9. Rian Atharazga

8 1 0
                                    

 
Luka ini mencengram ku, mengcengram

Batinku, ini rasanya ku menjerik,

Melepaskan semua hal yang ada di hidupku

Namun, apa orang  itu akan pedulih.

Pedulih akan perasaan ku? Saat aku

Terduduk di tengan hujan, menangisi akan

Sosoknya, apa kah ia akan peduli?

Menatap kepergiannya, yang entah kapan

Ia akan kembali!

  Saat ini Raina sedang mengintip ke dalam kolong sofa yang ada di kamarnya, ia sedang mencari seauatu benda yang sangat berharga. Yang ia tidak bisa hidup tampa benda itu, benda itu bernama handpone, banda yang sangat berharga untuknya. Ia sudah mencari handponenya keseluru tempat yang ada di kamarnya namun tidak menemukannya. Jam kini menunjukkan jam tuju lewat selupuh, dan ia harus secepatnya ke sekolah sebelum pak udin menutup gerbang sekolah.

"Aduh mana si!" ujar Raina dengan mengaruk kepalahnya

"RAINA, buruang gua tinggal ni!" triak Kak Revan dari lantai bawa

"IYA, SATU MENIT LAGI!!!" balas Raina langsung mengambil ransel berwarna hitam birunya itu lalu berlari menujuh lantai bawa

Di lantai bawa sudah ada Revan yang sedang memakan roti dengan selai coklat di atasnya. Tampa berpikir lama Revan dan Raina langsung segerah berankat kesekolah. Owh iya Revan sekarang sudah kelas dua belas, yang sekolah di SMA KEATIF, iya Revan adalah kakak kelas Adibtama.

  Sesampai di depan sekolah SMA DARMAWARA. Raina langsung masuk kedalam area sekolah. Raina kini melintasi pinggir lapangan. Bayak mata yang menujuh ke arahnya. Tepat di pinggir lapangan  ia di hadan lima cowok yang melihat ke arahnya dengan senyum manis kecuali cowok yang berada di tengganya. Mereka berlima itu adalah, Andra, Farel, Aryan, Dikha, dan Fano. Raina menata Andra tidak kalah tajam dari tatapan Andra.

"Apaan sih?" tanya Raina tidak ingin debat

Andra mengeluarkan sebuah handpone yang bercase warna biru langit membuat Raina langsung membulatkan matanya "Punya lo?" tanya Andra memberikan handpone ke arah Raina

Raina langsung mengambil handpone itu dengan bahagia "Iya, aahh, makasih ye!" ujar Raina dengan senyum manis ke arah Andra

"Hmmm!" balas andra dan melihat ke anggotanya untuk cabut

"Cabut"

  Mereka berlima berjalan pergi meninggalkan Raina yang sangat terlihat senan dengan handponenya yang tidak jadi hilan. Sebenarnya tidak apa-apa dengan Handponenya tapi dengan isi handponenya yang sangat pentin.

  Segerah Raina melanjutkan perjalanannya menujuh kelasnya. Belum sempat Raina memasuki kelas, ia langsung di hadan lagi oleh Zeora, membuat Raina membuang napas kasar. Baru pagi juga. Decak Raina. Raina hanya menatap Zeora dengan keempat temannya Zeora dengan tatapan malas dengan tangan melipat ke dada.

"Ada apa sih?" tanya Raina "Gua punya hutannya sama lo!" ucap Raina

"Hutan sih kagak ya,!" ucap Zeora dan memainkan rambut Raina "Tapi lo udah ngerebut Andra dari gua, gua peringatin sama lo, jangan terlalu sering caper sama Andra. Emang lo, gak laku apa sampai dekatin Andra terus?" ujar Zeora

RiAndraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang