Chapter 23 : How to Watch Television

1.2K 158 17
                                    

Suara televisi yang menyala memecahkan keheningan di dalam kediaman Uchiha yang sunyi. Sakura berdiri di sana, menghadap layar televisi yang bersinar dalam gelap, menggenggam remote di tangannya dengan erat. Suasana hatinya tak menentu, campuran kegugupan dan kebahagiaan mengalir dalam dirinya. Sepanjang hidupnya, Sakura tak pernah membayangkan akan ada momen seperti ini, menonton televisi bersama Sasuke. Selama ini, dia hanya menyaksikan adegan romantis di antara ayah dan ibunya yang sering bermesraan saat menonton televisi bersama. Kini, kesempatan itu tiba untuknya, dan hanya memikirkannya membuat senyuman tak kunjung pudar dari bibirnya.

Sakura menekan beberapa tombol pada remote, mencari saluran yang tepat. Setiap detik terasa begitu berharga. Baginya, ini adalah langkah besar, sebuah bukti bahwa ia bisa melakukan sesuatu yang hanya dilakukan oleh sepasang suami istri bersama Sasuke. Setiap kali bayangan kebersamaan ini muncul dalam benaknya, Sakura merasa hatinya berbunga-bunga, tak dapat menahan kebahagiaan yang meletup-letup dalam dirinya.

Di sisi lain, Sasuke hanya duduk di belakangnya, diam-diam memperhatikan punggung mungil istri kecilnya itu. Ini tidak sama dengan apa yang ia pikirkan sebelumnya, namun dia adalah Uchiha Sasuke, dengan segala kelicikan dan akal bulusnya. Dia sudah terbiasa menghadapi berbagai situasi dengan tenang dan penuh perhitungan. Meskipun rencana awalnya tak berjalan sesuai harapan, Sasuke tahu bagaimana memanfaatkan momen ini. Dengan sedikit senyuman masam di wajahnya, dia membiarkan dirinya tenggelam dalam momen tersebut, berusaha untuk tidak mengecewakan harapan Sakura.

Sasuke mengamati Sakura yang masih sibuk mencari saluran yang tepat, melihat kilauan cahaya dari televisi yang membentuk bayangan indah di wajahnya. Pikiran Sasuke berputar cepat, memikirkan cara untuk menghidupkan suasana ini menjadi sesuatu yang lebih intim. Dia kemudian dengan lembut meraih pergelangan tangan Sakura dan menuntunnya untuk di atas pahanya.

"Sudah ketemu salurannya?" tanya Sasuke dengan suara rendah, mencoba mencairkan suasana.

Sakura tersentak sedikit, lalu mengangguk. "I-ya, sudah," jawabnya sambil menatap Sasuke dengan mata yang berkilauan. "Aku... aku pikir kita bisa menonton ini bersama."

Sasuke menatap layar televisi, lalu kembali memandang Sakura dengan senyuman yang lebih hangat. "Tentu, ayo kita nikmati bersama."

"A-ano Sasuke, posisi ini, t-tidakkah?" tanya Sakura dengan gugup, merasa posisi mereka terlalu dekat dan ia mulai kesulitan mengontrol detak jantungnya yang menggila. Wajahnya mulai memerah, dan ia merasa panas meskipun udara malam cukup sejuk. Jarak yang begitu dekat membuatnya tak bisa berpikir jernih. Napasnya terasa semakin pendek seiring dengan detak jantungnya yang tak terkendali.

"Kenapa? Tidak suka?" bisik Sasuke tepat di telinga Sakura. Suaranya yang rendah dan serak menambah keintiman situasi, membuat kulitnya merinding. Sasuke kemudian menempatkan kepalanya untuk bertumpu di atas bahu wanita mungil itu. Tangannya pun tak tinggal diam, ia melingkarkan tangannya di perut Sakura, memeluk perut rata itu dengan cara yang posesif.

"S-sasuke.....," panggil Sakura yang hampir tak bisa bernafas, ini terlalu dekat dan karena itu juga wajahnya sudah memerah padam

"Sakura," panggil Sasuke pelan. "Bukankah kita sedang menonton televisi? Kenapa kau tidak melihat layar televisinya? Beginilah cara menonton televisi Sakura, kau harus fokus."

Untuk sesaat, Sakura meneguk salivanya susah payah. Wanita mungil itu berusaha untuk fokus, menatap layar televisi sembari menempatkan tangannya di depan dada, merasakan detak jantungnya berdebar-debar. Sakura berusaha menemukan ketenangan namun Sasuke tak membiarkan dirinya begitu saja sebab pria itu mulai menggesekkan hidung mancungnya itu di leher Sakura, memberikan sensasi geli bagi Sakura.

"Sa-sasuke," gumam Sakura dengan suara tercekik, tubuhnya kaku oleh rangsangan tak terduga itu. Sensasi sentuhan hidung Sasuke di lehernya mengirimkan gelombang panas melalui tubuhnya, membuat pikirannya semakin kacau. "Kau tahu ini menggelitik, bukan?"

The Second TimelineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang