Beberapa hari kemudian, desa Konoha kembali bersemangat menyambut kembalinya Naruto dari berlatih keluar desa dan sebagai bagian dari upaya menyatukan kembali angkatan mereka yang telah lama terpisah, mereka memutuskan untuk mengadakan makan malam di salah satu restoran favorit mereka yang menyajikan daging sebagai menu utama.
Sasuke tiba di restoran sebagai yang terakhir. Matanya dengan cepat melintasi ruangan yang ramai, dan tak butuh waktu lama bagi pandangannya untuk menemukan Sakura yang duduk di antara Naruto dan Lee. Meskipun Sakura terlihat cantik seperti biasanya, keberadaan Lee di sebelahnya membuat Sasuke merasa tidak nyaman. Dengan gerakan gesit dan mantap, Sasuke menggeser posisi Lee tanpa kata-kata, dan duduk di samping Sakura. Lee, yang terkejut dan tidak senang dengan tindakan itu, menatap Sasuke dengan tatapan penuh pertanyaan di matanya. Namun, tatapan tajam Sasuke membuatnya bungkam, tidak berani mengungkapkan keberatannya.
Sasuke, meskipun tampak tenang di luar, merasakan gelombang emosi yang tak terduga melanda hatinya. Kecemburuan, kegelisahan, dan ketidaknyamanan berputar-putar di dalam dirinya saat ia mencoba untuk menahan perasaan yang membingungkan. Tapi di situlah dia berada, di samping Sakura, dengan rasa tak menentu yang mencengkeram hatinya. Karena Sasuke tahu, Sakura adalah wanita paling cantik di angkatannya bahkan tak sedikit pria yang mencoba mendekatinya.
Mereka kemudian melanjutkan makan malam itu dengan berbagai percakapan yang menyenangkan. Namun di tengah-tengah percakapan itu, tak ada satupun yang tidak tergganggu, melihat bagaimana Sasuke mendekatkan semua makanan yang Sakura sukai dan masalahnya adalah terlalu banyak makanan yang Sakura sukai.
Semua orang diselimuti oleh berbagai pertanyaan, meskipun mereka semua terkejut akan kepulangan Sasuke ke Konoha, mereka lebih terkejut akan kenyataan dimana hubungan Sasuke dan Sakura terlihat lebih dekat dibandingkan saat mereka masih kecil. Mereka semua bertanya-tanya, apakah hubungan mereka memang sedekat ini terlebih Sasuke terlihat menaruh perhatian lebih pada Sakura.
"Sejak kapan mereka begitu dekat," gumam Lee dengan suara pelan, matanya merayapi gerak-gerik Sakura dan Sasuke yang tampak akrab di seberang meja. Rasa cemburu yang mendalam mulai menggelegak dalam dadanya, namun dia berusaha menahannya agar tidak terlalu terlihat.
Ino, yang duduk di sebelah Lee, merasa getaran emosi dari rekannya. Dengan gerakan ringan, ia mendekati Lee dan berbisik, mengungkapkan rahasia yang telah ia lihat sebelumnya. "Mereka sangat dekat, bahkan beberapa waktu yang lalu mereka berciuman."
"Ber- apa?! Berciuman?!" Lee melontarkan teriakan kaget, tanpa memedulikan bahwa suaranya menjadi sorotan di tengah keramaian restoran. Tenten, yang duduk di meja sebelah, merasa malu mendengar reaksi yang berlebihan dari rekan setimnya.
"Apa-apaan kau, Lee? Berteriak dengan begitu tidak sopan?!" sahut Kiba dengan suaranya yang lantang, mencoba menenangkan situasi. Namun, sorot mata Lee yang tertuju pada Sasuke dan Sakura membuat semua orang terganggu.
Setiap pasang mata kini teralihkan, menatap dua sosok itu yang duduk berdampingan. Sakura, yang menjadi pusat perhatian, merasa tidak nyaman. Ketika ia menyadari alasan di balik sorot mata dan teriakan Lee sebelumnya, ia tersedak air liurnya sendiri. Sasuke, yang terkejut, segera memberikannya segelas air untuk membantunya. Di tengah keadaan kacau itu, Naruto, yang selalu agak lambat dalam memahami situasi, akhirnya menyadari perkembangan hubungan mereka yang semakin mendalam.
"Kau?!" Naruto berteriak dengan emosi yang memuncak, menarik baju Sasuke dengan kasar, dan hampir-hampir melancarkan pukulan ke arahnya. Dia merasa marah, merasa dikhianati oleh Sasuke yang tampaknya memanfaatkan kesempatan selama ia pergi berlatih di luar desa.
Emosi Naruto semakin memuncak ketika dia menyadari bahwa saran untuk berlatih di luar desa berasal dari Sasuke melalui Jiraiya. Dia mulai mengerti bahwa Sasuke mungkin memiliki motif tersembunyi untuk mendekati Sakura, dan itu membuatnya merasa tidak adil. Wajah Naruto mencerminkan kemarahan yang mendalam, sementara Lee, yang juga merasa terguncang oleh situasi ini, mengebrak meja dengan keras, menatap Sasuke dengan penuh ketidakpercayaan sebagai saingan cintanya.
"Kenapa kalian bertengkar di depan makanan?" Suara Chouji, meskipun rendah, terdengar dengan jelas dan penuh amarah. Dia menegakkan kepalanya, sumpit di tangannya tampak seperti senjata yang siap menyerang, menyatakan ketidakpuasannya akan keributan.
Naruto dan Lee, yang menyadari betapa menakutkannya amukan Chouji, akhirnya menahan diri. Mereka mengendalikan emosi mereka, meskipun wajah-wajah mereka masih mencerminkan kegelisahan. Suasana di ruangan itu berubah menjadi tegang, dengan semua orang merasa tidak nyaman dengan kecanggungan yang tercipta.
Ino, yang tahu betul bagaimana mengatasi situasi canggung, akhirnya tertawa dengan riang. Dia mencoba untuk mencairkan suasana dengan candaan dan tawa, dan untungnya, hal itu berhasil mengurangi ketegangan di ruangan. Beberapa orang bahkan ikut tersenyum, bersedia melupakan pertengkaran yang hampir terjadi.
Malam itu kembali berlanjut, dihiasi oleh gemuruh tawa dan cerita-cerita masa lalu yang dibagikan di antara teman-teman lama. Namun, seperti setiap pertemuan, akhirnya tiba saatnya untuk berpisah. Chouji, yang merasa begitu kenyang sampai tak sanggup lagi makan, akhirnya menyerah pada kelelahannya.
Shikamaru dan Ino, yang selalu siap membantu teman mereka, dengan sabar membantu Chouji bangkit dari kursi dan membawanya pulang. Namun, ada masalah lain lagi. Lee, dengan kegigihan yang tak kenal lelah, berusaha untuk mendekati Sakura. Namun, upayanya malah membuat Tenten merasa malu dan Neji, dengan sikapnya yang selalu tenang, memilih untuk berjalan lebih dulu, pura-pura tidak mengenal mereka karena malu.
Sementara itu, Tim 8 harus menyeret Kiba yang bersikeras untuk tetap tinggal. Hatinya yang penasaran ingin menyaksikan lebih lanjut drama percintaan yang melibatkan Sakura. Namun, akhirnya Hinata dan Shino berhasil membujuknya untuk pulang, meskipun dengan sedikit kesulitan. Yang tersisa di depan restoran itu akhirnya hanya anggota Tim 7, termasuk Sai yang dari awal terlihat tersenyum dengan kepura-puraan yang tak terbantahkan.
"Sasuke, kita harus bicara!!" terang Naruto sengit, menunjuk wajah Sasuke dari arah bawah dagunya, menunjukkan sikap yang amat tidak senang.
"Kalian ini kenapa bertengkar?" ucap Sakura yang pusing sendiri, memikirkan bagaimana dua rekan timnya yang selalu saja bertengkar dari waktu ke waktu.
"Sai, bawa Sakura pulang!!" perintah Naruto tiba-tiba, membuat Sai langsung menurut tanpa ragu. Tatapan matanya yang serius menyisakan sedikit ruang untuk Sakura memberikan penolakan. Tanpa kata-kata, Sai sudah membawa Sakura pergi dengan burungnya, melompat ke udara dan meninggalkan Sasuke dan Naruto di belakang.
Kini hanya tersisa Sasuke dan Naruto. Naruto yang tampak marah disaat Sasuke begitu tenang. Sasuke tidak merasa bersalah, ia hanya mendekati istrinya dan lagi ia sudah melewati banyak tantangan sampai saat ini. Mulai dari Kakashi hingga Tsunade. Meskipun begitu, Sasuke merasakan ketegangan di udara saat dia dan Naruto berdiri di bawah cahaya remang-remang lampu jalan. Langit malam yang cerah menyajikan latar belakang yang kontras dengan emosi yang menggelora di dalam hati mereka. Sasuke bisa merasakan pandangan tajam Naruto yang menatapnya, mencerminkan kemarahan yang masih membara di dalam dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Second Timeline
FanficSetelah mengorbankan dirinya untuk menjadi pohon suci, Sasuke terbangun di masa lalu setelah mengalahkan Orochimaru. Dengan kesempatan kedua ini, dia berjanji untuk mempersiapkan Konoha untuk masa depan yang sulit. Tetapi, perjalanan ini membawa leb...