LXR 20

1.7K 156 0
                                    

Catatan!
Jika ada kesamaan baik nama, latar, alur, atau mungkin jalannya cerita, itu hanya kebetulan semata

Hargai sebagai sesama penulis maupun pembaca, dilarang plagiat, no copy paste

Hard word / typo bertebaran
Sider's jauh-jauh sana
Jangan lupa vote komennya, bikin author seneng gak susah kok
_____________________________

.
.
.
.
.
.
.....

Jduak

Bruk

"Awss... Hiks sakit..."

Rui sedikit menggeram kesal karena ia yang tidak ada persiapan dan bocah yang menabraknya tadi menghantam tubuhnya dengan keras.

Tubuhnya jadi oleng dan menghantam dinding kelas nya, yang tinggal beberapa langkah lagi ia sampai di sana.

Sedangkan siswi yang menabraknya tadi, ia hanya terjatuh ringan dan jadi duduk bersimpuh. Tangannya memegang sikutnya yang memerah karena bergesekan dengan lantai.

"Hiks.. Abang Davis sakit.."

"Sialan!"

Bugh

Suara keras tadi membuat beberapa siswa yang sejak tadi anteng menunggu kehadiran Rui di kelas sontak menoleh ke arah suara.

Dan mereka membulat terkejut saat orang yang mereka tunggu ada di lorong sekolah dengan seorang siswa yang mencengkram kuat kerah seragamnya setelah memberikan bogeman mentah pada sisi kiri wajahnya.

"Lo apain adek gue sialan!? Lo pasti yang buat mereka semua bully adek gue!? Iya kan!?"

Siswa yang di panggil Davis itu hendak melayangkan pukulan lagi ke arah wajah siswa yang tidak ia kenali itu.

Tep

Sreett

GUBRAK

Tapi reflek nya kali ini kurang cepat karena siswa tadi langsung menahan tangannya, men-tackling kakinya dan menarik tangannya hingga ia terbanting ke lantai koridor sekolah.

"Gue gak tau lo dan dia siapa, tapi yang pasti gue gak suka ada yang main tangan tanpa adanya kebenaran lebih dulu"

Para siswa yang sejak tadi menonton serempak memalingkan muka dan kembali dengan kesibukan mereka masing-masing di kelas saat mendengar nada bicara Rui yang terdengar kesal dan menahan emosi itu.

Sedangkan Davis terlihat terdiam membisu saat nada bicara siswa di depannya membuat tubuhnya seolah kaku begitu saja. Ia tidak bisa menggerakkan tubuhnya karena mati rasa akibat bertabrakan dengan lantai koridor.

Sedangkan siswi tadi di buat membeku melihat kakak nya di banting oleh siswa yang tak ia kenali.

"Dan lo"

Siswi tadi tersentak saat ia di tunjuk oleh siswa tadi.

"Koridor sekolah yang luas gini gak ada tempat lain apa buat lo lewat?"

Jduugg

"Bwahaha"

Para siswa yang masih tegang satu persatu menoleh ke arah suara di mana salah satu dari mereka terlihat tertawa pelan mendengar penuturan sarkas Rui.

"Cuma karena lagi ada Abang lo jangan kira gue gak berani langsung ngurus bocah kurang belaian kaya lo itu" Ujar Rui sebelum akhirnya beranjak memasuki kelas.

"Ru.. Pfftt.. Lo keren deh.. Bwahaha"

Siswa yang tadinya tertawa pelan kini berusaha menahan tawanya saat melihat raut wajah tidak mengenakan dari Rui.

Meski gagal karena ia mengingat ucapan Rui pada siswi tadi sukses membuatnya tertawa karena menurutnya lucu saja sih. Siswi yang akhir-akhir ini sering di kabarkan suka mencari perhatian orang lain dengan berlagak seolah-olah dia adalah korban malah berhadapan dengan Rui yang notabene adalah siswa yang acuh, cuek dan tidak pandang bulu untuk membalas perbuatan menjengkelkan seseorang yang mengusiknya.

Tiba-tiba ia merasa kasihan pada dua orang yang saat ini sudah beranjak pergi itu. Pasti mentalnya serasa di cincang.

"Diam"

Siswa tadi segera bungkam saat mendengar suara Rui menginterupsi adanya presensi seorang guru memasuki kelas mereka.

"Selamat pagi anak-anak"

"Pagi Pak"

"Baiklah karena hari ini pembelajaran materi Kimia, Rui apa bisa minta tolong untuk membantu menjelaskan pada teman-teman yang lain?"

Rui yang sudah bisa menebak kebiasaan para guru di kelasnya hanya bisa menghela nafas sejenak sebelum akhirnya mengangguk tanda setuju.

"Mohon bantuannya ya, bapak akan menyelesaikan laporan dulu"

"Iya"

_____________________________
__________________________
_____________________
_____________
________

T
B
C

[Transmigrasi] "Who Am I?"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang