MC - 03

5.4K 344 20
                                    

—Bertaut.

Keduanya keluar kamar dengan tautan tangan yang mana hal itu mendapatan sorakan bernada godaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keduanya keluar kamar dengan tautan tangan yang mana hal itu mendapatan sorakan bernada godaan. "Tadi aja gayanya nolak, sekarang lengket juga kan,"

"Ganteng teroooss kaya mau nyebrang," dan masih banyak lagi.

Hala rasanya tak punya muka di depan keluarganya sendiri, apa lagi di depan keluarga mertuanya. Padahal jelas sekali tadinya Hala bersikap ketus dan paling Bombay karena dinikahkan tanpa sepengetahuannya.

Lalu sekarang, kenapa juga dirinya mau-mau saja di gandeng Abidzar? Heol, sejak kapan pula mereka dekat. Hanya karena Hala bercerita panjang lebar bukan berarti dia sudah menerima Abi, kan?

Ya tentu belum, Hala hanya baru menerima statusnya sebagai istri dadakan lelaki tampan itu. Bukan langsung menerima Abidzar sebagai suaminya. Eh gimana sih? Ya intinya begitu deh.

Urusan mangga telah usai saat adzan Maghrib berkumandang. Abidzar tersenyum lega melihat wajah istri nya turut memancarkan aura bahagia setelah melepaskan segala kekhawatirannya pada si buah oren.

Satu yang Abidzar tau untuk saat ini, yaitu Hala si gadis moodyan.

Abidzar shalat Maghrib hingga isya di masjid, ia baru niat pulang setelah jam hampir menunjukan pukul delapan malam. Tapi baru selangkah seseorang sudah memanggil namanya, alhasil Abidzar berhenti dan mengobrol, ia sekalian berkenalan dengan lingkungan sekitar.

"Jadi Gus Abidzar ini putranya Gus Aiden?" Anggukan lelaki itu berikan. "Benar,"

"Saya sering nonton kajian sampean Gus, ternyata aslinya begini, ya, hehehe..."

Plak! Tamparan pada tengkuk leher di dapatkan oleh Ali, santri abdi yang usianya hampir sama dengan Abidzar.

"Yang sopan sama Gus!" Desis Alif, lelaki sebaya dan seperjuangan Ali.

"Ck. Jangan kasar, lah. Sampeyan gak malu dilihat Gus?"

"Sampeyan dulu yang kurang ajar." Sewot Alif tak terima. Sikembar tidak botak itu berdebat kecil dengan suara bisik-bisik. Lengannya saling senggol menyenggol.

"Hop, hop. Malah ribut kalian," lerai Abidzar jengah.

Menggeleng, nggak habis pikir deh sama kelakuan si kembar yang beda golongan darah itu, alias kembar jadi-jadian. Sibuk heboh dan berdebat kecil, Abidzar hanya jadi penonton yang menimpali dengan tawa.

Sampai dimana Abidzar memutuskan untuk kembali karena waktu juga sudah terbilang larut. Mungkin sekitar jam 10 malam Abidzar sampai di ndalem.

Muhasabah Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang