5: Kasih Sayang

100 8 1
                                    

Pagi di rumah keluarga Lee selalu dimulai dengan rutinitas yang hangat. Hari ini, Papa lebih dulu bangun untuk menyiapkan sarapan. Di dapur, suara gemericik air dan aroma kopi yang baru diseduh memenuhi ruangan. Tak lama kemudian, Mama datang bergabung, membantu Papa menggoreng telur dan menyiapkan bekal untuk anak-anak.

"Minhyung suka roti dengan selai kacang, sementara Donghyuck lebih suka yang dengan selai stroberi. Renjun sih suka semuanya," kata Mama sambil tersenyum kecil, mengingat selera makan masing-masing anaknya.

Setelah sarapan siap, satu per satu anak-anak mulai bangun dan berkumpul di meja makan. Minhyung, yang paling tua, membantu mengatur meja, sementara Donghyuck mengambil susu dari kulkas untuk adik-adiknya.

"Selamat pagi, semuanya," sapa Papa dengan senyum hangat saat ketiga anaknya duduk di meja. "Hari ini ada roti panggang favorit kalian. Makan yang banyak, ya."

Renjun, dengan antusias, mengambil sepotong roti dengan selai stroberi. "Papa, enak banget rotinya!"

Donghyuck, yang duduk di samping Renjun, hanya tersenyum kecil sambil menikmati sarapannya. Minhyung sesekali melirik adik-adiknya, memastikan mereka mendapatkan apa yang mereka butuhkan.

Setelah sarapan selesai, Mama beralih ke Renjun untuk membantunya bersiap ke sekolah, sambil tetap memperhatikan Minhyung dan Donghyuck. "Minhyung, setelah Renjun berangkat, Mama bantu cek tugas sekolahmu, ya. Dan Donghyuck, nanti kamu ada PR matematika, kan? Mama ada waktu luang sore ini kalau kamu butuh bantuan."

Donghyuck mengangguk. "Oke, Ma. Makasih," jawabnya dengan santai.

Papa, yang sedang bersiap untuk pergi ke kantor, berhenti sejenak untuk memberi pelukan singkat kepada Minhyung dan Donghyuck. "Jangan lupa belajar dengan baik. Papa tahu kalian bisa diandalkan. Nanti kalau ada waktu, kita bisa diskusi tentang hobi kalian, bagaimana?"

Minhyung tersenyum kecil. "Kapan-kapan kita bisa bicara tentang buku sejarah yang baru aku baca, Pa."

"Tentu saja," jawab Papa. "Papa juga ingin tahu apa yang kamu pelajari, Minhyung."

Donghyuck, yang selalu penuh energi, ikut berkomentar. "Aku mau ajak Papa main basket nanti! Ayo dong, Pa!"

Papa terkekeh. "Pasti, Hyuck. Tapi kita harus atur waktunya, ya."

Setelah semua siap, mereka pun berangkat. Renjun diantar oleh Donghyuck sampai ke sekolah, sementara Minhyung berjalan lebih dulu karena sekolahnya berbeda. Mama dan Papa melambai ke arah anak-anak mereka sebelum kembali ke rutinitas mereka masing-masing.

Sore harinya, sepulang sekolah, ketiga anak kembali berkumpul di rumah. Mama memenuhi janjinya, membantu Donghyuck dengan PR matematika, sementara Papa berbincang dengan Minhyung tentang buku yang mereka baca.

Setelah itu, Renjun, yang lebih dulu menyelesaikan tugasnya, duduk di pangkuan Mama di ruang keluarga. Donghyuck dan Minhyung ikut duduk di samping mereka. Mama dengan lembut mengusap rambut Renjun yang mulai mengantuk. "Anak-anak Mama hebat semua. Mama bangga sama kalian."

Renjun tersenyum kecil, matanya sudah setengah tertutup. "Mama, Renjun ngantuk..."

"Kamu sudah capek, ya?" tanya Papa dengan suara lembut. "Ayo, kita ke kamar. Nanti Papa bacakan cerita sebelum tidur."

Minhyung dan Donghyuck ikut bangkit, tapi sebelum mereka pergi ke kamar masing-masing, Mama menghentikan mereka. "Tunggu sebentar, kalian berdua."

Minhyung dan Donghyuck berbalik, melihat Mama yang berdiri dengan senyum hangat di wajahnya. "Mama juga mau peluk kalian sebelum tidur."

Minhyung, yang lebih dewasa, menunduk sedikit untuk menerima pelukan dari Mama. "Terima kasih, Ma. Aku juga sayang Mama."

Donghyuck, meskipun lebih suka bercanda, menerima pelukan dengan senyum lebar. "Pelukanku lebih kuat, Ma!"

Setelah pelukan hangat itu, Minhyung dan Donghyuck kembali ke kamar masing-masing, sementara Papa menggendong Renjun yang sudah setengah tertidur menuju kamarnya. Di dalam kamar Renjun, Papa membaringkan anak bungsunya di tempat tidur dan menyelimutinya dengan hati-hati.

"Mau cerita yang mana, Renjun?" tanya Papa sambil duduk di samping tempat tidur.

Renjun menguap kecil. "Yang tentang petualangan pahlawan kecil, Pa..."

Papa mengangguk, lalu mulai membacakan cerita favorit Renjun dengan suara lembut. Di tengah cerita, suara Renjun semakin pelan, hingga akhirnya terlelap dengan senyum di wajahnya.

Setelah memastikan Renjun tertidur dengan nyaman, Papa menutup buku cerita itu dan membungkuk untuk mengecup kening putra bungsunya. "Selamat tidur, Renjun. Papa sayang kamu."

Di kamar sebelah, Mama sedang membantu Minhyung dan Donghyuck mematikan lampu. Sebelum meninggalkan kamar mereka, Mama berkata, "Kalian juga selamat tidur, ya. Mama dan Papa sayang kalian."

Malam itu, keluarga Lee tidur dengan hati yang tenang dan penuh cinta. Mereka tahu bahwa meskipun kasih sayang orang tua harus dibagi, setiap anak merasa disayangi dan diperhatikan dengan sama rata. Itulah yang membuat keluarga mereka begitu istimewa—cinta yang tak pernah habis, dan kasih sayang yang tak pernah pilih kasih.


To be Continued

Paracetamol Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang