LXR 24

1.6K 144 1
                                    

Catatan!
Jika ada kesamaan baik nama, latar, alur, atau mungkin jalannya cerita, itu hanya kebetulan semata

Hargai sebagai sesama penulis maupun pembaca, dilarang plagiat, no copy paste

Hard word / typo bertebaran
Sider's jauh-jauh sana
Jangan lupa vote komennya, bikin author seneng gak susah kok
_____________________________

.
.
.
.
.
.
.
......
Rui reflek sedikit memejamkan matanya saat flash cahaya mengenai wajahnya, tepatnya matanya juga sih.

Mereka yang ada di meja makan kompak menoleh ke arah Asa yang mengarahkan ponselnya ke arah Rui, dan apa-apaan bunyi tadi? Apa dia sedang memotret nya?

"Abang ngapain?" Ary menatap horor kakaknya yang ternyata memang memotret Rui. Terlihat dari apa yang di dapatnya itu.

"Hehe, sorry ya gak bilang-bilang, cuma buat koleksi kok. Soalnya akhir-akhir ini Ary sering di ganggu temen-temen nya. Biar jadi barang bukti kalau suatu saat nanti Ary kenapa-napa aku bisa langsung tau siapa yang gangguin dia" Ujar Asa dengan elakkan nya. Sebisa mungkin ia tidak mencoba gugup karena tatapan mengintimidasi dari Rui.

Tapi melihat si empu mengangguk pelan seolah membiarkan membuatnya bernafas lega.

'Untung aja gak ada yang curiga, kecuali satu orang sih'
Asa menoleh menatap Ary yang saat ini sedang menatap sinis.

"Tenang, gak abang jual ke pasar gelap kok" Ujar Asa dengan entengnya.

"Iyain"

Asa akui semenjak pertemuan Ary dengan Rui ia lebih banyak berbicara dan lebih banyak berekspresi dari pada seperti dulunya yang selalu berdiam diri dan sering melamun.

'Well mempercayai yang satu ini kurasa tidak ada buruknya'

Klang

Bruukk

Byur

"...."

"Ma-maaf A-aleen gak sengaja..."

Rui menggeram kesal karena lengan jaket yang ia kenakan terkena cairan jus buah dari siswi yang tidak sengaja menyiramnya.

Seisi kantin yang semula tenang seketika tegang saat melihat siapa yang jadi korbannya kali ini.

"Waduh.. Itu kena si Rui lagi"

"Kena marah tu pasti"

"PPB kurang kerjaan ya gitu mulu lah"

Greekk

"Lo kalo jalan bisa liat-liat gak sih? Jalan lebar-lebar di sana dan lagi gak ada siapapun yang lewat gimana lo bisa gak sengaja!?"

Entah dapat keberanian dari mana, Asa bangkit dan menatap nyalang ke arah siswi yang di panggil Aleen itu (Aleena).

"Ta-tapi A-aleena beneran g-gak sengaja..." Ujar Aleena mencoba membantah.

"Udah tau salah gak mau di salahin, ck sok polos"

"Muka doang polos tapi enggak sama hatinya"

"Iya tuh, mukanya kaya lonte begitu"

Set

"Dia udah bilang gak sengaja kan? Harusnya lo sendiri paham kalo dia emang gak sengaja, lagian lo beraninya ama cewe, lawan gue kalau bisa"

Asa dengan tegas menatap tajam siswa yang dengan entengnya menarik kerah seragam sekolah nya. Ia tidak takut jika harus membela yang benar, lagipula apa yang ia ucapkan memang benar.

Jalan di kantin luas dan saat itu semua siswa sudah mendapat tempat duduk mereka masing-masing. Dan Aleena dengan entengnya mengatakan tidak sengaja.

"Gu—"

Plaakk

Asa sedikit membenarkan kerah seragam sekolah nya saat tarikan dari siswa tadi terlepas. Lantas ia menatap Rui yang barusan menyentak tangan siswa tadi itu.

"Ini di kantin dan harusnya lo paham di sini gak boleh ada keributan karena tempat nya istirahat, dan lo jangan ikut campur cuma karena masalah sepele ini" Ucapan Rui yang pertama tertuju pada siswa tadi sedangkan yang satunya untuk Asa.

Lantas Rui sedikit menatap Aleena yang saat ini sedang dalam dekapan seorang siswa yang datang dengan siswa tadi.

'Murahan'

Sreett

Seisi kantin seketika terkesiap melihat Rui melepaskan jaketnya. Beberapa siswi dengan sabar menunggu hal keren apa yang akan mereka lihat.

Tapi yang ada mereka justru merinding melihat adanya perban yang melilit kedua lengan Rui dan ada satu perban yang melilit lehernya. Pantas tidak terlihat ternyata tertutup jaket.

Tian yang sudah selesai dengan makan siangnya lantas bangkit saat Rui memberikan jaket itu padanya.

"Buang ke tempat sampah" Ujar Rui tanpa menoleh.

Tian segera menuruti permintaan Rui dan beranjak pergi.

"Gak ada urusan lain kan? Minggir"

Siswa yang tadinya mencengkram kerah seragam Asa segera menyingkir membiarkan Rui lewat. Sedangkan siswa yang sedang memeluk Aleena membeku melihat perban yang ada pada tubuh Rui.

"Ayo ke kelas"

Karena tidak ingin berlama-lama di kantin, Asa segera mengajak ketiganya pergi. Dan tentunya ketiganya menurut dan beranjak dari sana.

_____________________________
__________________________
_____________________
_____________
________

T
B
C

Gak jadi double up kek nya ^⁠_⁠^

[Transmigrasi] "Who Am I?"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang