba-tiba saja muncul dalam benak mereka.
Dan mereka bertekad akan melindungi nya sebagai mana semestinya ia mencoba menolong dan melindungi kedua putra mereka.
Mereka saat ini sedang ada di ruangan rawat Rui. Beruntung ruangan itu luas sehingga mereka bisa duduk bebas tanpa berhimpitan.
Yang jadi masalah adalah karena sedari tadi Leo tidak mau bergantian untuk tempat nya, yang mana ia duduk di sebelah brankar Rui sehingga ia yang paling dekat dengannya.
"Dad jangan kekanak-kanakan, pasien butuh istirahat karena lukanya jadi kembali lah"
Sudah kesekian kalinya juga Tama mencoba membujuk ayahnya karena sang ibu sendiri tidak bisa membujuknya. Tapi cara itu tetap tidak membuahkan hasil. Leo justru beralih menggenggam tangan Rui yang sama-sama tidak bebas dari infus nya.
Yang mana satu dengan infus biasa dan satunya dengan infus tambah darah karena luka yang ia dapat membuatnya kehilangan banyak darah dalam tubuhnya. Dan itu termasuk hal yang mustahil karena lukanya yang terlalu parah tapi ia masih bisa bergerak ke kediaman hanya untuk mengembalikan barang kedua putra mereka.
Pandangan Leo sedari tadi tidak berhenti memandangi wajah damai Rui yang terlelap itu. Meski tertutup Oxygen Mask itu tidak membuat masalah untuknya agar bisa melihat wajahnya.
Ia justru merasa jika Rui ini mirip seseorang tapi ia tidak ingat siapa. Jadi mungkin itu hanya halusinasi nya saja.
"Tolong bertahan..."
Mereka yang ada di sana kompak terdiam menatap dengan tatapan yang tidak bisa di deskripsikan. Mereka yang semula kesal dengan ayah dari keluarga Naryatama itu kini terlihat mendengarkan dengan seksama setiap ucapan yang ia lontarkan pada pemuda yang tak sadarkan diri itu.
"Tetap di sini... Jangan pergi..."
"Hidup mu masih panjang..."
"Kau harus kembali..."
"Untuk saat ini saja..."
"Tolong kembali..."
"Segeralah sadar Rui, kami di sini akan senantiasa menunggumu bangun..."
Dua bulan setelahnya...
"Hai, kita baru kali ini berbincang bukan? Perkenalkan aku Alvaro Naryatama, kau bisa memanggil ku Alva jika tidak Arya"
_____________________________
__________________________
_____________________
_____________
________T
B
C
KAMU SEDANG MEMBACA
[Transmigrasi] "Who Am I?"
Teen FictionJudul sebelumnya : Transmigrasi Leo X Rui. Deandra Leonardo Lelaki dingin yang tak tersentuh, acuh pada sekeliling, bahkan tak jauh dari kata kejam ber transmigrasi ke tubuh remaja SMA yang sedang koma karena adanya tragedi di sekolahnya (Pembullyan...