Chapter 13 : "Don't walk away from me"

124 17 22
                                    

"Kenapa kau melakukan ini? Kenapa kau melarangku menemui Ibu?" Sofia protes pada Arden yang baru saja masuk ke kamar.

"Apa yang kau katakan pada Ibu? Kenapa Ibu pergi?" Nafas Sofia menjadi berat setelah banyak meluapkan letupan ketidakterimaan nya.

"Ibumu tidak bicara apa-apa, ia hanya ingin mampir" jawab Arden santai.

"Mampir? Sudah lama sekali aku tidak bertemu dengan Ibu dan Ayahku, dan kedatangannya hanya...."

".... untuk mampir?" Sesal Sofia dengan mata yang berkaca-kaca.

"Hei sudahlah...kau tau seperti apa Ibumu, jangan dipirkan" melihat Sofia ingin menangis, Arden lekas berjalan mendekatinya.

Memberikan usapan telaten di pundak Sofia dengan cara merangkulnya, mungkin akan sedikit mengurangi kekesalannya. Ungkapan Arden dalam garis bawah "Tidak akan membuat Ibu dan Ayahnya khawatir" adalah benar, namun garis bawah untuk "Tidak ingin bertemu kedua orang tuanya" adalah alibi Arden agar tidak berada dalam posisi yang salah.

Ya, Arden membatasi ruang gerak Sofia dalam berinteraksi dengan kedua orangtuanya. Tidak ada yang disukai Arden ketika Sofia harus pulang ke rumah orangtuanya untuk berkeluh-kesah, Arden tidak memiliki banyak kepingan kata untuk dirangkai menjadi sebuah kalimat yang terkesan berbasa-basi.

Sofia hanya tidak mengerti dengan kehidupannya, akankah ia bicara soal kebahagiaan? Sepertinya tidak ada konteks yang pantas di korek dalam kalimat tersebut. Nyatanya, bagian tersedih dalam hubungan Sofia dan Arden adalah ketika Sofia menjelaskan apa yang dirasakan dan hal apa yang membuatnya overthinking, namun mengingat dirinya adalah milik Arden.

Selalu beradu argumen yang hanya akan berujung pada pertengkaran hebat, padahal yang diinginkan Sofia hanya ingin di dengar dan dimengerti apapun yang dirasakannya. Bahkan Arden sendiri yang meminta Sofia untuk selalu bicara dalam hal apapun.

Namun ketika Sofia sudah mulai bicara hanya bisa disalahkan, Arden tidak pernah menjelaskan hal apa yang membuat Sofia selalu overthinking sementara dirinya sendiri tidak mengerti kesalahannya, Arden seakan dengan sengaja membuat sebab untuk memulai argumen dan berselisih paham.

Jika sesekali Sofia protes dengan caranya, apa itu salah? Bahkan protesnya Sofia pun tidak sekalipun dihiraukan oleh Arden. Bukankah seorang istri akan menjadi tulang rusuk suami? Bukan tulang kepala untuk di puja puji, bukan tulang tangan untuk diajak bergandengan, dan bukan tulang kaki untuk di injak-injak. Tapi menjadi tulang rusuk untuk disayangi yang dekat dengan tangan untuk dilindungi.

***********


"Apa aku boleh menemui ayah? Aku bosan terus dirumah" Sofia berdiri memeluk Arden yang sedang merapikan pakaiannya di depan cermin.

"Untuk apa?" Tanya Arden.

"Aku merindukannya, aku merindukan mereka"

"Hubungi saja mereka, tidak perlu harus datang"

"Ayolah sayang, sekali ini saja" mohonnya.

"Setelah sekali, akan ada kedua kali dan pada akhirnya berkali-kali bertemu"

"Memangnya kenapa jika aku sering bertemu? Mereka orang tuaku"

"Tidak akan ada yang tahu setelah aku memperbolehkan mu" kata Arden, ia menurunkan kedua tangan ke sisi kakinya dengan tekanan dan membiarkan Sofia tetap memeluknya.

"Sebenarnya apa yang kau inginkan? Kau melarangku bekerja, kau melarangku menemui Gwen, kau membatasi panggilan di ponselku dan kau juga melarangku menemui orang tuaku?" Sofia berjalan mundur setelah mengurai pelukannya.

PAPER CUT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang