KENYATAAN 2

40 5 0
                                    

Hinata dan Soya terus menggenggam erat tangan mamanya yang tengah berbaring di ranjang rumah sakit,

Yamaken sendiri segera melarikan istrinya ke rumah sakit saat Nara tiba tiba pingsa tidak sadarkan diri.

"Mama.." panggil Hinata yang menatap mamanya sedih.

"Sayang, biarkan mama istirahat ya, kalian belum makan kan ? Biar papa antar kalian ke ke kantin, ayo.. " ajak Papa sembari mengusap pundak putra bungsunya ini.

Hinata menggeleng, ia tidak ingin meninggalkan mamanya sendirian disini.

" kau belum makan sayang dari tadi pagi, mama akan marah jika tau putra putranya belum makan.. "

" Kak Soya saja yang pergi.. aku akan menunggu mama di sini " sahutnya lagi.

Soya dan Papa pun menyetujui permintaan Hinata, keduanya segera meninggalkan Hina dan Nara sendiri.

Tak lama setelah Papa  dan Soya pergi,
Hinata terkejut melihat mamanya yang telah siuman,

"Mama... "

Tanpa pikir panjang, anak itu segera memeluk mamanya erat sembari menangis tersedu

Nara yang melihat putranya ini hanya tersenyum, sembari mengusap punggung putranya ini.

Wajah Nara masih sangat pucat, tubuhnya pun terasa begitu lemas.

"Sayang.. mama baik baik saja.. "

Hita menggeleng, ia masih menangis memeluk ibunya ini.

"Gommna-sai telah membuat Hina Khawatir"

Hina melepaskan pelukannya, ia mengusap kasar matanya yang basah ini.

"Hina sangat takut ma, saat mama tiba tiba jatuh dan tidak sadarkan diri.. "

Nara yang mendengarnya hanya tersenyum lemah.

"Dimana papa dan kakakmu ?"

"Mereka pergi cari makan ma.. "

"Kenapa kau tidak ikut sayang ?"

Hinata menggeleng,

"Aku ingin terus bersama mama.. "

Nara mengusap kepala putra nya ini, rasanya sangat teharu mendengar perihal putranya yang gak ingin meninggalkannya sendiri.

"Arrigato.. "

Ucapan terima kasih itu diberikan Hinata dengan senyumnya yang hanya terlihat begitu berat.

Tak lama suami dan anak sulungnya datang, membawa beberapa kotak makan.

Melihat mamanya sudah siuman, Soya segera menghampiri dan memeluk Nara.

"Mamaaa.. "

"Apa mama sudah membuat kalian semua khawatir ? Hmm ??" Ucap Nara dari balik punggung putranya ini.

"Syukurlah kau sudah siuman sayang.. kami semua begitu khawatir.. "
Kini suaminya yeng berbicara, sesekali mengecup ujung kepala Nara pelan.
Melepas rasa lega melihat istrinya telah sadar.

"Pasti kalian belum makan ?"

Kini Nara yang mencemaskan kedua putra dan suaminya ini.

Keduanya kompak mengangguk,

Nara yang melihatnya kembali tersenyum,
Duduklah di sana dan makan dengan nyaman.

Nara benar benar bagai sihir untuk Soya dan Hinata .
Karna keduanya langsung menurut tanpa penolakan sama sekali.

Yamaken yang melihatnya langsung lega, ia pun kembali pada istrinya ini.

"Apa perutmu masih sakit ?"

Nara menggeleng pelan,

" apa dokter mengatakan sesuatu ? "

Yamaken mengangguk, ia menyentuh tangan kanan istrinya ini.

" jangan katakan di depan mereka.. " jawab Nara dengan lembutnya.

Sang suami pun mengangguk,

"Kau akan baik baik saja.. "

Nara tersenyum, tak lama ia mendapatkan kecupan singkat di keningnya lagi.

                               *        *       *

_Sehari saat datang ke rumah sakit_

"Jadi bagaimana hasilnya dok ?"

Tanya Yamaken menanyakan perihal kondisi istrinya yang tak sadarkan diri.

"Apa ia sering merasakan sakit perut ?"

Yang di tanya mengangguk,

"Sebenarnya ini sangat mengejutkan, tapi nona Nara harus melakukan pengangkatan rahim.. "

Yamaken yang mendengarnya terbelalak laget.

" apa dok ? Apa saya tidak salah dengar ? "

"Benar, karna Nona Nara mengalami Endometriosis, dimana terdapat jaringan yang tumbuh di dinding rahim, sebenarnya kita bisa melakukan tindakan tanpa operasi. Tapi melihat kondisi istri Anda sepertinya ini sudah dibiarkan terlalu lama.. "

Dokter terdiam sejenak,
Menyentuh pundak suami pasiennya ini.

"Hanya rahim sebelah Kiri, Nona Nara masih bisa hamil seperti biasa namun perlu dilakukan program.. "

Ia ikut terdiam,  tak lama menjawab pernyataan dokter di hadapnnya ini.

" apa akan baik baik saja ? Atau akan ada efek samping tertentu dok ? Saya tidak ingin istri saya kenapa napa... "

" ada beberapa, tapi semua itu tidak membahayakan pasien selama perawatan di lakukan dengan prosedur yang benar.. "

Mendengar jawaban sang dokter wajah Yamaken terlihat sedikit tenang.

"Sebaikan Nona Nara juga tau perihal ini, karna Tindakan Oprasi perlu persetujuan keduanya "

Yamaken mengangguk, ia akan memeritahu istrinya saat kondisi Nara sudah membaik.

" aku yakin kau dan istrimu mampu pak.. "

Dokter tersebut memebrikan dukungan possitif pada pria di hadapannya ini.
Yamaken hanya mengangguk, ia pun kembali keruangan Nara.

Saat disana ia melihat kedua putranga tertidur di samping ranjang ibunya.

Melihat hal tersebut Yamaken merasakan sedih yang teramat karna mengetahui hal ini.

Ia yakin Nara juga akan sangat sedih mendengarnya. Karna memang dari dulu ia memiliki gangguan rahim yang membuatnya susah hamil.

Namun Tuhan memberikan keajaibannya, ia menjawab doa dan usaha Nara sampai akhirnya berhasil hamil Soya dan Hinata meski harus melalui berbagai kesulitan.

Yamaken berjalan ke arah ketiganya, ia pun mengangkat Hinata untuk ditidurkan di sofa

Melihat wajah putranya ini ia tersenyum,

"Semuanya akan baik baik saja sayang.. "

Ucapnya selepas mengecup kening putra itu

Kini ia kembali pada sang kaka, ia tak memindah kannya, namun membangunkan Soya dengan hati hati.

"Ka.. .."

Hanya sekali panggilan, Soya terbangun dengan wajah lelahnya.

"Pindahlah bersama adik disana, papa akan menjaga mama di sini.. "

Soya mengagguk, ia mengusap matanya. Dan berjalan menghapiri sang adik yang terbaring di sofa.
Tak tahan akan kantuknya Soya pun ikut berbaring di seblah adiknya ini.

Yamaken tersenyum, ia pun menyelimuti kedua putranya ini.
Sedangkan jam di dinding menujukkan pukul 12 malam.

Ia pun kembali duduk di sebelah istrinya yang masih belum sadarkan diri.

                           *        *      *

//Berambung..

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HAI, MY SONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang