Chapter 15 : All about Thinking of the Wife

1.8K 214 18
                                    

Di bawah gemerlap cahaya bulan yang memancar hangat, suasana malam terasa begitu romantis dan penuh kelembutan. Angin malam yang sejuk berdesir lembut melalui daun-daun pepohonan, mengusap lembut wajah Sasuke dan Sakura dengan sentuhan yang menyegarkan, membawa aroma bunga-bunga liar yang tumbuh di sekitar mereka.

Dengan suaranya yang serak, berat, dan penuh dengan ketegasan yang khas, Sasuke kembali mengulangi pertanyaannya. "Sakura, apa yang kau lakukan di sini?"

Sakura terdiam, memalingkan wajahnya dalam kebingungan, berusaha mencari kata-kata yang tepat untuk menjelaskan situasi yang sebenarnya terjadi. Saat Sai membawanya pergi dengan burungnya, Sakura meronta-ronta ingin kembali, hatinya gelisah memikirkan kemungkinan Naruto mengungkapkan sesuatu dengan ceroboh, yang dapat menyinggung perasaan Sasuke. Namun, Sai tak bergeming, menolak mendengarkan keinginannya, hingga akhirnya mereka terlibat dalam cekcok hebat di atas burung. Burung itu pada akhirnya oleng hingga akhirnya Sakura terjatuh ke dalam semak-semak dengan bokongnya yang masih terasa nyeri sampai saat ini.

"Baiklah jika tidak mau mengatakannya," ucap Sasuke dengan sedikit acuh, berjalan meninggalkan Sakura membuat wanita itu gelagapan dan buru-buru mengejarnya.

Sakura melirik Sasuke yang tampak tenang dan datar, menatap lurus jalan setapak yang mereka lalu. Ketenangan pria itu sangat berbanding terbalik dengan suasana hati Sakura yang diselimuti kegelisahan. Dengan resah, Sakura mengigit bibir bawahnya, bersiap mengungkapkan kejadian memalukan yang ia alami.

"Sebenarnya....." Sakura menggantungkan kalimatnya, perlahan membuat Sasuke melirik lewat ekor matanya. Hingga Sakura menempatkan kedua tangannya untuk menutupi wajah sebelum ia melanjutkan. "Aku terjatuh karena bertengkar dengan Sai di atas burungnya."

"Pffthh!!" Sasuke menahan tawanya, ini benar-benar lucu baginya. Kini Sasuke membayangkan bagaimana sepasang pantat kenyal kesayangannya itu memerah seperti sepasang buah ceri. Sementara Sakura semakin malu karena mendapati reaksi Sasuke.

Sakura perlahan menurunkan tangannya, menatap Sasuke lewat ekor matanya. Wajah Sasuke tampak lembut, penuh dengan perasaan ringan saat ia menahan tawanya. Sakura mengakuinya jika Sasuke begitu tampan namun itu juga membuatnya kesal. Pada akhirnya Sakura menggembungkan pipinya, kesal sendiri. Namun Sasuke yang sekali lagi meliriknya lewat ekor mata malah semakin gemas, melihat bagaimana Sakura yang begitu lucu seperti bayi.

"Jangan meledekku!! Aku hanya khawatir," ucap Sakura melipat tangannya di depan dada, segera memalingkan wajahnya namun suara langkah kaki Sasuke terhenti membuat Sakura juga menghentikan langkah kakinya.

Kini, Sakura harus menolehkan kepalanya karena penasaran kenapa pria Uchiha itu secara tiba-tiba berhenti. Sakura pun mendapati jika mereka sudah tiba di kediaman Uchiha dimana Sasuke kini berdiri di tengah-tengah pintu masuk kediaman, menatapnya dengan tatapan yang sedikit menggoda.

"Terima kasih sudah mengantarkanku pulang, Sakura," ucap Sasuke tenang, perlahan bersandar pada tiang gerbang sembari memiringkan kepalanya. "Kalau begitu, haruskah kita lanjutkan yang terjadi di teluk?"

"Ya?!" Sakura memekik kencang, segera mengingat ciuman yang tak pernah berani ia ungkit setelahnya. Wajah Sakura kini memerah padam, menyadari jika Sasuke tengah menggodanya. Sialan, bahkan kini rasanya ia ingin pingsan.

"K-kalau begitu aku pulang dulu!!" ucap Sakura setengah berteriak, membungkukkan tubuhnya dan buru-buru kabur. Sementara Sasuke yang ditinggal malah tertawa pelan.

"Padahal saat masih kecil ia suka sekali menggodaku, kenapa digoda balik malah takut dan malu?" gumam Sasuke dengan tawa kecilnya sembari menggeleng-gelengkan kepalanya, bahkan saat Sakura sudah menjadi istrinya pun, Sakura tetap saja malu saat ia goda.

Dengan senyuman kecil yang terukir di bibirnya, Sasuke akhirnya memasuki kediamannya, mendapati aroma wangi masakan dari ruang makan hingga ia mendapati Itachi yang tengah menata makanan di atas meja. Itachi yang menyadari kedatangan Sasuke pun menolehkan kepalanya, menatap adiknya itu sembari tersenyum. "Selamat datang, Sasuke."

"Kakak, apa yang kau lakukan?" tanya Sasuke, menatap berbagai masakan rumah yang tersaji di atas meja, menggugah selera makannya.

"Maaf, aku baru tahu jika kau pergi makan-makan dengan teman-temanmu. Tapi, aku sudah terlanjur masak banyak," ucap Itachi sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal sama sekali saat Sasuke mendudukkan dirinya.

"Tak masalah, aku juga belum kenyang," ucap Sasuke saat tangannya bergerak mengambil sumpit karena faktanya Sasuke memang belum kenyang, ia terlalu fokus mengambil makanan yang Sakura sukai dan melihat bagaimana bibir Sakura mengunyah makanan sampai ia lupa makan.

"Begitukah? Apa yang kau lakukan sampai belum kenyang?" ucap Itachi saat ia juga ikut bergabung untuk makan, menatap sang adik dengan senyuman kecil, melihat sudut bibir adiknya itu terangkat saat ia menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.

"Melihat Sakura makan," jawab Sasuke membuat Itachi yang mendengarnya tertawa pelan. Kini, Itachi jadi terpikirkan bagaimana adiknya bisa jadi begitu tergila-gila pada Sakura. Apakah adiknya sudah masuk ke tahap akan kenyang hanya melihat Sakura makan?

"Bibir Sakura sangat cantik saat ia makan. Saat mengunyah daging, ia mengunyah sebanyak 25 kali. Mungkin saja itu hal wajar, gigi Sakura tidak begitu tajam jadi ia sering kesulitan saat mengoyak daging. Tapi saat mengunyah sayur, Sakura hanya akan mengunyahnya sebanyak 10 kali," terang Sasuke dengan serius sementara Itachi melongo mendengarnya.

Pada akhirnya tawa Itachi pecah. "Wahh, sungguh? Kau bahkan mengetahui berapa kali ia mengunyah? Sepertinya kepalamu jika dibedah isinya, Sakura semua, Sasuke."

"Memangnya, kau tidak begitu?" tanya Sasuke, menatap Itachi dengan satu alis yang terangkat aneh. Pria itu mempertanyakan, bagaimana bisa Itachi tidak melakukan hal itu?

Bagi Sasuke, setiap momen bersama Sakura adalah sebuah kenangan berharga yang patut untuk direkam dalam ingatannya. Ia menemukan keindahan dalam setiap detail kecil yang mungkin terlewatkan oleh orang lain. Wajah Sakura, dengan setiap ekspresi yang melintasinya, menjadi pemandangan yang memikat bagi Sasuke. Ia mengamati setiap gerakan, setiap senyum, dan setiap tatapan, mencatatnya dengan teliti dalam ruang ingatannya yang mendalam.

Saat momen mendekati klimaks, Sasuke bahkan mengingat detail-detail kecil yang mungkin terdengar sepele bagi orang lain. Seperti bagaimana Sakura mendesis dengan lembut, mengisi udara dengan suara yang menggugah hati Sasuke, yang selalu terhitung lima kali sebelum akhirnya memejamkan matanya. Sasuke bisa merasakan getaran kecil dari tubuhnya, tanda-tanda ketegangan yang semakin memuncak.

Dan ketika momen klimaks itu tiba, Sasuke mengingat bagaimana wajah Sakura berubah. Terpancar dari wajahnya adalah kecantikan yang memikat, terpancar dari rona merah malu yang membasahi pipinya hingga kilauan keringat yang membuatnya bersinar di bawah cahaya lampu. Sasuke hampir bisa merasakan kehangatan tubuhnya, hampir bisa merasakan denyut jantungnya yang berdegup kencang.

Namun, di tengah-tengah ingatannya yang mengasyikkan, Sasuke tiba-tiba tersadar dan batuk kecil. Ia memalingkan wajahnya, mencoba mengusir bayangan-bayangan indah yang menghantuinya. Baginya, momen-momen seperti itu, meskipun memikat, harus dihadapi dengan kehati-hatian yang ekstra.

"Apa yang sedang ia pikirkan sampai sebegitunya," gumam Itachi.

"Ehem!!" dehem Itachi pelan. "Apakah kau sudah bicara dengan Naruto soal rencana menghadapi Pain?"

"Aku lupa," sahut Sasuke serius.

Itachi menarik nafas dalam-dalam, matanya terpaku pada sosok Sasuke yang tengah terperangkap dalam pesona Sakura. Ia bisa melihat bagaimana wajah Sasuke tercerahkan oleh kehadiran wanita itu, bagaimana setiap kata dan gerakan Sakura merasuki pikiran dan hati adiknya itu. Meskipun mencengangkan, Itachi hanya bisa menggeleng-geleng, menyadari bahwa tak ada yang bisa menandingi pesona Sakura di mata Sasuke, bahkan hal-hal terpenting dalam hidupnya.

Namun, meskipun sedikit terkejut oleh pengaruh Sakura pada Sasuke, Itachi tidak bisa menahan senyuman kecilnya. Ia merasakan sentuhan hangat di hatinya, mengingat bahwa Sakura adalah adik iparnya yang istimewa. Dalam kepolosannya, Sakura telah menyentuh hati Sasuke, dan Itachi memutuskan untuk memahami dan menerima hal itu dengan tulus.

"Sudahlah, temui saja Naruto besok pagi," ucap Itachi.

The Second TimelineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang