Beberapa minggu telah berlalu sejak Donghyuck mengetahui bahwa dirinya akan segera menjadi seorang kakak. Selama itu pula, anak laki-laki berusia empat tahun ini semakin penasaran dengan adik bayi yang masih berada di dalam perut sang Mama. Setiap pagi, ia akan menyapa perut Mama dengan semangat, seolah-olah adik bayinya sudah bisa mendengar dan mengerti apa yang dia katakan.
"Mama, Hyuck boleh bicara sama adik lagi?" tanya Donghyuck suatu pagi sambil memandang Mama dengan mata penuh harap.
"Tentu, sayang. Adik pasti senang mendengar suara kakak Hyuck," jawab Mama sambil tersenyum.
Donghyuck pun mendekatkan wajahnya ke perut Mama dan dengan suara lembut ia berkata, "Halo adik, ini kakak Hyuck lagi. Kakak tidak sabar bertemu denganmu. Kita akan bermain bersama setiap hari!"
Minhyung, yang mendengar itu dari ruang tamu, hanya bisa tersenyum. Ia ingat betapa senangnya dirinya saat pertama kali tahu akan menjadi kakak. Namun, ia juga tahu bahwa menjadi kakak tidak hanya soal bermain, tetapi juga harus bisa menjaga dan melindungi adiknya.
"Hyuck, ayo sini," panggil Minhyung.
Donghyuck pun berlari kecil ke arah kakaknya yang sedang duduk di sofa sambil memegang buku.
"Kakak mau ajarin Hyuck sesuatu yang penting," kata Minhyung dengan nada serius namun tetap lembut.
"Apa itu, Kak?" tanya Donghyuck dengan mata membulat penuh rasa ingin tahu.
"Menjadi seorang kakak itu artinya kamu harus bisa menjaga adikmu. Kamu juga harus sabar dan selalu membantu Mama dan Papa, karena mereka akan lebih sibuk merawat adik bayi nanti," jelas Minhyung sambil membuka halaman buku cerita yang ada di tangannya.
"Hyuck bisa! Hyuck janji akan jaga adik dan bantu Mama dan Papa," jawab Donghyuck dengan penuh semangat.
Minhyung tersenyum mendengar jawaban adiknya. "Bagus, Hyuck. Sekarang, Kakak mau ajarin cara menidurkan bayi. Ini penting supaya adik bisa tidur nyenyak dan tidak rewel."
Minhyung pun mulai mengajarkan Donghyuck cara menidurkan bayi dengan benar, mulai dari cara menggendong, mengayun-ayunkan dengan lembut, hingga menyanyikan lagu nina bobo. Donghyuck memperhatikan dengan seksama, meskipun terkadang dia tertawa kecil karena merasa aneh menggendong boneka yang digunakan Minhyung sebagai peragaan.
Setelah latihan itu, Minhyung membawa Donghyuck ke kamar bayi yang telah disiapkan oleh Mama dan Papa. Kamar itu sudah dihiasi dengan warna-warna lembut dan pernak-pernik yang menggemaskan.
"Wah, kamar adik cantik sekali, Kak!" seru Donghyuck dengan mata berbinar.
"Kakak yang bantu Mama dan Papa menyiapkan semuanya. Dan nanti, kita juga bisa pilih mainan mana yang akan kita kasih ke adik," jelas Minhyung.
Donghyuck merasa sangat senang dan bangga. Dia membayangkan bagaimana nanti ia bisa bermain bersama adiknya di kamar ini. Setiap hari, Donghyuck berusaha menjadi kakak yang baik dengan belajar dari Minhyung. Dia mulai terbiasa membantu Mama mengambilkan barang-barang kecil, seperti popok atau botol susu.
Sementara itu, Mama dan Papa sangat bangga melihat kedua anak laki-lakinya saling mendukung dan bersiap menyambut anggota keluarga baru.
Hari demi hari berlalu, dan tibalah hari yang dinantikan. Pada pagi yang cerah, suara telepon rumah berbunyi, mengagetkan seluruh penghuni rumah. Papa yang mengangkat telepon segera berlari ke kamar.
"Mama sudah di rumah sakit, ini waktunya!" seru Papa dengan nada penuh kebahagiaan dan sedikit gugup.
Minhyung dan Donghyuck saling bertatapan, senyum merekah di wajah mereka. Hari itu, mereka tahu hidup mereka akan berubah selamanya, karena adik bayi yang telah lama mereka tunggu akhirnya akan datang.
To be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Paracetamol
FanfictionKeluarga itu ibarat obat Paracetamol, penghilang rasa nyeri dan menyembuhkan demam.