LXR 15

1.9K 162 1
                                    

Catatan!
Jika ada kesamaan baik nama, latar, alur, atau mungkin jalannya cerita, itu hanya kebetulan semata

Hargai sebagai sesama penulis maupun pembaca, dilarang plagiat, no copy paste

Hard word / typo bertebaran
Sider's jauh-jauh sana
Jangan lupa vote komennya, bikin author seneng gak susah kok
_____________________________

.
.
.
.
.
.
......

Sunyi dan sepi.

Itu yang mendeskripsikan tempat di mana Rui berada. Entah sudah ke berapa kalinya Rui berada di sana. Ia merasa tidak nyaman tapi tenang di sana.

Tempatnya sepi dan hening, persis seperti harapannya yang menginginkan kedamaian dalam hidupnya.

"Tolong bertahan..."

"Kami akan menunggu mu di sini..."

Hingga Rui sedikit tersadar saat mendengar suara Leo. Ia seperti berada di bagian paling dalam alam bawah sadarnya. Dan ia mulai sedikit mengerti mengapa ia tetap di sana.

Ia terus berdiam diri tanpa tau di mana ia berada. Hingga dengan sekuat tenaga ia bangkit dan berlari tak tentu arah. Tak peduli dengan tubuhnya yang semakin terasa sakit karena ia memaksakan diri untuk berlari, hingga akhirnya ia berlari menuju sebuah cahaya yang seperti kunang-kunang bersinar terang dengan warna biru cerahnya.

Dan tepat saat ia bisa menggapai cahaya itu, tempat sunyi dan sepi tadi berganti menjadi sebuah taman bunga wisteria. Dan sedikit membuatnya tenang hingga ia berbaring di sana.

Hingga akhirnya ia merasa tubuhnya seperti tenggelam karena sesuatu menariknya ke dalam, ia tidak bisa membuka matanya untuk tau apa itu. Tapi yang pasti ia semakin tenggelam dan akhirnya ia tersadar dari alam bawah sadarnya.
________

"Suatu keajaiban, kondisinya membaik dari sebelumnya. Mungkin karena selama ini ia memang membutuhkan istirahat itu sebabnya ia bangun terlambat dari biasanya"

"Untuk saat ini kondisinya sudah semakin membaik, untuk matanya juga perlahan membaik. Hanya saja usahakan dia tidak banyak bergerak dulu karena luka-luka nya yang masih dalam pengawasan kami"

Alva yang sejak tadi ada di dekat Rui mengingat dengan baik penjelasan dari sang dokter. Dan saat ini ia terlihat menemani Rui karena mengingat ia sudah menghubungi keluarga nya dan keluarga Indratama jika Rui sudah sadar.

Sedangkan Rui memutuskan acuh. Pikirannya saat ini melayang ke suatu alasan. Untuk apa ia di sini? Dan kenapa ia yang terpilih? Kenapa dirinya ada di sini? Dan mengapa dirinya harus di sini?

"Rui"

Rui dengan pelan menoleh menatap Alva yang barusan memanggilnya. Menyerinyitkan keningnya heran, Rui menatap heran Alva yang sedang menatapnya teduh.

"Ah ya maaf, aku lupa. Ekhem, perkenalkan namaku Alvaro Naryatama, kau bisa memanggil ku Alva, aku kakak dari Ishaq" Ujar Alva dengan senyuman riang nya.

"... Berapa lama.. Aku di sini?" Tanya Rui dengan bingung.

Ia masih benar-benar tidak menyangka jika akhir di mana saat ia menolong kedua temannya membuatnya berakhir di sini.

"Sekitar dua bulan, tapi tidak perlu cemas kami sering kemari untuk menemanimu" Jawab Alva.

Brakk

Yang bersamaan dengan pintu ruangan rawat Rui di dobrak kasar oleh seseorang.

"Rui mana?"

"Abang Rui di mana?"

Rui memicingkan matanya saat tak asing dengan suara tadi. Dan benar dugaannya itu adalah Andara dan Ary.

Kebetulan Andara saat itu sedang bersama Ary sementara Ishaq masih di sekolah karena ia perlu izin dulu. Harusnya sih ketiganya izin bersama tapi kedua orang ini saking tidak sabaran nya langsung beranjak pergi.

"Abang, Abang gak papa kan?"

_____________________________
__________________________
_____________________
_____________
________

T
B
C

[Transmigrasi] "Who Am I?"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang