Hari itu, cuaca cerah dan angin sepoi-sepoi bertiup lembut, menjadikan taman di dekat rumah sebagai tempat yang sempurna untuk menghabiskan waktu. Mama memutuskan untuk membawa ketiga anaknya ke taman, sebuah ide yang langsung disambut antusias oleh Minhyung, Donghyuck, dan Renjun.
"Yeay! Ke taman! Kakak, ayo kita ajak bola!" seru Renjun dengan semangat, berlari-lari kecil sambil membawa bola sepak plastik kesayangannya.
"Adik kecil, pelan-pelan larinya. Nanti jatuh lagi," kata Donghyuck, yang meski sering menggoda Renjun, selalu menjaga adik kecilnya dengan penuh perhatian.
Minhyung, sebagai kakak tertua, dengan sigap membantu Mama menyiapkan bekal untuk piknik sederhana di taman. Sandwich, buah-buahan, dan beberapa minuman dimasukkan ke dalam keranjang piknik yang kemudian mereka bawa bersama-sama.
Setibanya di taman, Renjun langsung berlari ke arah lapangan rumput dengan bola plastiknya, diikuti oleh Donghyuck. Minhyung meletakkan keranjang piknik di bawah pohon besar yang rindang, sementara Mama menggelar tikar untuk mereka duduki.
"Kak Hyuck, ayo main bola!" Renjun berteriak sambil menggiring bola dengan kaki kecilnya. Namun, karena terlalu bersemangat, bola itu terlepas dan menggelinding jauh.
"Haha, pelan-pelan, adik kecil! Kakak Hyuck akan ambil bolanya!" Donghyuck berlari mengejar bola yang menggelinding, sementara Renjun mengejarnya dari belakang dengan tawa ceria.
Sambil memperhatikan dua adiknya yang bermain bola, Minhyung berjalan mendekati Mama yang sedang menikmati pemandangan taman.
"Mama, lihat deh, Renjun sama Hyuck kelihatan senang banget," kata Minhyung sambil tersenyum.
"Iya, Mama senang sekali melihat kalian semua bahagia. Kalian bertiga memang hebat, selalu menjaga satu sama lain," jawab Mama dengan mata yang penuh kebanggaan.
Setelah beberapa saat bermain bola, Donghyuck mendapatkan ide usil lagi. "Adik kecil, coba kejar bola ini kalau bisa!" Ia menendang bola agak jauh dan kemudian berlari lebih cepat dari Renjun untuk mengambilnya.
Renjun, yang awalnya merasa tertantang, mulai merasa kesal karena selalu kalah cepat dari Donghyuck. "Kakak Hyuck, adik tidak bisa kejar! Tungguin!" Renjun merengek, membuat Donghyuck berhenti dan berbalik.
"Eh, jangan marah, adik kecil. Kakak Hyuck cuma bercanda kok. Yuk, kakak ajarin cara menendang bola yang kuat, biar bisa jauh juga," kata Donghyuck sambil mendekatkan bola ke kaki Renjun.
Minhyung yang melihat itu, memutuskan untuk ikut bermain. "Hyuck, sini, kita main bola bersama. Kakak akan jadi wasit, biar adil," katanya sambil mengedipkan mata pada Renjun, memberi isyarat bahwa dia akan memastikan tidak ada yang curang.
Permainan bola pun dimulai. Renjun, dengan semangat yang tinggi, mencoba menendang bola sekuat tenaga. Tentu saja, tendangannya tidak terlalu jauh, tapi setiap kali bola bergerak, Minhyung dan Donghyuck akan bertepuk tangan dan memberikan semangat.
"Hebat! Adek jago banget!" seru Minhyung.
"Besok-besok kita ajarin tendangan yang lebih kuat lagi, ya!" tambah Donghyuck.
Setelah puas bermain bola, ketiganya kembali ke tempat Mama berada. Minhyung membantu Mama mengeluarkan bekal dari keranjang, sementara Donghyuck dan Renjun duduk sambil mengipasi diri dengan tangan mereka.
"Wah, kelihatan lapar sekali anak-anak Mama. Yuk, kita makan dulu," ajak Mama sambil menyodorkan sandwich kepada mereka.
Selama makan, Renjun bercerita dengan penuh semangat tentang bagaimana ia hampir mencetak "gol" tadi, sementara Donghyuck menggoda dengan mengatakan kalau Renjun harus belajar lebih keras lagi. Minhyung hanya tertawa melihat interaksi dua adiknya yang begitu akrab.
Selesai makan, mereka memutuskan untuk berjalan-jalan mengelilingi taman. Donghyuck dan Renjun berjalan sambil bergandengan tangan, sementara Minhyung mengawasi dari belakang. Ketika mereka sampai di area bermain, Renjun langsung berlari menuju ayunan, tempat favoritnya.
"Kak Minhyung, ayun adik tinggi-tinggi!" pinta Renjun.
"Tentu, adik kecil. Tapi jangan terlalu tinggi ya, nanti Mama marah," kata Minhyung sambil mengayunkan Renjun perlahan.
Donghyuck yang melihat itu, memutuskan untuk memanjat ke puncak jungkat-jungkit dan duduk di sana, pura-pura menjadi raja yang mengawasi seluruh taman. "Lihat nih, Kak Hyuck jadi Raja Taman! Semua harus tunduk pada perintah Raja!"
Renjun tertawa kecil, kemudian sambil masih duduk di ayunan, dia menjawab, "Kalau adik mau permen, Raja harus kasih!"
"Permintaan yang menarik. Tapi Raja hanya punya satu permen, jadi harus dibagi dua!" jawab Donghyuck dengan tawa riang.
Minhyung dan Renjun hanya bisa tertawa mendengar lelucon dari "Raja" Donghyuck. Sementara itu, Mama hanya tersenyum lembut, menyadari betapa beruntungnya ia memiliki anak-anak yang saling menyayangi.
Hari itu ditutup dengan kenangan indah, yang sekali lagi mempererat ikatan di antara tiga saudara itu. Mereka tahu, tidak peduli seberapa banyak Donghyuck menggoda, atau seberapa keras Renjun merengek, pada akhirnya mereka selalu akan menjadi tim yang kuat—sebuah keluarga yang tak tergantikan.
To be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Paracetamol
FanfictionKeluarga itu ibarat obat Paracetamol, penghilang rasa nyeri dan menyembuhkan demam.