LXR 19

1.8K 141 0
                                    

Catatan!
Jika ada kesamaan baik nama, latar, alur, atau mungkin jalannya cerita, itu hanya kebetulan semata

Hargai sebagai sesama penulis maupun pembaca, dilarang plagiat, no copy paste

Hard word / typo bertebaran
Sider's jauh-jauh sana
Jangan vote komennya, bikin author seneng gak susah kok
_____________________________

.
.
.
.
.
.
.
......

Dua hari berlalu.

Seperti yang Rui ucapkan sebelumnya, ia kembali ke sekolah setelah beberapa hari libur memulihkan lukanya.

Di karenakan rasa kesalnya membuat Rui memutuskan pulang tanpa berpamitan. Tapi ada dokter yang ia titipi pesan jika ada yang mencarinya.

"Jika ada yang mencari ku katakan saja aku sudah pergi, tidak perlu meladeni sikap berlebihan mereka"

Itu yang Rui katakan. Dan sekarang anak itu terlihat beranjak ke garasi apartemen nya mengambil motor miliknya.

Ngomong-ngomong Rui sebenarnya memiliki beberapa bodyguard yang bisa di hitung dengan jari. Hanya saja bodyguard yang di bawah perintah Rui tidak pernah berjaga di apartemen nya karena baginya bodyguard hanya di butuhkan untuk menjaganya bukan menjaga rumahnya.

Toh, apartemen nya juga sengaja ia rombak beberapa waktu lalu agar tidak sembarang orang memasukinya. Seperti menambah hiasan hiasan menyeramkan pada beberapa sudut pagar. Belum lagi cat merah seperti warna darah yang ia coret-coret asal pada pagar dan gerbang nya.

Tak lupa manekin yang lebih mirip manusia aslinya yang sengaja di letakan terang-terangan dengan tujuan untuk membuat penyusup nya takut.

Rui memakai helm full face nya, hingga akhirnya ia melaju menjauhi apartemen nya.

'Ntah kenapa gue tetiba kepikiran...'

Rui mengambil tikungan tajam pada jalanan di depannya membuat pengendara motor lainnya terkejut dengan kecepatan berkendara nya.

'Kenapa gue bisa ada di sini?'

————

Memakan waktu 20 menit tapi tidak apa. Rui memarkirkan motornya begitu sampai di area parkir sekolah.

"Eh? Itu Rui udah balik lagi woi!"

"Akhirnya Rui sekolah lagi, pusing banget kepala gue terus terusan dengerin penjelasan guru di sini"

"Rui, ayo ajarin kita sekelas lagi!"

Pekikan dan ucapan dari teman-teman sekelasnya tidak di hiraukan Rui. Ia saat ini sedang dalam mood yang buruk. Ia sedang malas berbincang untuk saat ini.

Dengan langkah kesal ia berjalan menuju kelasnya berada. Namun ia terhenti saat...

Duk

Sraakk

"Aduh.. Pake jatoh lagi. Eh? A-anu maaf aku gak liat jalan tadi"

Seorang siswa yang sedang membawa buku pada tangannya menyesali keputusan nya yang menolak bantuan temannya. Jika tau buku yang di kembalikan sebanyak ini ia mana mau menerima perintah guru itu.

Siswa tadi dengan serentak segera mengemasi buku-buku yang terjatuh karena ulahnya. Tapi ia kalah cepat oleh Rui yang segera mengambil semua buku yang berserakan itu dan membawanya.

"Ke perpustakaan?"

"Hah?"

Siswa tadi reflek mem-beo karena pertanyaan singkat Rui. Yang baginya bukan terdengar seperti pertanyaan tapi pernyataan.

"Lo mau ke perpustakaan?" Tanya Rui menatap malas pemuda di depannya itu.

"Ah! Iya, aku emang mau ke perpus, biar aku aja ya—"

Siswa tadi melongo karena belum selesai dirinya menjelaskan siswa di depannya malah langsung pergi meninggalkan nya.

"Eh? Hei! Malah di tinggal, siniin bukunya! Biar aku yang bawa!" Ujarnya yang hanya di anggap angin lalu oleh Rui.

Siswa tadi mengikuti kemana perginya Rui karena mengira dirinya akan membawa buku tadi sendirian. Tapi ternyata saat dirinya sampai di depan perpustakaan Rui menunggunya di sana.

"Hei, biar gue aja yang bawa, lo balik aja ke kelas lo sendiri. Lagian kan ini tugas gu—"

"Oh? Rui ya? Mau mengembalikan buku?"

Ucapan siswa tadi terpotong saat Rui melangkah masuk ke perpustakaan dengan buku yang ia bawa.

"Bocah ini, kalo bukan karena udah nolongin udah gue tonjok juga tu muka. Lempeng amat dari tadi" Gerutu pemuda itu seraya mengikuti langkah kaki Rui dengan buku di tangannya yang ia kembalikan pada pustakawan sekolah.

"Eh ada Esta juga?" Sang pustakawan sekolah terlihat mengalihkan pandangannya saat melihat siswa yang terbilang akrab dengannya itu.

"Buku ini milik kelasnya, aku hanya membantu membawanya kemari" Ujar Rui seraya menunjuk siswa yang di panggil Esta itu.

"Oalah gitu tah... Ya udah kamu bisa kembali ke kelas kamu, makasih bantuan nya ya" Ujar pustakawan sekolah seraya tersenyum pada Rui.

Rui hanya berdehem sebagai sahutan sebelum akhirnya ia beranjak dari sana.

"Tu bocah lempeng banget astaga, gue sumpahin kena tonjok tuh muka" Ujar Esta dengan kesal.

"Haha, biarpun gitu Rui itu anaknya baik loh"

"Baik sih baik, tapi muka nya tolong di kondisikan"

—————

Rui melangkah menuju kelasnya dengan sedikit hawa tidak mengenakan. Jujur saja ia kesal karena siswa tadi malah memperburuk mood nya.

'Udh di tolongin, minimal makasih kek'

Saking sibuknya dengan pikirannya ia tidak menyadari seseorang berlari ke arahnya. Tepatnya ke belakang nya sih.

Jduak

Bruk

"Awss... Hiks sakit..."

_____________________________
__________________________
_____________________
_____________
________

T
B
C

[Transmigrasi] "Who Am I?"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang