Catatan!
Jika ada kesamaan baik nama, latar, alur, atau mungkin jalannya cerita, itu hanya kebetulan semataHargai sebagai sesama penulis maupun pembaca, dilarang plagiat, no copy paste
Hard word / typo bertebaran
Sider's jauh-jauh sana
Jangan lupa vote komennya, bikin author seneng gak susah kok
__________________________________________________________
__________________________
_____________________
_____________
________Semuanya hancur.
Ruangan itu hancur. Barang-barang berserakan dan hancur berkeping-keping. Tanpa tersisa.
Di lain tempat, seorang pemuda laki-laki terlihat mencengkram kuat kepalanya karena rasa sakit yang teramat menyiksa. Kepalanya terasa terbelah saat itu juga, jujur kali ini ia merasa kesakitan.
Biasanya ia akan biasa saja jika ia terluka. Tapi sekarang... Ia tersiksa karena lukanya berasal dari ingatan nya.
"Brdbh sialan, suatu saat nanti... Suatu saat nanti akan ku pastikan tangan ini menghancurkan semua nama baik mu itu"
Pemuda itu bangkit kembali dan kini amarahnya berhasil ia tenangkan. Di saat yang sama ia beranjak ke kamarnya karena ruangan yang ia hancurkan barusan adalah kamar tamu apartemen nya.
Saat sampai di kamarnya ia langsung mengobati lukanya karena ia sedikit malas kala melihat luka yang di dapat membuat darah mengotori lantai.
Dengan hati-hati dan telaten ia mengobati lukanya dan terakhir ia memperban lukanya.
"Semua ini... Akan ku ingat, semua dendam mereka akan segera terbalaskan"
Pemuda itu menatap lamat pedang dan sejenis senjata api yang ia temukan pada bawah tempat tidur nya. Ia kembali mendapatkan ingatan nya jika barang-barang itu ia dapatkan saat melarikan diri beberapa tahun lalu. Dan benda itu berguna untuk mengalahkan mereka.
"Pertarungan besar ini... Akan segera di mulai"
Pandangan itu teralihkan ke arah laptop yang menunjukkan sebuah titik koordinat tempat yang ia cari.
*
*
*
*
Paginya.
Rui bersiap untuk berangkat sekolah, tas yang biasanya tidak ia bawa benda benda berat kini berbeda karena ia membawa beberapa barang yang penting.
Hingga di rasa cukup baru ia beranjak mengambil motornya untuk berangkat.
"Untuk kali ini, akan ku usahakan untuk menyelesaikan nya dengan cepat... Mungkin dengan begitu aku bisa tenang"
🌃🌃🌃
Membutuhkan waktu sekitar 10 menit untuk menuju sekolah nya. Dan begitu sampai di sana ia segera memarkirkan motornya di tempat parkir lalu setelahnya ia beranjak menuju kelasnya.
"Pagi Rui"
"Met pagi Rui"
"Rui, nanti bantu ajarin lagi ya"
"Rui, makasih ajarannya ya"
Selama perjalanan menuju kelasnya banyak sekali sapaan dan ucapan yang tertuju untuknya. Rui sih tidak peduli karena yang ingin ia lakukan saat ini hanya melakukan apa yang harusnya seorang pelajar lakukan. Sisanya ia akan melakukan apa yang harusnya seorang pembunuh lakukan.
Skip time.
Waktu berlalu.
Tak terasa jika ternyata informasi dari Ary saat itu benar-benar nyata. Dan diri nya memang benar-benar dipilih sebagai salah satu peserta lomba yang di adakan di sekolah.
Dan karena kegiatan ini tentunya kelas sebagian besar di kosong kan.
Termasuk kelas milik Ary, Tian, Ishaq dan Andara sendiri.
Mereka berempat saat ini sedang berada di kelas Tian. Mengingat kejadian beberapa hari lalu membuat mereka tanpa sadar terbakar api cemburu.
Dekat dengan Rui sudah merupakan suatu langkah bagus. Tapi Tian dengan entengnya justru memeluknya. Gimana gak iri coba?
Khusus Andara dan Ishaq mereka sama-sama merasakan dendam mereka tersendiri begitu melihat Tian yang masih dengan senyuman andalannya.
"Lo bocah dari mana sih? Gue gak tau kalau lo sekelas sama Rui?" Sarkas Andara seraya bersidekap dada.
"Oh ya? Tian sendiri gak nyangka sekelas sama orang pinter kaya Kak Rui, lagian apa masalahnya sama kalian? Kak Rui aja gak keberatan" Ujar Tian dengan senyuman menyebalkannya.
"Lo nya ngelunjak anjir, kita yang deket aja gak pernah gitu. Lo abis ngapain sama Rui? Kenapa kalian jadi kek gitu?" Sungut Ishaq yang tersulut emosi melihat sahutan santai dari Tian.
"Cuma kenalan biasa, kita juga sepakat buat jadi guru sama murid kalau ada waktu buat belajar. Dan sampai sekarang keterusan jadi teman" Sahut Tian dengan santai.
"A-anu... Bang Rui sempat pesen kita buat gak bikin masalah, jadi tolong Bang Andara sama Bang Ishaq jangan ribut dulu" Ujar Ary saat menyadari keduanya di buat merenggut sebal.
"Pertemanan kalian unik ya?" Ucap Tian tiba-tiba.
"Oh jelas, secara gini kan kit—"
"Pertemanan kalian itu... Bikin aku iri tau"
Ucapan Ishaq terpotong oleh Tian yang kini dengan senyuman sedu di wajahnya.
"Mksd?" Heran Andara, saat menyadari suasana hati Tian yang mungkin sedang turun.
"Iya, pertemanan kalian bikin aku iri. Satunya pendiam tapi peduli, satunya pendiam karena masih muda, satunya berisik pake banget, satunya lagi suka nyahutin si berisik. Biarpun gitu pertemanan kalian kaya semacam ikatan saudara yang gak bisa di patahin gitu aja"
"Yang lebih ngebuat aku iri karena ngeliat kalian selalu berusaha buat bareng satu sama lain, bahkan gak ragu buat ambil tindakan kalau ada apa-apa sama temen kalian"
"Ada harapan aku juga pengen temenan sama kalian, tapi ngeliat reaksi kalian barusan kayaknya emang gak bisa sih"
Brakk
"MAKSUD LO APA NGOMONG BEGITUAN!?"
_____________________________
__________________________
_____________________
_____________
________To be continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
[Transmigrasi] "Who Am I?"
Teen FictionJudul sebelumnya : Transmigrasi Leo X Rui. Deandra Leonardo Lelaki dingin yang tak tersentuh, acuh pada sekeliling, bahkan tak jauh dari kata kejam ber transmigrasi ke tubuh remaja SMA yang sedang koma karena adanya tragedi di sekolahnya (Pembullyan...