KENYATAAN

47 4 0
                                    

Waktu menujukkan pukul 3 sore, aku yang tengah masak untuk makan malam tiba tiba merasakan mual yang sering terjadi 1 minggu terakhir ini.
Suami ku yang mengetahui hal tersebut sebenarnya selalu menawarkan diri untuk mengantarku ke dokter.
Namun aku selalu menolak karna ini hanya mual biasa, walau terkadang membuatnya kwatir.

-1 HARI SEBELUMNYA-

" Jangan jangan kau hamil lagi ? " ucap suamiku sembari mengusap punggungku pelan.

Aku yang mendengarnya tak memberi reaksi apapun.

Jika memang harus hamil lagi tak apa, tapi baru saja seminggu yang lalu aku datang bulan. Jadi sepertinya itu mustahil, toh selepas itu Kami berdua belum melakukan hubungan suami istri lagi.

Rasa mual ku sedikit reda, aku pun segera di tuntunnya menuju kamar untuk istirahat.

" apa anak anak sudah tidur ? ". Tanyaku karna sesorean aku hanya berbaring di ranjang merasakan tubuhku yang tak bertenaga.

"Jangan kwatirkan mereka, saat kau tidur tadi mereka menemanimu disini .. "

"Sungguh ? "

Aku yang mendengarnya sedikit terharu.

Jam di dinding menujukkan pukul 11 malam.

" Istirahat lah, " kata suamiku ini yang kini berbaring di sebelahku,

Aku hanya mengangguk, menenggelamkan kepalaku di dada bidangnya.

Jika di depan anak anak aku adalah ibu yang Tegas, tapi tidak saat aku bersama suamiku ini. Sikap manjaku selalu mencul saat kita sedang berdua saja seperti ini.

" Aku tak ingin hamil lagi.. " celetuk ku
Membuat ku di pandang langsung oleh suamiku ini.

Ia tersenyum, lalu menjawab ucapan istrinya ini.

"Bukan kah dari awal aku tak pernah memaksa mu .. "

" maaf kan aku sayang, aku terlalu egois.. " kataku yang mengingat saat pertama kali mengingat kehamilan kedua.

Karna saat itu kami kebobolan sampai harus hamil lagi padahal umur Soya baru genap 1 tahun.

Aku sangat ingat bagaimana aku sangat marah pada suamiku ini karna sudah membuatku hamil lagi.

" Tapi aku sangat bahagia memiliki mereka " lanjutku.

Kehidupanku terasa sangat sempurna saat Soya dan Hina hadir di antara kami.

Chupp..

Aku yang mendapati ciuman di keningku hanya terdiam.

" 2 sudah lebih dari Cukup sayang... " katanya selepas menciumku.

Aku yang mendapatinya mengangguk, membalas ciumannya yang ku tujukan pada bibir ranumnya ini.

" Terimakasih sayang.. Aisiteru.. "

Yamaken menanggapinya dengan senyum di wajahnya dan memelukku erat.

Kami berdua pun terlelap dalam pelukan ini.

* * *

"Mamaaa. .. "
Hinata yang tiba tiba memelukku dari belakang sedikit membuatku terkejut.

"Sayang.. kau sudah pulang ?"
Aku segera berbalik badan,
Dan benar saja, di depan ku sudah ada Papa dan kakaknya.

"Sebentar sayang... "

Aku yang tak tahan pada rasa mual ku langsung berlari ke kamar kecil.

Hinata segera mengikuti langkahku.

"Maa.. apa mama masih sakit ?"

Aku tak menghiraukan pertanyaan putraku ini.
Dan terus memuntahkan sesuatu yang tak keluar ini.

Suamiku yang siaga langsung mengusap kedua pundakku dan menahan rambut sampingku kebelakang.

"Sayang.. kepalaku sangat pusing.. " keluhku pada nya.

"Kau pucat sekali sayang.. " jawabnya terlihat sangat panik

Sedangkan Soya dan Hinata ikut terlihat cemas.

Aku merasakan sesuatu mengalir di hidungku,

"Pa.. hidung mama berdarah.. "

Aku mulai merasakan pandanganku buram dan kepalaku semakin berat.
Yang ku dengar hanya suara mereka yang terdengar samar samar seperti meributkan sesuatu.
Hingga semuanya hilang di pandangan dan di pengkihatanku saat ini.

.

.

//Bersambung..

HAI, MY SONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang