Catatan!
Jika ada kesamaan baik nama, latar, alur, atau mungkin jalannya cerita, itu hanya kebetulan semataHargai sebagai sesama penulis maupun pembaca, dilarang plagiat, no copy paste
Hard word / typo bertebaran
Sider's jauh-jauh sana
Jangan lupa vote komennya, bikin author seneng gak susah kok
_____________________________Dua bulan setelahnya.
Dua bulan lamanya mereka menunggu sadarnya pemuda yang di panggil Rui itu.
Awalnya mereka sedikit heran lantaran tak ada satu saudara dari Rui yang datang berkunjung ke sana.
"Rui tidak memiliki keluarga, entah bagaimana ceritanya ia sendiri tidak tau siapa orang tuanya"
Tapi jawaban dari Andara waktu itu benar-benar membuat mereka bungkam. Beruntung mereka tidak menanyakan nya pada pasien nya, jika tidak mungkin pasien sudah bertambah sakit karena teringat masalah itu.
Mengingat hari ini mereka memiliki pekerjaan yang menyibukkan, membuat mereka terpaksa pergi meninggalkan ruangan rawat Rui. Mereka benar-benar hampir putus asa saat penjelasan dari dokter yang mengatakan jika Rui di nyatakan koma pada hari kedua dimana dia di rawat.
"Dia pasti akan kembali, percaya padaku"
Tapi mereka tidak menyerah. Mereka senantiasa menunggu sadarnya Rui dengan sabar. Dan mereka tidak akan memaksa jika kondisi Rui semakin memburuk.
"Hai, kita baru kali ini berbincang bukan? Perkenalkan aku Alvaro Naryatama, kau bisa memanggil ku Alva jika tidak Arya"
Seperti panggilan nya, Alva terlihat menatap Rui yang belum menunjukkan tanda-tanda akan sadar. Tapi itu tidak mengurangi semangat nya untuk mengajak nya berbicara. Di antara keluarga Naryatama lainnya, Alva memiliki kepribadian yang unik. Meskipun dia sudah memegang jabatan CEO di usia muda, ia memiliki sikap yang periang dan tentunya hiperaktif.
Berbeda jika ia sedang di kantornya, sikapnya akan berubah 180 derajat.
"Dari yang dikira sepertinya baru kali ini aku bisa mengajak mu berbincang, haha mengingat mereka sangat menunggu sadarnya kamu membuat ku yakin kamu istimewa" Alva tersenyum miris. Ia belum pernah merasakan perasaan yang teramat sakit seperti ini.
Memangnya dia kenapa? Kenapa hatinya terasa sakit saat ia akan mencoba berbicara pada Rui?
"..... Kamu... Kamu gak ada niatan bangun gitu? Kamu tega ngebuat adek aku jadi pendiem kaya sekarang? Jahat!"
Bahu Alva bergetar menahan tangisnya. Entah kenapa ia seperti menyaksikan kepergian seseorang yang sangat ia sayangi. Tapi kenapa... Kenapa perasaan ini datang di saat-saat seperti ini?
Ia benar-benar membenci nya! Ia tidak akan pernah menyukainya! Ia membenci nya!
"Rui.. Cepat bangun.. Yang lain... Yang lain udah nungguin kamu..."
"Kita mungkin emang gak pernah ketemuan bahkan bertukar sapa aja gak pernah, tapi untuk kali ini aku mohon... Jangan pergi dulu... Kamu belum ketemu sama kita kan? Kita kenalan lagi nanti... Kit—"
Alva memberanikan diri mendongak dan tertegun saat ia bersitatap dengan manik hitam legam Rui.
Anak itu... Anak itu akhirnya sadar!
".... Siapa?"
Alva segera tersadar dari lamunannya saat mendengar suara lirih dan lemah Rui.
"T-tunggu sebentar! Akan ku panggilkan dokternya"
Tanpa menjawab pertanyaan Rui, Alva segera beranjak keluar untuk memanggilkan dokter. Saking paniknya ia sampai lupa kalau di sebelah ranjang brankar Rui ada tombol emergency yang biasa di gunakan untuk memanggil dokter.
Rui menatap langit-langit putih di sana. Aroma obat yang tercium membuatnya teringat kali pertama ia tiba di sana. Dan pertemuan nya dengan Ary.
Ngomong-ngomong soal Ary, ia jadi kepikiran. Berapa lama ia di sana?
_____________________________
__________________________
_____________________
_____________
________T
B
C
KAMU SEDANG MEMBACA
[Transmigrasi] "Who Am I?"
Teen FictionJudul sebelumnya : Transmigrasi Leo X Rui. Deandra Leonardo Lelaki dingin yang tak tersentuh, acuh pada sekeliling, bahkan tak jauh dari kata kejam ber transmigrasi ke tubuh remaja SMA yang sedang koma karena adanya tragedi di sekolahnya (Pembullyan...