03

867 81 6
                                    


"Makan yang banyak, badan kamu kurus begitu" Deril membersihkan sendok dan garpu, mengelap dengan tissue dan memberikannya pada Renata, ia sempat menahan nafas sesaat sedikit terkesima dengan apa yang Deril lakukan

Semenjak merasa di lindungi Deril tadi pagi, Renata akhirnya sedikit membuka diri pada Deril, memberanikan diri untuk lebih percaya pada laki laki selain keluarganya sekali lagi

"Di luar negri lagi trend tau" Ucap Renata

Setelah kelasnya selesai Renata pergi ke kantin tempat ia dan Deril membuat janji temu

"Trendnya aneh ya, saya ga ngerti... Kenapa makan di sedikit sedikitin" Renata terkekeh

"Mas Deril semester berapa? " Tanya Renata memulai obrolan diantara mereka

"Semester 5 juga sama, kamu kenapa ga ngelawan mereka sih" Deril tak habis pikir, Renata biasanya sangat tegas namun berbeda sekali jika di hadapkan dengan situasi seperti tadi

"Males ribut aja" Renata tak menatap Deril, entah ia harus bercerita mulai dari mana intinya ia ketakutan

"Ngapain males ribut? Ribut aja lah, ga usah damai damai sama mereka" Ucap Deril lagi, kali ini berhasil membuat Renata tertawa pria di depannya ternyata lucu juga

"Lain kali pukul mereka kalau kamu di gangguin kayak tadi, hampir seluruh gedung ada cctvnya kok, jadi kalau kamu di perlakukan kayak tadi dan kamu bales pukul mereka, cctv bisa jadi saksi kalau bukan kamu duluan yang mulai" Terang Deril, bagaimanapun juga ia sedikit khawatir jika ada seorang perempuan yang terlibat perundungan namun tidak bisa melawan sama sekali

Renata hanya diam ia meneliti setiap kalimat yang diucapkan Deril sambil memandangi wajah tampan di depannya itu

"Tangan aku sekecil ini, mana bisa pukulin mereka.. Kalau tangan mas Deril baru" Renata menunjukan kepalan tangan kecilnya

"Mau latihan taekwondo bareng saya ga? Biar Kamu bisa jaga diri sendiri" Tawar Deril

"Tapi aku belum pernah sebelumnya" Jawab Renata ragu

"Saya juga belum pernah, kebetulan nyari temen... Gimana? Mau mulai latihan bareng ga? " Tawar Deril sekali lagi, Renata berfikir itu sebuah tawaran bagus karna selain dapat melindungi dirinya sendiri minimal melawan saat terjadi sesuatu, Renata juga butuh aktifitas lebih padat yang bisa ia lakukan di luar apartemennya

"Oke"




*****




"Baru gitu doang" Ucap Deril menyepelekan Renata

"Lihat lihat sabuk dong, parah banget aku newbie di hajar juga" Renata memandang sabuk hitam di pinggang Deril

Pemula apanya, ia bahkan sudah sekelas pelatih.. Renata merasa terjebak namun juga lebih tenang pasalnya orang yang melatihnya dan memberi arahan adalah Deril sendiri, laki laki yang membantunya

"Iiihhh liat kaki aku sampe biru biru Ril" Ucap Renata, mereka sepakat untuk memanggil nama satu sama lain tanpa embel embel mas atau mbak karna ternyata mereka seumuran

"Ntar saya beliin salep, ayo lagi sekali lagi yang kenceng tendangnya" Ucap Deril lagi memberi instruksi untuk menendang alat peraga yang ia pegang

Renata bangkit, menendang dengan sekuat tenaga yang ia bisa

"Yok.. Bagus, kiri.. Good job Renata" Deril tersenyum bangga pada gadis itu, nafasnya terengah engah namun sangat memikat di matanya

"Good Renata... Lain kali kita lanjutin lagi" Ucap Deril

"Masih jauh ya? " Tanya Renata

"Apa? " Tanya Deril balik

"Masih jauh ya kalau mau hajar tiga preman kampus" Ucap Renata memperagakan tinju dengan tangannya yang tidak sampai setengah tangan Deril

"Masih jauh, tapi gapapa kalau sempet saya jagain... Kalo Sempet tapi, jangan ke geeran" Ucap Deril menjahili Renata

"Mana ada? Aku ga geer"



*****





"Rilll... Hari Ini kita latihan lagi ga?" Tanya Renata pada sambungan teleponnya dengan Deril

"Saya hari ini ada praktikum Ren" Ujar Deril dari ruang lab fakultas teknik bersama kelompoknya yg lain

"Yaaahhh... Ya Udah deh, aku istirahat lagi aja di kos" Yaaa Renata menyebut apartemennya yg cukup mewah dengan kata Kos, ia menganggap hal itu biasa saja dan tak ada bedanya dengan kos kosan mahasiswa pada umumnya padahal kawasan apartemen itu saja sudah berada di kawasan elit dengan penjagaan security 24 jam

"Bosen ya di kos? Kalo bosen sini aja bantuin menyemangati anak teknik, Saya kenalin ke temen temen yg lain kalau kamu mau" Tawar Deril

"Emang boleh? Ga gangguin? " Tanya Renata sungkan

"Enggak, ini kerja kelompok di luar jam kampus kok.. Silahkan Kalau mau gabung, saya tunggu" Ucap Deril

"Oke aku kesana" Renata bergegas mengganti bajunya, celana jeans kaos polo hitam dan topi berwarna hitam juga di kenakan Renata kali, se sederhana apapun penampilannya Renata Virly Tan akan selalu menarik perhatian banyak orang

Renata di perkenalkan pada satu per satu teman Deril, walau mereka mengaku hanya teman biasa namun yang lain juga tau bahwa ada yang berbeda diantara mereka berdua, dari tatapan mata Deril dan suara tawa Renata yang jauh lebih lepas saat bersama Deril tentu saja teman teman yang lain paham hubungan apa diantara mereka

Usai membantu praktikum Deril yang lebih cocok di sebut merecoki, Deril dan Renata pergi ke sebuah perpustakaan untuk mencari salah satu buku yang Renata butuhkan

Deril menunggunya duduk di salah satu kursi sementara Renata berkeliling mencari buku yang ia maksud, setelah Renata kembali ia melihat Deril tertidur membungkukkan badannya di meja perpustakaan yang cukup sepi itu

Renata memperhatikannya dari dekat, ia melihat dengan seksama rahang tegas itu, mata yang indah, hidung yang mancung, Astagaa... Renata menggelengkan kepalanya saat ia rasa mulai memikirkan hal yang macam macam

"Mikir jorok tentang saya ya? " Ucap Deril membuka mata

"Dih enggak... Geer" Kata Renata mulai membuka buku yang ia bawa

"Masa sih Ren? Kok mukanya merah? " Ya Tuhan... Renata ingin menceburkan dirinya ke sungai sekarang juga















Bersambung...















RENATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang