Chapter 2 : "DISAPPOINTING"

184 36 29
                                    

Sesi bercumbu itu terpaksa harus tertunda, tidak! Lebih tepatnya ditunda, jam sudah menunjukkan di angka 2. Sofia memang sudah sangat lapar, sebenarnya ia bisa saja makan siang tepat waktu di kantornya.

Namun, karena rasa bersalah yang terus mengekornya. Sofia terpaksa harus bergegas undur diri dari obrolan kecilnya dengan Tuan Oscar untuk menemui si calon suami yang terlihat ngambek pagi tadi.

********

"Kau tidak ingin minta sesuatu dariku?" Tanya Arden

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau tidak ingin minta sesuatu dariku?" Tanya Arden.

Arden sudah sangat gelisah karena sepanjang perjalanan sampai tiba di restauran dan makan, Sofia belum bicara apapun padanya.

"Minta sesuatu?" Arden mengangguk "Sesuatu seperti apa?" Sofia balik bertanya.

Arden meletakkan garpu dan pisaunya ke atas piring, menatap Sofia seperti jengah. Arden menghela nafas panjang, bahunya melonggar setelah mendengus dingin.

"Aku hanya merasa kau tidak senang" kata Arden.

"Ohh..tidak! Tidak sayang! Tidak seperti itu, maafkan aku" Sofia salah tingkah, pisau dan garpunya bahkan dihempasnya ke atas piring karena buru-buru ingin meraih kedua tangan Arden.

"Maafkan aku" Arden lantas tersenyum setelah melihat Sofia yang dengan tulus meminta maaf padanya.

"Tumpukan buku di ruanganku, sering membuat kepalaku pusing. Mungkin..." Ucapan Sofia terpotong oleh sahutan Arden.

"Kau bisa resign dari perpustakaan itu setelah menikah, aku tidak mewajibkan mu bekerja" kata Arden.

"Kenapa?" Sofia melongo mendengar penuturan Arden.

"Kita akan sama-sama sibuk dan kita akan sama-sama tenggelam di dunia yang kita ciptakan, jika seperti itu. Untuk apa menikah?" Kata Arden.

"Eumm...kau tahu, untuk mendapatkan posisi di perpustakaan parliament itu tidak mudah..."

"Ya, aku tahu. Dari seorang arsiparis hingga menjadi seorang konsultan adalah pencapaian terbaikmu" lugas Arden.

"Aku menghargainya" sambung Arden.

"Arden..." Sofia memelankan suaranya, raut wajah Arden kembali datar.

"Bisakah kita tidak terus membahas ini?" Kata Sofia dengan nada bicaranya yang lembut.

"Kita akan segera menikah, aku ingin kita merasa bahagia hingga menjelang hari pernikahan kita nanti" imbuh Sofia.

PAPER CUT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang