LXR 22

1.7K 138 1
                                    

Catatan!
Jika ada kesamaan baik nama, latar, alur, atau mungkin jalannya cerita, itu hanya kebetulan semata

Hargai sebagai sesama penulis maupun pembaca, dilarang plagiat, no copy paste

Hard word / typo bertebaran
Sider's jauh-jauh sana
Jangan lupa vote komennya, bikin author seneng gak susah kok
_____________________________

.
.
.
.
.
.
.
.
.......

Rui berhenti menjelaskan saat ada seseorang yang mengangkat tangannya.

"Maaf memotong penjelasan, tapi kenapa jadi kamu yang menjelaskan di kelas? Bukan bermaksud menyindir aku hanya penasaran" Ujar siswa itu dengan pandangan yang menatap intens ke arah Rui.

Dalam hati Rui merinding melihat tatapan siswa tadi yang membuatnya terlihat seperti orang pedo.

Rui menoleh menatap sang guru yang sedang menatap siswa tadi.
"Oh ya, dia siswa baru yang baru masuk beberapa hari lalu, dan alasan kenapa Rui saya tunjuk untuk menjelaskan materi karena mengingat ia bisa memberikan penjelasan yang lebih baik pada teman sekelasnya. Lagipula teman-teman sekelasnya jadi semangat untuk belajar karena dia yang mengajar" Ujar sang guru menjawab pertanyaan siswa tadi.

"Oh begitu, kalau begitu lanjutkan saja penjelasan... Emmm siapa tadi ya? Oh ya Kak Ruru"

Ohok

Dalam hati Rui tertohok saat mendengar panggilan seperti panggilan dari Naka di kelasnya. Rasa ingin menghilang 📈📈

"Panggil seperti teman-teman yang lain saja, namaku Ruinard, bukan Ruru" Ujar Rui seraya menatap lembar buku nya yang ia gunakan untuk menjelaskan materi tadi.

"Anggap aja panggilan dari aku, oke silahkan di lanjut Kakak" Ujar siswa tadi dengan senyuman cerahnya.

'Ughh ini yang gak gue suka, sialan harga diri gue serasa di buang'

Rui hanya bisa menghela nafas lelah. Menegur pun percuma, sepertinya tidak ada gunanya ia menegur bocah sepertinya.

Jadi ia memutuskan meneruskan penjelasan nya yang tertunda tadi, yang sesekali juga menjawab pertanyaan dari teman-temannya yang masih bingung dengan materinya.

'Bentar... Kok...'

Rui menuliskan beberapa rumus yang ada di buku nya dan sesekali melihat ke arah siswa (teman-teman nya) yang sibuk mencatat.

'... Gue kan masuk kelas IPS kenapa bahas Kimia?'

—————

"Halo, kenalin namaku Ralea Sebastian, bisa di panggil Tian atau senyamannya aja, aku murid baru di sini dan ini pertemuan pertama kita. Salam kenal"

Setelah percakapan singkat saat jam istirahat tiba tadi. Keduanya kini berjalan menuju kantin beriringan. Di selingi oleh perbincangan Tian yang bertanya banyak hal. Beruntung kali ini mood Rui sedang membaik dan ia menanggapi dengan positif. Tak luput dari itu, kadang kalanya ia di buat tercengang saat tau sikap Tian yang terbilang bar-bar.

Seperti saat ini di mana dirinya yang melihat-lihat stan makanan di kantin dengan antusias nya. Meskipun mendapat respon dan tanggapan yang aneh dari siswa yang belum mengenalnya, Tian bahkan tidak peduli.

Bahkan dengan berani ia menawari Rui semangkuk seblak yang katanya sebagai bentuk terimakasih sudah membantunya belajar. Sempat membuat seisi kantin kaget melihat keakraban mereka apalagi respon positif Rui yang tidak masalah dengan sikap Tian.

Sayangnya tawaran Tian tidak di setujui Rui karena ia hanya ingin makan roti. Dan sekarang keduanya anteng dengan makanan mereka masing-masing, meski tidak dengan Rui yang di selingi membaca materi dari buku catatan sakunya yang selalu ia bawa kemanapun saat ia di sekolah.

Tian sempat heran darimana ia mengeluarkan nya padahal tadi tidak membawa apa-apa.

"Kakak, kenapa hanya makan roti?" Ujar Tian terheran saat melihat roti tawar Rui sudah di makan habis tapi anak itu masih melanjutkan acara membacanya.

"Sudah terbiasa" Jawab singkat Rui.

Tian tiba-tiba merasa penasaran sendiri. Sebenarnya apa yang terjadi pada Rui? Siswa yang ia panggil Kakak barusan itu? Jika ia melihat lebih seksama lagi hanya Rui yang memesan dua roti tawar di sana. Sedangkan siswa lainnya memakan makanan berat yang tersaji di kantin.

"Kakak, apa nanti bisa temani aku belajar lagi? Ada beberapa hal yang belum aku pahami" Ujar Tian dengan kepala tertunduk dan tangan yang bertaut malu.

Sebenarnya ia bisa saja dengan lantang meminta bantuan pada Rui, hanya saja melihat pandangan nya yang sangat fokus, pembawaan yang tenang, dan jangan lupa aura yang menekan begitu mendominasi dirinya membuatnya ragu untuk meminta bantuan Rui.

"Tapi jika Kakak tidak mau tidak ap—"

"Pulang nanti jam sore" Potong Rui seraya membalikkan lembaran pada buku catatan sakunya.

"Beneran? Makasih Kakak" Dengan perasaan senang nya melihat Rui mengangguk, Tian memeluk tubuh tegap Rui dengan erat. Ia bahkan sengaja mendusel-dusel pada pelukan Rui karena aroma susu yang tercium harum ada pada tubuh Rui.

"Kakak, nan—"

"Permisi, apa kami bisa gabung di sini?"

_____________________________
__________________________
_____________________
_____________
________

T
B
C

Noh lunas double up!

Bagi yang udah aktif dan rutin vote komen di cerita author makasih banyak buat kalian ya, i love you guys. Thank you very much (^_^♪)

Sayang kalian banyak banyak deh🤩

Well udah sih itu aja yang di sampein, hehe

Bye bye 👋🏻👋🏻

[Transmigrasi] "Who Am I?"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang