Setelah percakapan yang begitu serius di dalam kantor hokage, Sasuke keluar dari sana bersama Kakashi yang diam dalam spekulasi sendiri. Dalam benaknya, Kakashi tengah memikirkan alasan dari tindakan Sasuke yang begitu tak terduga ini. Sejujurnya, ia tak bisa melepaskan kecurigaannya sendiri terhadap muridnya itu.
"Guru Kakashi!! Sasuke!!" Suara panggilan Naruto yang hampir terdengar seperti teriakan tiba-tiba terdengar. Pria dengan marga Uzumaki itu berjalan menghampiri Kakashi dan Sasuke. Di sisinya, Sakura berjalan dengan perasaan ragu-ragu, mencuri-curi pandang ke arah Sasuke yang diam melihatnya.
"Apa yang kalian bicarakan di dalam? Kenapa begitu lama?" ucap Naruto dengan ekspresi wajahnya yang menampilkan rasa penasaran lebih itu. Pasalnya, ia dan Sakura sudah menunggu begitu lama.
Kakashi tiba-tiba tertawa renyah. "Hanya percakapan ringan saja. Pada intinya, Sasuke akan kembali tinggal di Konoha."
"Sungguh?!" ucap Naruto bersemangat. "Itu kabar baik. Kalau begitu ayo Sasuke, kau harus menceritakan pada kami bagaimana akhirnya kau mengalahkan Orochimaru."
"Aku le-" "Jangan banyak alasan, ayo!!" ucap Naruto yang begitu bersemangat, memotong ucapan Sasuke saat pria itu baru saja ingin bersuara. Dengan cepat Naruto menyeret Sasuke pergi sementara Sasuke yang diseret tampak pasrah saja.
"Sakura, ayo kita ikut juga," ucap Kakashi sambil menolehkan kepalanya, menatap Sakura dengan senyuman di balik maskernya namun terlihat nyata karena pipinya sedikit naik hingga matanya sedikit melengkung.
"Baik Guru," ucap Sakura sedikit canggung, masih belum terbiasa dengan apa yang tengah terjadi saat ini. Kepulangan Sasuke yang sudah ia nantikan terasa begitu tidak nyata baginya, ini seperti mimpi.
Namun di tengah keraguannya, Kakashi seolah mendorongnya untuk percaya jika semua ini benar-benar nyata. Hingga pada akhirnya Sakura mengikut langkah Naruto yang menyeret Sasuke. Sementara Kakashi berjalan di belakang mereka bersama buku mesum kesayangannya.
"Eh?! Kenapa ke sini?!" jerit Sakura tak percaya, mendapati Naruto justru membawa mereka ke Ichiraku Ramen. Padahal ia sudah membayangkan jika mereka akan makan, makanan yang sedikit mahal seperti daging karena kepulangan Sasuke.
"Sakura, makanan terbaik itu adalah ramen Ichiraku. Cepatlah duduk, kau terlalu banyak protes," ucap Naruto mendumel, menyulut emosi Sakura namun sebelum ia menghajar rekan satu timnya itu, Kakashi sudah menepuk pundaknya sembari masuk ke dalam kedai Ichiraku, bergabung untuk duduk bersama Naruto dan Sasuke.
Sakura menarik nafasnya dalam-dalam, pada akhirnya ia hanya bisa pasrah. Dengan tidak bersemangat akhirnya Sakura memasuki kedai Ichiraku Ramen, mendapati kursi kosong di sisi Sasuke karena Kakashi duduk di sisi kiri sementara Naruto di tengah-tengah antara Kakashi dan Sasuke.
"Sakura, duduklah," ucap Sasuke melirik Sakura sekilas namun sudah cukup membuat wanita merah muda itu salah tingkah, perlahan untuk duduk di sisi pria Uchiha itu, menghirup aroma maskulinnya yang lebih pekat dibandingkan aroma ramen.
Sesaat kemudian kedai ramen itu dibuat heboh dengan suara Naruto yang memesan ramen untuk mereka semua. Pria kuning itu begitu ceria dan Sasuke menyukai keceriaannya itu. Sasuke tahu, senyuman Naruto di masa depan tidak benar-benar tulus. Sasuke mengetahui dari Shikamaru jika Naruto kehilangan senyumannya yang sesungguhnya saat kematian Jiraya dan karena itulah alasan Sasuke menyelematkan Jiraya dari akhir tragisnya, melindungi kebahagian dan senyuman Naruto, seorang sahabat dan saingannya.
"Ramen, ramen!! Selamat makan semuanya!!" ucap Naruto bersemangat, tepat setelah ramennya tiba.
"Oh ya Sashukeh cehrita cehrita bhagaimaana kauu menghalakan Ohrochimahru," ucap Naruto dengan mulut yang penuh dengan ramen, bermaksud menyuruh Sasuke untuk menceritakan bagaimana akhirnya ia bisa mengalahkan Orochimaru.
"Malas," ucap Sasuke membuat Naruto memelototinya, segera menelan ramen yang menyumbat mulutnya, merasa tidak adil atas penolakan itu sampai ia merengek dan berakhir Sasuke menceritakannya dengan malas.
Sesaat kemudian suasana di dalam kedai ramen itu mulai hangat. Ada banyak kisah-kisah masa lalu yang terungkap di dalam kedai kecil itu. Naruto dengan konyolnya mengungkit misi-misi mereka di masa kecil. Bahkan Sakura yang sebelumnya merasa canggung dan sedikit tegang mulai mencair, ikut tertawa dan bergabung dalam percakapan itu.
Sasuke dalam heningnya sesekali tersenyum kecil. Hatinya terasa hangat sampai rasanya ia ingin menangis dan mati-matian menahannya. Sasuke benar-benar merindukan momen ini dimana dirinya bisa bersama Kakashi, Naruto dan Sakura karena di masa depan segala sesuatunya menjadi rumit dan begitu suram.
Setelah beberapa waktu mereka berbincang-bincang, hari pun semakin larut membuat mereka akhirnya membubarkan perkumpulan itu. Kakashi secara terpaksa harus membawa Naruto pulang ke apartemennya karena bocah rubah itu makan ramen terlalu banyak sampai perutnya begah. Alhasil, Sasuke dan Sakura berjalan berdua-duaan di tengah cahaya lampu Konoha yang remang-remang.
Sesaat Sasuke menghentikan langkah kakinya secara tiba-tiba, cukup membuat Sakura menabrak punggung tegapnya itu karena berjalan sembari menundukkan kepalanya. Sakura pun memundurkan satu langkah kakinya ke belakang, menyentuh keningnya yang baru saja menabrak punggung tegap Sasuke. Sementara pria yang ditabrak punggungnya itu berbalik untuk menatap wanita merah muda itu yang sibuk mengusap keningnya.
"Sakit?" tanya Sasuke pelan namun sukses besar membuat Sakura terkejut dan mendongakkan kepalanya hingga emerald hijau teduhnya itu bertatapan dengan onyx hitam kelam milik Sasuke membuat ia salah tingkah.
Rona merah tipis mulai menjalar di pipi Sakura sampai ke telinga. Wajahnya tampak begitu manis membuat Sasuke tak bisa menahan senyuman tipisnya. Wajah Sakura di saat remaja memang pada dasarnya begitu cantik. Wajahnya saat remaja terlihat manis dan segar, sedikit berbeda dengan Sakura yang dewasa. Wajah Sakura dewasa lebih lembut dan keibuan meskipun begitu mau Sakura seperti apapun ia tetaplah Sakura yang cantik dalam versinya sendiri, seorang wanita yang ingin wajahnya Sasuke lihat setiap detiknya.
"A-anu, i-itu. Sasuke, bagaimana dengan rumahmu?" tanya Sakura dengan gugup, menggaruk pipinya pelan menggunakan jari telunjuknya sedikit canggung.
"Bukankah aku sudah di rumah?" tanya Sasuke pelan karena baginya, rumah adalah Sakura.
"Eh?" sahut Sakura yang malah kebingungan, tak tahu harus mengartikan perkataan Sasuke itu dengan cara yang seperti apa. Rumah yang Sasuke maksud itu apa, apakah yang ia maksud adalah Konoha?
"Kalau begitu, selamat malam, Sakura," ucap Sasuke pada akhirnya yang kemudian berbalik, berjalan dengan langkah pelan meninggalkan Sakura yang terpaku di bawah cahaya lampu Konoha. Wajahnya memerah dan jantungnya berdebar, merasa Sasuke sedikit berbeda dibandingkan terakhir kali mereka bertemu.
"Kenapa Sasuke begitu manis?" ucap Sakura yang segera menyentuh pipinya yang memanas, merasa rasa hangat yang menjalar di pipinya itu. Sakura merasakan dirinya bisa gila jika dihadapkan oleh sosok Sasuke yang sekarang, dia terlalu mempesona dan jantungnya jadi bekerja secara berlebihan karenanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Second Timeline
FanfictionSetelah mengorbankan dirinya untuk menjadi pohon suci, Sasuke terbangun di masa lalu setelah mengalahkan Orochimaru. Dengan kesempatan kedua ini, dia berjanji untuk mempersiapkan Konoha untuk masa depan yang sulit. Tetapi, perjalanan ini membawa leb...